Subscribe Us

header ads

Tentang Sujud Sahwi

Ketika manusia lupa dan syaithan berusaha sangat untuk menggangu manusia dalam shalatnya dengan cara memunculkan pikiran-pikiran, boleh jadi akibat dari hal itu terjadi kekurangan dalam shalat atau ada penambahan shalat, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala mensyariatkan untuk orang yang shalat untuk sujud di akhir shalatnya yaitu untuk menembus atau menutupi hal tersebut. Dan dalam bentuk menghinakan syaithan karna syaithan menggagunya shalat, menutup kekurangan, dan sebagai tanda mencari keridhaan Allah. Sujud tersebut dinamakan dengan sujud sahwi. 

SUJUD SAHWI

Sahwi itu adalah lupa, yakni sujud yang disebabkan karna lupa.

Nabi telah lupa didalam shalatnya, lupanya nabi adalah nikmat dari Allah pada umatnya karna umatnya bisa memilih dan mencontoh apa yang disyariatkan oleh nabi ketika mereka lupa. 

Telah diabadikan dari nabi beberapa kejadian kelupaan didalam shalat. Beliau shalat dari 2 raka'at (shalat Dzuhur), lantas beliau sujud. Beliau shalat dari 3 raka'at sementara shalat 2 rakaat, lantas beliau sujud. Beliau juga pernah berdiri usai rakaat kedua tanpa melakukan tasyahud pertama karna lupa, lantas beliau pun sujud. 

Nabi bersabda :

“Jika salah seorang dari kalian lupa dalam shalat, hendaklah melakukan sujud sahwi.”

Sujud sahwi disyariatkan disebabkan salah satu dari 3 faktor :

1. Apabila dia menambah dalam shalatnya karna lupa, atau
2. Dia kurangi shalatnya karna lupa, atau
3. Dia ragu (dia menambah atau mengurangi)

Disebabkan oleh salah satu sebab ini maka ia sujud sesuai dengan dalil yang ada. Tidak setiap kali ada tambahan atau pengurangan ia sujud sahwi. 

Disyariatkan sujud sahwi apabila ada faktor penyebabnya. Baik itu shalat fardhu ataupun shalat sunnah karna keumuman dalil. 

JIKA MELAKUKAN PENAMBAHAN SESUATU

Disyariatkan sujud sahwi karna melakukan tambahan, baik itu penambahan didalam bacaan atau gerakan. Penambahan gerakan apabila dia dari jenis gerakan shalat (berdiri, ruku', sujud, duduk). Seperti : ada orang yang berdiri padahal seharusnya ia duduk, atau ia duduk yang seharusnya ia berdiri, atau ia melakukan penambahan ruku' atau sujud. Apabila perbuatan itu ia lakukan karna lupa maka ia sujud sahwi.

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu :

“Apabila seseorang menambah atau mengurangi melakukan sesuatu dalam shalat, hendaknya ia melakukan sujud sahwi dua kali.” (Hadist Riwayat Muslim). 

Karna tambahannya dalam shalat merupakan cacat didalam bentuk shalat itu sendiri. Maka disyariatkanlah sujud untuk menutupi kekurangan tadi. 

Begitu pula, apabila ia menambah satu rakaat, maka ia sujud untuk kelupaan tadi. Kalau seandainya dia ingat atau mengetahui ketika pada rakaat tambahan itu, maka harus segera ia duduk, lalu hendaklah ia tasyahud terlebih dahulu (jika belum tasyahud) kemudian melakukan sujud sahwi. Dan setelah itu salam. 

Perbedaan ketika lupa kita mengerjakan rakaat ketiga dan kelima :

1. Jika kita sudah ke rakaat ketiga lalu sudah berdiri sempurna (lupa tasyahud awal), maka tidak boleh lagi duduk untuk tasyahud, kenapa? Karna kita sudah masuk ke rakaat ketiga.

2. Namun ketika kita sudah masuk kerakaat kelima walaupun sudah berdiri sempurna, maka wajib duduk. Jika tidak duduk, berarti kita sengaja menambah rakaat. Sehingga menyebabkan shalatnya batal. 

Apabila imam lupa, maka makmum mengingatkannya. Berapa jumlah makmum yang mengingatkan? Dua orang. Kalau satu orang? Dikhawatirkan ia (juga) ragu.

Jika sudah ada yang mengingatkan, maka Imam harus mengikuti makmum. Apabila imam yakin dan ia tetap dengan pendiriannya, maka ia lanjutkan shalatnya. 

Jika seandainya imam lupa tasyahud awal dan sudah berdiri secara sempurna, meskipun sudah diingatkan oleh makmum, maka imam tidak boleh turun (duduk). Makmum juga tidak boleh turun (duduk).

Apabila imam menambah raka'at kelima dan sudah diingatkan oleh makmum namun imam bersikukuh bahwa ia benar, makmumpun akhirnya terpecah, ada yang mengikuti imam dan ada yang tidak mengikuti imam. Bagi yang tidak mengikuti imam, maka ia tetap duduk tasyahud sampai imam itu tasyahud, lalu ia salam bersama imam. Setelah selesai shalat baru ingatkan imam tersebut.

Adapun penambahan seperti tambahan didalam bacaan sujud atau ruku', maka dianjurkan untuk sujud sahwi, adapun jika tidak sujud sahwi juga tidak mengapa. Karna dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat ulama. 

Syaikh al Albani didalam kitab Shifat Shalat Nabi mengatakan :

“Terkadang nabi membaca bacaan pada rakaat ketiga dan keempat.”

JIKA MELAKUKAN KEKURANGAN SESUATU

Apabila lupa yang menyebabkan dia kurang sehingga meninggalkan wajib-wajib shalat. Kalau ditinggalkan rukun shalat seperti takbiratul ihram, maka shalatnya tidak sah. Dalam kondisi seperti ini tidak ada gunanya ia melakukan sujud sahwi. Namun apabila yang tertinggal rukun selain takbiratul ihram, seperti lupanya ruku' atau sujud, lalu ia ingat akan kelupaan tersebut, sebelum melakukan rakaat dan bacaan selanjutnya maka ia wajib kembali untuk melakukan nya dan melakukan gerakan-gerakan setelahnya. 

Seperti contoh :

Jika ia membaca Al-Fatihah, lalu membaca surat, dan ia langsung sujud (tanpa adanya ruku'), setelah sujud ia berdiri. Pada saat berdiri untuk raka'at berikutnya, ia ingat bahwa ia lupa ruku', maka sikap dia adalah : ruku', lalu i'tidal, lalu sujud, lalu duduk, sujud lagi, lalu berdiri untuk mengerjakan rakaat berikutnya. 

Apabila dia ingat ketika rakaat berikutnya, maka batallah rakaat yang ia meninggalkan rukun tadi. Maka rakaat berikutnya pengganti dari rakaat rukun yang tertinggal tadi. 

Seperti contoh :

Jika ia lupa ruku', lalu pada rakaat berikutnya ia sudah membaca Al-Fatihah, membaca Surat, maka rakaatnya tersebut pengganti dari rakaat sebelumnya. 

Apabila dia mengetahui rukun yang tertinggal kecuali setelah salam, maka ia meninggalkan rakaat yang sempurna.

1. Apabila fasenya tidak lama/panjang dan wudhunya masih ada, maka ia tambahkan satu rakaat, kemudian ia sujud sahwi, lalu ia salam. 

2. Apabila fasenya lama atau wudhunya batal, maka ia ulangi shalatnya lagi. 

a. Apabila lupa tasyahud akhir atau salam, maka ia tidak dianggap meningalkan satu rakaat penuh. Cukup baginya melakukan hal tersebut lalu ia sujud sahwi dan salam.

b. Apabila ia lupa tasyahud pertama, lalu bangkit menuju ke rakaat ketiga, ia wajib untuk duduk untuk mendapatkan tasyahud selama belum sempurna berdiri. Kalau ia berdiri sempurna maka makruh hukumnya untuk duduk. Jika ia sudah memulai bacaan, maka haram baginya untuk duduk. Karna ia sudah masuk kerakaat berikutnya.

c. Jika lupa membaca tasbih diwaktu ruku' atau sujud maka wajib ia mengerjakan nya selama ia belum berdiri kerakaat berikutnya

SUJUD SAHWI KARNA RAGU

Apabila ia ragu apakah dua rakaat atau tiga rakaat, dan semisalnya, maka diambillah nilai yang terkecil, lalu ia sujud sebelum salam. 

Hadist Abdurrahman bin Auf :

“Apabila salah seorang diantara kalian ragu dalam shalat, dan tidak tahu apakah telah shalat dua rakaat ataukah satu rakaat, hendaknya ia menganggap satu rakaat. Jika ia ragu apakah dua rakaat atau tiga rakaat, hendaknya ia menganggap dua rakaat.” (Hadist Riwayat Muslim dan Tirmidzi). 

Apabila makmum ragu apakah rakaat pertama atau kedua, maka ia jadikan rakaat pertama. Apabila ia ragu apakah ia mendapat rakaat imam atau tidak, maka rakaat tersebut tidak ia hitung. Setelah itu ia melakukan sujud sahwi.

Jika ia ragu meninggalkan suatu rukun maka ia lakukan rukun tadi lalu melakukan rakaat berikutnya. Namun apabila ia ragu meninggalkan wajib shalat, maka tidak perlu ia melakukan sujud sahwi. 

LALU ADAKAH BACAAN SUJUD SAHWI? 

Syaikh Utsaimin mengatakan :

“Kita boleh membaca bacaan didalam shalat (seperti bacaan subhana robbiyal a'la)” 

Atau kita boleh juga diam. 

KAIDAH SUJUD SAHWI

1. Jika ada penambahan dalam shalat maka sujud sahwinya setelah salam.

2. Kalau terjadi pengurangan maka sujud sahwinya sebelum salam. 

3. Kalau ragu, ragu ada 2 :

a. Ragu yang bisa diyakini : walaupun ia menjadi mengambil angka terkecil maka ia sujud setelah salam

b. Ragu yang tidak bisa diyakini : lalu ambil angka terkecil maka ia sujud sebelum salam. 
Apabila sudah sempurna shalat kita maka tidak perlu lagi tambah dengan sujud sahwi.

Wallahu'alam

[Oleh : Buya M. Elvi Syam | Kitab : Mulakhkhas Fiqhi | 05 Syawal 1442 H | Masjid Al Hakim, Kota Padang]

Posting Komentar

0 Komentar