Subscribe Us

header ads

Syirik Kecil Yang Terabaikan

Tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk semata-mata beribadah kepada Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (Surah Az-Zariyat : 56)

Allah juga berfirman :

وَمَاۤ اُمِرُوْۤا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَـهُ الدِّيْنَ ۙ 

"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama,” (SurahAl-Bayyinah : 5)

Oleh karenanya orang yang paling bahagia pada hari kiamat kelak adalah orang yang paling mentauhidkan Allah Subhana wa Ta'ala.

عن أبي هريرة قال : يا رَسُولَ اللَّهِ من أَسْعَدُ الناس بِشَفَاعَتِكَ يوم الْقِيَامَةِ قال رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لقد ظَنَنْتُ يا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عن هذا الحديث أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رأيت من حِرْصِكَ على الحديث أَسْعَدُ الناس بِشَفَاعَتِي يوم الْقِيَامَةِ من قال لَا إِلَهَ إلا الله خَالِصًا من قَلْبِهِ

Dari Abu Huroiroh radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berbahagia dengan syafa’atmu pada hari kiamat?”. Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam berkata, “Aku telah menyangka bahwasanya tidak ada seorangpun yang mendahuluimu bertanya kepadaku tentang hadits ini, karena aku melihat semangatmu dalam mencari hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaah ilallaah ikhlas dari hatinya” (Hadist Riwayat Bukhari)

Maka sebagian ulama mengatakan bahwa meraih syafaat nabi pada hari kiamat kelak bertingkat-tingkat. Dan orang yang paling meraih bagian besar dari syafaat nabi yang paling besar adalah yang paling ikhlas. Yang paling memurnikan tauhidnya. 

Yang paling menjauhkan dari kesyirikan, membersihkan tauhidnya dari berbagai macam kesyirikan termasuk syirik -syirik kecil.

Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :

“Setiap nabi memiliki doa yang pasti dikabulkan. Dan aku juga punya doa yang pasti dikabulkan. Namun aku simpan untuk hari kiamat kelak sebagai syafaat bagi umatku. Dan syafaatku tersebut akan mengenai seluruh umat ku yang meninggal dalam keadaan tidak berbuat syirik sama sekali.”

Dalam hadist yang masyhur ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam membonceng Mu'adz bin Jabal,

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ( يا معاذ, أ تدرى ما حق الله على عباد ؟ ) قال : الله و رسوله أعلم, قال : ( أن يعبدوه ولا يشركو به شيأ, , أ تدرى ما حقهم عليه ؟) قال : الله و رسوله أعلم, قال : (أن لا يعذبهم) و فى لفظ لمسلم : ( و حق العباد على الله عز و خل أن لا يعذب من لا يشرك به شيأ )

Rasulullah Shallallahu 'Aalaihi wa Sallam bersabda : “wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas para hamba-Nya ?” Mu’adz berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui, Beliau bersabda : (yaitu)“ hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, (dan) tahukah engkau hak hamba terhadap Allah ?” Mu’adz berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui, Beliau bersabda : “Dia tidak akan mengadzab mereka”

Dan juga kisah hadits bitoqoh, dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلاًّ كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا فَيَقُولُ لاَ يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِى الْحَافِظُونَ ثُمَّ يَقُولُ أَلَكَ عُذْرٌ أَلَكَ حَسَنَةٌ فَيُهَابُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ لاَ. فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ وَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلاَّتِ فَيَقُولُ إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ. فَتُوضَعُ السِّجِلاَّتُ فِى كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِى كِفَّةٍ فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ

“Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan sejauh mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah yang mencatat hal ini berbuat zholim padamu?” Lalu ditanyakan pula, “Apakah engkau punya uzur atau ada kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak.” Allah pun berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Dan sungguh tidak akan ada kezaliman atasmu hari ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bitoqoh (kartu sakti) yang bertuliskan syahadat ‘laa ilaha ilallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh’. Lalu ia bertanya, “Apa kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya, “Sesungguhnya engkau tidaklah zalim.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun timbangan dan kartu ampuh ‘laa ilaha illallah’ di daun timbangan lainnya.Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu ampuh ‘laa ilaha illalah’ tadi. (Hadist Riwayat Ibnu Majah, Tirmidzi, dan Ahmad)

Ibnul Qayyim mengatakan setiap orang punya ‘laa ilaha ilallah dan akan ditimbang pada hari kiamat kelak, tapi tidak semua ‘laa ilaha ilallah seseorang itu berat. Kapan ‘laa ilaha ilallah menjadi berat? Ketika bersih dari kesyirikan. Semakin bersih dari kesyirikan maka semakin berat ‘laa ilaha ilallah nya. Maka orang yang tidak berbuat syirik sama sekali, tidak akan diazab oleh Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْۤا اِيْمَا نَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰٓئِكَ لَهُمُ الْاَ مْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk." (Surah Al-An'am : 82)

Inilah seruan anbiya untuk menyeru umatnya agar mentauhidkan Allah dan menjauhi kesyirikan.

Inilah perjuangan untuk menjauhi dari syirik kecil. Karna yang dikhawatirkan nabi kepada umatnya adalah syirik kecil 

Rasulullah Shallallahu'Alaihi wa Sallam bersabda :

إِنِّي لَسْتُ أَخْشَى عَلَيْكُم أَنْ تُشْرِكُوا وَلَكِنيِّ أَخْشَى عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا أَنْ تَنَافَسُوهَا

“Sesungguhnya aku tidak takut (khawatir) kalian akan menjadi musyrik (menyekutukan Allah sepeninggalku nanti), akan tetapi aku takut (khawatir) kalian akan berlomba-lomba memperebutkan dunia.” (Hadist Riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad) 

Karna para sahabat, mereka tidak melakukan syirik besar. Namun dalam masalah syirik kecil, mereka selalu diintai dan menjangkiti siapa saja.

Rasulullah Shallallahu'Alaihi wa Sallam bersabda :

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ. قَالُوْا: وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُوْلُ اللهِ؟” قَالَ: اَلرِّيَاءُ

Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Kemudian para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, Wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Riya’.” (Hadist Riwayat Ahmad)

Dalam hadist lain Rasulullah pernah bersabda,

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ؟ قَالَ: قُلْنَا: بَلَى، فَقَالَ: الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

“Maukah aku kabarkan kepada kalian, tentang yang lebih aku khawatirkan atas kalian daripada fitnahnya Al-Masih Ad-Dajjal?” Kemudian para sahabat berkata, “Tentu, wahai Rasulullah, apakah itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Asy-Syirkul Khafiy (syirik yang tersembunyi). (Kemudian Rasulullah mencontohkan) “Seseorang berdiri kemudian dia salat dan dia bagus-baguskan salatnya, karena dia tahu ada orang yang melihatnya.” (Hadist Riwayat Ibnu Majah)

Rasulullah Shalallahu'Alaihi wa Sallam berkata :

“Syirik yang menjalar pada umatku lebih samar daripada rayapan semut hitam yang berjalan di batu hitam.”

Diantara syirik kecil yang terabaikan itu adalah 

1. Bersandar kepada selain Allah

Bersandar kepada selain Allah bertentangan dengan tawakal kepada Allah. Puncak tauhid adalah tawakal kepada Allah. Lawan dari orang yang tidak tawakal adalah menyandarkan dirinya kepada selain allah. Kebanyakan syirik yang terjadi karna berlawan dari tawakal

Ayat didalam Al-Qur'an sangat banyak membahas tentang tawakal :
- Bertawakal lah kepada Allah jika kalian muslim
- Dan kepada Allah hendaknya orang bertawakal
- Dan hendaknya orang beriman bertawakal kepada Allah.
- Siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah cukup baginya. (Surah At Thalaq : 3)

Diantara salah syirik adalah memakai jimat. Seseorang yang bersandar kepada sesuatu yang bukan sebab.

Rasulullah Shallallahu'Alaihi wa Sallam bersabda :

مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barangsiapa yang menggantungkan tamimah (jimat), maka ia telah berbuat syirik” (Hadist Riwayat Ahmad)

Bahkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam pernah melihat seseorang yang memakai tali dilengannya. Rasulullah bertanya : Apa yang engkau pakai? Ia berkata : aku pakai karna aku mempunyai penyakit yang membuat lemah dan aku memakainya agar penyakitku (bisa) berkurang. Rasulullah Shalallahu'Alaihi wa Sallam berkata : lepaskan itu. Sesungguhnya jimat ini tidak menambah dirimu kecuali semakin lemah. Kalau engkau meninggal sementara engkau masih memakai jimat itu, maka tidak akan beruntung selama-lamanya.

Kenapa jimat dianggap besar disisi Rasulullah?

Karna sangat rentan merusak tauhid seseorang. Dimana seseorang bersandar kepada jimat tersebut, bukan kepada Allah Subhana wa Ta'ala.

2. Tathayyur.

Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :

الطِّيَرَةُ شِركٌ

“Thiyarah adalah kesyirikan”

Seperti contoh : kalau ada burung hantu lewat seakan-akan pertanda ada kematian. Kalau dia keluar lalu ada burung merpati buang kotoran dan menempel dibahunya, seakan-akan pertanda ada marabahaya.

Hal ini membuat dia tidak bertawakal kepada Allah melainkan menggantungkan kesialannya kepada hal-hal yang ia alami.

Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :

الطِّيَرَةُ شِركٌ ، الطِّيَرَةُ شِركٌ ، الطِّيَرَةُ شِركٌ ، وما منا إلا ، ولكنَّ اللهَ يُذهِبُه بالتَّوَكُّلِ

“Thiyarah adalah kesyirikan, thiyarah adalah kesyirikan, thiyarah adalah kesyirikan. Dan setiap kita pasti pernah mengalaminya. Namun Allah hilangkan itu dengan memberikan tawakkal (dalam hati)” (Hadist Riwayat Abu Daud)

Tathayyur dianggap syirik karna berlawanan dengan tawakal.

3. Ujub (percaya/pede pada diri sendiri)

Ujub yaitu merasa keberhasilan terjadi karna sebab-sebab diri sendiri.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan :

Barangsiapa yang mentahqiq (mewujudkan) اِيَّا كَ نَعْبُدُ وَاِ يَّا كَ نَسْتَعِيْنُ  maka dia akan selamat dari riya' dan ujub. اِيَّا كَ نَعْبُدُ yaitu ia berikrar setiap kali shalat hanya kepada engkaulah ya Allah aku beribadah. Dan siapa yang mentahqiq وَاِ يَّا كَ نَسْتَعِيْنُ  maka dia selamat dari ujub.

Riya' : Beribadah, berpuasa, mengaji, berbakti kepada orang tua karna Allah, bukan untuk disanjung siapapun.
Ujub : Ia tahu bahwa segala keberhasilannya dari Allah. Aku berhasil hafal Al-Qur'an, dapat hidayah karna Allah. 

Syaikhul Islam rahimahullah menjelaskan ujub adalah syirik yang terkait dengan tauhid rububiyah. Adapun riya' adalah syirik terkait tauhid uluhiyyah.

Kalau kita riya', tujuan kita adalah Allah dan selain Allah. Sehingga riya' ini kita menduakan (menyekutukan) Allah dan makhluk. Seperti kasus : saya berdakwah karna Allah dan saya juga berdakwah agar disanjung oleh manusia.

Adapun ujub, segala keberhasilan kita bukan karna Allah tapi juga karna diri kita sendiri. Sehingga ujub ini kita menduakan (menyekutukan) Allah dengan diri sendiri. 

Sehingga antara riya' dan ujub adalah : riya' syirik dari tujuan, sedangkan ujub syiri dari keberhasilan.

Kalau orang sudah terkena ujub, biasanya mereka :
- Susah untuk bersyukur
- Mudah sombong
- Mudah angkuh

Kejadian yang luar biasa dimana allah memberikan pelajaran yang sangat luar biasa kepada sahabat agar mereka benar-benar bersandar kepada Allah, dan tidak bersandar karna kemampuan mereka. Mereka pernah gagal diawal perperangan Perang Hunain. Disebabkan karna penyakit ujub.

Allah sebutkan dalam surah At Taubah : 25

لَـقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِيْ مَوَا طِنَ كَثِيْرَةٍ ۙ وَّيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ اِذْ اَعْجَبَـتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًـا وَّضَا قَتْ عَلَيْكُمُ الْاَ رْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّـيْتُمْ مُّدْبِرِيْنَ

"Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan Bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang."

Oleh karna itu seseorang harus waspada dalam kegiatan keseharian nya, ketika ia berhasil dalam apapun jangan ia ceritakan kepada orang lain dalam kondisi karna dia baik dalam perkara dunia maupun perkara akhirat. Tidak perlu kita berusaha untuk menyampaikan hal tersebut.

Nabi Sulaiman ketika berhasil mendatangkan singgasana ratu Bilqis, kemudian tiba-tiba hadir nabi Sulaiman lalu berkata : Kemampuan pasukanku untuk mendatangkan singgasana ratu Bilqis dalam segejap mata kemudian hadir didepan mata Nabi Sulaiman, namun nabi Sulaiman tidak berkata : karna saya adalah raja yang hebat. Melainkan ia hanya berkata : ia karna Allah Subhana wa Ta'ala.

Buya Firanda Andirja menyampaikan 2 doa :

Doa yang pertama 

اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ , وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ

Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan (syirik) yang menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahuinya; dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa-apa yang tidak aku ketahui.

Doa yang kedua

Do’a yang sering dipanjatkan oleh Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu adalah do’a berikut,

اللهم اجعل عملي كلها صالحا, واجعله لوجهك خالصا, و لا تجعل لأحد فيه شيئا

“Ya Allah, jadikanlah seluruh amalku sebagai amal yang shalih, Ikhlas karena mengharap Wajah-Mu, dan janganlah jadikan di dalam amalku bagian untuk siapapun.”

Wallahu'alam

(Oleh : Buya Firanda Andirja | Syirik Kecil Yang Terabaikan | Masjid Raya Bukittinggi | Kota Bukittinggi | 22 Muharram 1444 H)

Posting Komentar

0 Komentar