Subscribe Us

header ads

Hajinya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Bagian 2

Bab : Hajinya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

وَهُوَ أَعْمَى وَحَضَرَ وَقْتُ الصَّلَاةِ فَقَامَ فِي نِسَاجَةٍ مُلْتَحِفًا بِهَا كُلَّمَا وَضَعَهَا عَلَى مَنْكِبِهِ رَجَعَ طَرَفَاهَا إِلَيْهِ مِنْ صِغَرِهَا وَرِدَاؤُهُ إِلَى جَنْبِهِ عَلَى الْمِشْجَبِ فَصَلَّى بِنَا فَقُلْتُ أَخْبِرْنِي عَنْ حَجَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بِيَدِهِ فَعَقَدَ تِسْعًا فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَكَثَ تِسْعَ سِنِينَ لَمْ يَحُجَّ ثُمَّ أَذَّنَ فِي النَّاسِ فِي الْعَاشِرَةِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاجٌّ فَقَدِمَ الْمَدِينَةَ بَشَرٌ كَثِيرٌ كُلُّهُمْ يَلْتَمِسُ أَنْ يَأْتَمَّ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَعْمَلَ مِثْلَ عَمَلِهِ فَخَرَجْنَا مَعَهُ حَتَّى أَتَيْنَا ذَا الْحُلَيْفَةِ فَوَلَدَتْ أَسْمَاءُ بِنْتُ عُمَيْسٍ مُحَمَّدَ بْنَ أَبِي بَكْرٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ أَصْنَعُ قَالَ اغْتَسِلِي وَاسْتَثْفِرِي بِثَوْبٍ وَأَحْرِمِي

Dia telah buta. Ketika waktu shalat tiba, dia berdiri di atas sehelai sajadah yang selalu dibawanya. Tiap kali sajadah itu diletakkannya ke bahunya, pinggirnya selalu lekat padanya karena kecilnya sajadah itu. Aku bertanya kepadanya, "Terangkanlah kepadaku bagaimana Rasulullah ﷺ melakukan ibadah haji." Lalu ia bicara dengan isyarat tangannya sambil memegang sembilan anak jarinya. Katanya; Sembilan tahun lamanya beliau menetap di Madinah, namun beliau belum haji. Kemudian beliau memberitahukan bahwa tahun kesepuluh beliau akan naik haji. Karena itu, berbondong-bondonglah orang datang ke Madinah, hendak ikut bersama Rasulullah ﷺ untuk beramal seperti amalan beliau. Lalu kami berangkat bersama-sama dengan beliau. Ketika sampai di Dzulhulaifah, Asma` binti 'Umais melahirkan puteranya, Muhammad bin Abu Bakar. Dia menyuruh untuk menanyakan kepada Rasulullah ﷺ apa yang harus dilakukannya (karena melahirkan itu). Maka beliau pun bersabda, "Mandi dan pakai kain pembalutmu. Kemudian pakai pakaian ihrammu kembali." 

FAEDAH HADIST

Hukum orang buta mengimami orang yang normal
1. Imam Nawawi mengatakan bahwa tidak ada perbedaan didalam kebolehan dalam hal ini (artinya boleh orang yang buta mengimami orang yang normal) 

2. Hukum asalnya adalah boleh. Hanya saja perbedaan nya adalah mana yang lebih afdhal. 

3. Tiga pendapat dari madzhab syafi'i :

- Imam orang buta itu lebih baik daripada imam yang normal. Alasannya : karna orang yang buta lebih sempurna khusyu nya disebabkan dia tidak bisa melihat halyang mengganggu. 

- Imam orang yang normal lebih afdhal daripada orang yang buta. Alasannya : karna orang yang normal lebih hati-hati dari najis.

- Sama kedua-duanya. Disebabkan ke utama mereka itu sederajat atau senilai. Pendapat yang ketiga ini adalah pendapat yang terkuat dari madzhab syafi'i karna pendapat ini keluar dari imam syafi'i. 

4. Masalah imam : pemilik rumah, maka yang punya rumah lebih berhak menjadi imam daripada yang lain walaupun tamu bacaannya lebih bagus. Masjid yang sudah ditetapkan imamnya maka yang lebih berhak menjadi imam adalah yang sudah ditetapkan imamnya walaupun jamaah lebih bagus bacaannya. Seseorang tidak boleh mengimami suatu wilayahnya tanpa seijin darinya. 

5. Boleh nya shalat dengan memakai satu lembar kain. Dan ditambah dengan apabila ada yang lebih dari kain tadi.

6. Bolehnya menamakan susu (payudara) untuk laki-laki. 

7. Dianjurkan bagi imam untuk memberitahukan kepada manusia perkara-perkara yang penting agar mereka mempersiapkan diri terhadap perkara-perkara tersebut. 

8. Dianjurkan mandi bagi orang ihram disebabkan nifas. 

9. Sahnya orang yang ihram disebabkan nifas. Sahnya ihram karna telah disepakati ulama. 

Wallahuu'alam

[Oleh : Buya M. Elvi Syam | Kitab Shahih Muslim | 07 Syawal 1442 H | Masjid Al Hakim, Nanggalo]

Posting Komentar

0 Komentar