Pertanyaan :
Bagaimana dengan perkumpulan-perkumpulan sekarang yang mengajak untuk bersatu, begitu pula dengan perkumpulan-perkumpulan yang mengatasnamakan dakwah yang juga mengajak kepada Allah namun pada hakikatnya ia mengajak kepada kelompoknya.
Jawaban :
Satu hal yang tidak bisa kita lupakan juga, makanya diawal kita mengatakan dikehidupan kita ini selalu ada dua sisi. Ada yang baik dan ada yang buruk. Makanya kuncinya untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dilihat dari jalannya. Kalau antum runut lagi kebelakang di awal pembicaraan kita, kita membacakan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
وَهَدَيْنَٰهُ ٱلنَّجْدَيْنِ
"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan," (Surah Al Balad : 10)
Allah Subhanahu wa Ta'ala bentangkan dua jalan, ada sisi baik dan ada sisi buruk. Timbangan baik dan buruk itu adalah agama kita.
Makanya kita berbicara tadi, bersatulah… bersatulah… bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Bukan itu!! Tapi yang kita suarakan dan kita katakan adalah apa yang disampaikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firmanNya :
وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai," (Surah Ali Imran : 103)
Persatuan yang diikat adalah ketika kita bersama-sama berpegang teguh kepada agama Allah. Itu kuncinya.
Jadi bukan hanya persatuan-persatuan, kebersamaan, persahabatan tapi dengan dasar yang tidak sesuai dengan agama kita. Bagaimana kita mendapatkan ukhuwah yang kita sebutkan tadi. Satu point utama saja yang kita jelaskan tadi tentang keberkahan majelis. Akankah keberkahan majelis itu akan diberikan kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala ketika majelis itu adalah majelis yang tidak sesuai dengan ketetapan dan syariat Allah? Tidak mungkin. Jadi itu maksudnya. Bukan hanya kita menghimbau untuk bersama, bersatu, sementara kita tidak tahu jalinan kebersamaan itu seperti apa.
Maka terkait kelompok, organisasi, perkumpulan, apapun itu, apakah dikampus atau dimana saja, maka lihat apa yang menjadi dasar perkumpulan itu sendiri. Sesuaikah dengan koridor yang ada didalam syariat agama kita yang tidak menjerumuskan kita kedalam larangan ta'ashub, berfirqah-firqah, berkelompok-kelompok? Maka kalau kita melihat sisi itu mengarah, mengajak, menghimbau kepada golongan tertentu maka itu bukanlah dari syariat agama kita.
Jadi, disini kita harus cermat dimanapun itu. Saya tidak mengatakan sebatas organisasi-organisasi kampus, perserikatan-perserikatan yang ada dimasyarakat atau organisasi yang ada dilingkungan kita, apapun itu, maka lihat dasarnya apa, fungsinya apa. Sesuaikah dengan koridor dengan agama kita. Kalau ada hal-hal yang mulai melenceng bahkan tidak menutup kemungkinan terjadi pada perkumpulan-perkumpulan yang mengatasnamakan dakwah.
Legalitas perkumpulan beberapa orang yang kemudian membangun kebersamaan didalam dakwah yang mengharuskan dia untuk melegalkannya dengan mendirikan yayasan. Ini adalah langkah yang berkaitan dengan birokrasi dunia, bukan untuk tujuan dakwah. Dakwah kita bukan dakwah yang mengajak orang kepada yayasan, bukan dakwah mengajak kepada perkumpulan, tapi dakwah kita adalah dakwah yang mengajak kepada Allah.
Kalau seandainya yayasan didirikan untuk kepentingan dakwah tapi sekarang sudah menjadi warna dominan didalam dakwah (jika bukan dari yayasannya maka silakan minggir) ini sudah mengarahkan kita kepada ketergelinciran dan tidak berhenti dari taashub dan tafarruqu (bercerai berai). Maka hati-hati
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ
"Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah."
Maka kita perlu saling mengingatkan. Apalagi sesuatu yang jelas yaitu berafiliasi.
Prinsip tujuan kita itu apa? Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)” (Surah Adz-Dzaariyaat : 56).
Selama disitu ada nilai ibadah tentu dengan pandangan syariat agama kita, jalankan. Tapi ketika sudah mulai menyerempet yang mengarahkan kita kepada ketergelinciran, maka hindari. Inilah jati diri seorang mukmin
Wallahu'alam
[Oleh : Buya Abu Thohir Jones Vendra]
0 Komentar
Tinggalkan balasan