Bab : Sebaik-baik Harta Dunia Adalah Wanita Yang Shalihah
Hadist pertama
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ أَخْبَرَنِي شُرَحْبِيلُ بْنُ شَرِيكٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abdullah bin Numair Al Hamdani telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid telah menceritakan kepada kami Haiwah telah mengabarkan kepadaku Syurahbil bin Syarik bahwa dia pernah mendengar Abu Abdurrahman Al Hubuli telah bercerita dari Abdullah bin 'Amru bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda, "Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah."
Faedah hadist :
1. Siapa wanita yang shalihah itu? Dalam hadist lain tapi tidak dikeluarkan oleh Imam Muslim melainkan dikeluarkan oleh Imam An Nasa'i,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya, “Perempuan seperti apa yang paling baik?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab,
الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
“Yang paling menyenangkan jika dilihat suami, mentaati suami jika suami memerintahkan sesuatu, dan tidak menyelisihi suami dalam diri dan hartanya dengan apa yang dibenci oleh suaminya.”
2. Hadist ini mengumpulkan ciri-cri bagi wanita yang mana menjadi teman atau pendamping hidup yang baik. Dia akan menjadi langgeng untuk hidup bersama yang mana bisa membahagiakan suami dengannya disebabkan pada dirinya terdapat sifat-sifat yang baik dimana sifat-sifat itu sebagai standarisasi dari keshalihan. Dan inilah tanda-tanda kesuksesan.
3. Didalam hadist ini juga, nabi menyebutkan 3 sifat bagi seorang wanita yakni sifat yang menunjukkan akan standarisasi baiknya seorang wanita. Apabila kita amati 3 sifat ini maka kita akan melihat berbeda-beda kenyataannya. Akan tetapi, wanita yang baik itu adalah wanita yang bisa mewujudkan 3 hal tersebut. Kalau sudah ada 3 sifat ini pada wanita, maka hidup akan nyaman.
4. Tiga sifat ini menunjukkan bahwa :
- Menggembirakan nya apabila dilihat. Dan ini adalah relatif, secantik apapun istri apabila akhlaknya tidak baik, risau juga hati. Istri memasukkan rasa kebahagiaan kepada suami. Mukanya yang selalu ramah, tidak muka yang selalu banyak tuntutan, muka yang selalu mengeluh.
- Mentaati perintah suami. Mana batasnya? Batasnya adalah selama tidak memerintahkan bermaksiat kepada Allah. Kalau dia tidak bermaksiat kepada Allah maka wajib ditaati. Tentu yang lain yaitu kaidah umum La dororor wala diror (tidak ada bahaya dan membahayakan). Kalau seandainya ada perintah suami yang membahayakan istri ataupun diri suami itu sendiri atau yang lainnya maka juga tidak boleh ditaati, namun dengan cara yang baik kita jelaskan. Adapun hal-hal suami perintahkan namun kurang cocok bagi istri maka tiada lain bagi istri yaitu mengikuti apa yang diinginkan oleh suami, termasuk juga seperti pindah rumah. Dan ini juga berat jika dibawakan kedalam budaya. Budaya minang, suami tinggal di rumah keluarga istri. Ketika istri mau diajak oleh suami terkadang ada sedikit berat hati jika seandainya sudah mendapatkan kenyamanan berasa ditempat keluarganya. Maka disini terjadi ujian bagi seorang perempuan. Menjadi wanita shalihah adalah mentaati apa yang diperintahkan oleh suami. Dan didalam perintah ini disebutkan bahwa tidak semua wanita mentaati perintah suaminya diatas derajat yang sama. Ada yang betul-betul manut, ada yang tidak. Tentu semakin dia memberikan kenyaman kepada suaminya dia tidak banyak tuntutan kepada suaminya, ia menerima apa yang diperintahkan suaminya, kemudian memerintahkan apa yang diperintahkan oleh suaminya sehingga suaminya menjadi ridha.
- Istri tidak menyelisihi (tidak berbeda) suaminya akan hal-hal yang tidak disukai suami, baik pada istri seperti corak pakaian istri yang tidak disukai oleh suami meskipun istri menyukai nya. Pada saat itu, ia harus menurun kan frekuensi egonya. Meskipun dia berkata : saya sejak kecil dibiarkan kok oleh ayah saya seperti ini. Ketika suami tidak sukai, maka mau tidak mau istri harus tunduk kepada apa yang diinginkan suaminya. Dan juga pada harta suami, maka dia tidak boleh membelanjakan, mempergunakan harta suami pada apa-apa yang tidak disukai suami.
Itu semua adalah unsur-unsur yang bisa menjamin hubungan dan kebersamaan suami istri. Maka kalau kita lihat disini memang mencari keridhaan suami adalah hal yang bisa mengantar istri kedalam surga. Dan tentu keridhaan suami ini pada hal yang dibolehkan oleh syariat.
Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam mengatakan :
“إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا؛ قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ”.
“Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau”. (Hadist Riwayat Ahmad)
Ini adalah faktor bagi seorang wanita masuk kedalam surga. Diujung hadist ini terdapat ketaatan kepada suami. Dan ini berat, berat bagi yang biasa membangkang dan juga bagi wanita yang kurang bersyukur.
Karna wanita juga disebutkan oleh nabi :
"Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
وَأُرِيتُ النَّارَ، فَلَمْ أَرَ مَنْظَرًا كَاليَوْمِ قَطُّ أَفْظَعَ، وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ
“Diperlihatkan kepadaku neraka, dan aku tidaklah melihat pemandangan yang lebih mengerikan pada hari itu. Aku melihat mayoritas penghuninya adalah para wanita.”
Para sahabat mengatakan, “Wahai Rasulullah, apa sebabnya?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa stallam mengatakan,
بِكُفْرِهِنَّ
“Dengan sebab kekafirannya.”
Para sahabat bertanya lagi, “Karena kekafiran mereka terhadap Allah?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab,
يَكْفُرْنَ العَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ كُلَّهُ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Karena mereka mengingkari (kebaikan) suami, mereka mengingkari kebaikan (orang lain). Jika Engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka bertahun-tahun lamanya, kemudian mereka melihat darimu sesuatu (satu kesalahan), maka mereka mengatakan, ‘Tidaklah aku melihat satu kebaikan pun darimu sama sekali.’” (Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hanya karna satu kehendaknya yang tidak dipenuhi oleh suami, semua kebaikan suami yang pernah diberikannya, diingkarinya. Apa penyebabnya? Kurangnya kesabarannya. Ungkapan itulah yang menyebabkan ia masuk kedalam api neraka
Sebaliknya, Nabi mengatakan :
"Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda :
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ فِي الْجَنَّةِ؟قُلْنَا بَلَى يَا رَسُوْلَ الله كُلُّ وَدُوْدٍ وَلُوْدٍ، إِذَا غَضِبَتْ أَوْ أُسِيْءَ إِلَيْهَا أَوْ غَضِبَ زَوْجُهَا، قَالَتْ: هَذِهِ يَدِيْ فِي يَدِكَ، لاَ أَكْتَحِلُ بِغَمْضٍ حَتَّى تَرْضَى
“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?” Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!” Nabi Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.” (Hadist Riwayat Ath Thabarani)
Dijelaskan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam :
Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.” (Hadist Riwayat Ath Thabarani)
Yakni istri yang berusaha mencari keridhaan suami. Ketika ia salah ia tetap meminta maaf. Ketika suaminya salah pun ia juga meminta maaf. Bukan malah mempertahankan egonya. Bukankah pertengkaran rumah tangga disebabkan oleh satu sama lainnya menahan egonya?
Istri yang patuh kepada suaminya, ketika suaminya salah, tetap ia meminta maaf. Laki-laki itu apabila ia ditantang, ia akan menantang lagi. Itu disebabkan karna pekerjaannya yang setiap hari menantang.
Jika istri meminta maaf disaat suami bersalah, suami tidak akan mungkin berkata : Nah, benarkan aku tidak salah?
Inilah istri yang akan masuk surga, menjadi penduduk surga, ketika ia mencari keridhaan suaminya. Dan inilah sebaik-baik kenikmatan. Apakah ada kenikmatan setelah itu lagi? Tidak ada. tidak ada artinya lagi dunia. Apalah artinya rumah yang besar kalau didalam rumah itu selalu bertengkar setiap hari.
Maka ketiga point ini tidak akan mungkin sama dan mudah untuk mewujudkannya. Akan tetapi secara umum bahwasanya, wanita yang baik itu adalah wanita yang bisa mewujudkan tiga hal tersebut.
5. Ada 4 bagian dari tanda-tanda kebahagiaan
- Istri yang shalihah
- Rumah yang luas
- Kendaraan yang nyaman
- Tetangga yang shalihah
Shalihah itu tidak pada kecantikan, tidak pada parasnya, tidak kepada keturunannya, tidak kepada hartanya. Tapi keshalihan itu ada pada agamanya.
Wallahu'alam
[Oleh : Buya M. Elvi Syam | Kitab Shahih Muslim | 25 Syawal 1443 H | Masjid Al Hakim, Kota Padang]
0 Komentar
Tinggalkan balasan