Subscribe Us

header ads

Wajibnya Membayar Kafarah Bagi Orang Yang Mengharamkan Istri Atas Dirinya


Bab : Wajibnya Membayar Kafarah Bagi Orang Yang Mengharamkan Istri Atas Dirinya

Wajibnya Membayar Kafarah Bagi Orang Yang Mengharamkan Istri Atas Dirinya tapi tidak diniatkan untuk mentalaknya

Hadist pertama

و حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ هِشَامٍ يَعْنِي الدَّسْتَوَائِيَّ قَالَ كَتَبَ إِلَيَّ يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ يُحَدِّثُ عَنْ يَعْلَى بْنِ حَكِيمٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ فِي الْحَرَامِ يَمِينٌ يُكَفِّرُهَا وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ
{ لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ }

Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim dari Hisyam yaitu Ad Dastawa`i dia berkata; Yahya bin Abu Katsir menulis sesuatu kepdaku, bahwa dia bercerita dari Ya'la bin Hakim dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas dia berkata, Di tanah haram (suci) itu terdapat satu janji yang telah ditunaikan kaffarahnya. Lalu Ibnu Abbas membaca Firman Allah Ta'ala, "Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu."

Hadist kedua

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بِشْرٍ الْحَرِيرِيُّ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ يَعْنِي ابْنَ سَلَّامٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ أَنَّ يَعْلَى بْنَ حَكِيمٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ
إِذَا حَرَّمَ الرَّجُلُ عَلَيْهِ امْرَأَتَهُ فَهِيَ يَمِينٌ يُكَفِّرُهَا وَقَالَ
{ لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ }

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bisyr Al Hariri telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah, yaitu Ibnu Salam dari Yahya bin Abu Katsir bahwa Ya'la bin Hakim telah mengabarkan kepadanya, bahwa Sa'id bin Jubair telah mengabarkan kepadanya, bahwa dia pernah mendengar Ibnu Abbas berkata; Apabila seorang suami mengharamkan dirinya (bersetubuh) dengan istrinya, maka hal itu merupakan sumpah yang kafaratnya (dendanya) harus di bayar. Dia melanjutkan, "Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu."

Faedah hadist :

1. Bagi seorang suami jika mengatakan : Wallahi, saya tidak akan menyetubuhi dirinya, itu bukanlah talak, melainkan itu adalah sumpah yang harus dia bayarkan kafaratnya.

Hadist ketiga

و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ أَنَّهُ سَمِعَ عُبَيْدَ بْنَ عُمَيْرٍ يُخْبِرُ أَنَّهُ سَمِعَ عَائِشَةَ تُخْبِرُ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَمْكُثُ عِنْدَ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ فَيَشْرَبُ عِنْدَهَا عَسَلًا قَالَتْ فَتَوَاطَيْتُ أَنَا وَحَفْصَةُ أَنَّ أَيَّتَنَا مَا دَخَلَ عَلَيْهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلْتَقُلْ إِنِّي أَجِدُ مِنْكَ رِيحَ مَغَافِيرَ أَكَلْتَ مَغَافِيرَ فَدَخَلَ عَلَى إِحْدَاهُمَا فَقَالَتْ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ بَلْ شَرِبْتُ عَسَلًا عِنْدَ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ وَلَنْ أَعُودَ لَهُ فَنَزَلَ
{ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ إِلَى قَوْلِهِ إِنْ تَتُوبَا }
لِعَائِشَةَ وَحَفْصَةَ
{ وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيثًا }
لِقَوْلِهِ بَلْ شَرِبْتُ عَسَلًا

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Muhammad telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku 'Atha` bahwa dia mendengar 'Ubaid bin 'Umair mengabarkan bahwa dia mendengar 'Aisyah mengabarkan bahwa ketika Nabi ﷺ tinggal di rumahnya Zainab binti Jahsyi, beliau minum madu, (Aisyah) melanjutkan; Kemudian saya dan Hafshah saling berpesan, yaitu kepada siapa di antara kami yang didatangi Nabi ﷺ lebih dulu, maka ia harus mengatakan; Sesungguhnya saya mencium darimu bau maghafir (yaitu jenis buah yang manis dan berbau tidak sedap), apakah Anda memakan buah Maghafir? Lalu beliau menemui salah satu dari mereka, maka salah satu dari mereka mengatakan (pesan yang telah disepakati), jawab beliau, "Tidak, akan tetapi saya meminum madu di sisi Zainab binti Jahsy, dan saya tidak akan mengulanginya lagi." Maka turunlah ayat, "Mengapa kamu mengharamkan apa yang d halalkan Allah untukmu-sampai Firman-Nya- jika kamu berdua bertobat -yaitu Aisyah dan Hafshah- dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya suatu peristiwa." (At Tahrim: 1-3). Yaitu berkenaan dengan sabda beliau, "Tetapi saya meminum madu."

Hadist keempat

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ وَهَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ الْحَلْوَاءَ وَالْعَسَلَ فَكَانَ إِذَا صَلَّى الْعَصْرَ دَارَ عَلَى نِسَائِهِ فَيَدْنُو مِنْهُنَّ فَدَخَلَ عَلَى حَفْصَةَ فَاحْتَبَسَ عِنْدَهَا أَكْثَرَ مِمَّا كَانَ يَحْتَبِسُ فَسَأَلْتُ عَنْ ذَلِكَ فَقِيلَ لِي أَهْدَتْ لَهَا امْرَأَةٌ مِنْ قَوْمِهَا عُكَّةً مِنْ عَسَلٍ فَسَقَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُ شَرْبَةً فَقُلْتُ أَمَا وَاللَّهِ لَنَحْتَالَنَّ لَهُ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِسَوْدَةَ وَقُلْتُ إِذَا دَخَلَ عَلَيْكِ فَإِنَّهُ سَيَدْنُو مِنْكِ فَقُولِي لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَكَلْتَ مَغَافِيرَ فَإِنَّهُ سَيَقُولُ لَكِ لَا فَقُولِي لَهُ مَا هَذِهِ الرِّيحُ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَشْتَدُّ عَلَيْهِ أَنْ يُوجَدَ مِنْهُ الرِّيحُ فَإِنَّهُ سَيَقُولُ لَكِ سَقَتْنِي حَفْصَةُ شَرْبَةَ عَسَلٍ فَقُولِي لَهُ جَرَسَتْ نَحْلُهُ الْعُرْفُطَ وَسَأَقُولُ ذَلِكِ لَهُ وَقُولِيهِ أَنْتِ يَا صَفِيَّةُ فَلَمَّا دَخَلَ عَلَى سَوْدَةَ قَالَتْ تَقُولُ سَوْدَةُ وَالَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَقَدْ كِدْتُ أَنْ أُبَادِئَهُ بِالَّذِي قُلْتِ لِي وَإِنَّهُ لَعَلَى الْبَابِ فَرَقًا مِنْكِ فَلَمَّا دَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَكَلْتَ مَغَافِيرَ قَالَ لَا قَالَتْ فَمَا هَذِهِ الرِّيحُ قَالَ سَقَتْنِي حَفْصَةُ شَرْبَةَ عَسَلٍ قَالَتْ جَرَسَتْ نَحْلُهُ الْعُرْفُطَ فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيَّ قُلْتُ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ دَخَلَ عَلَى صَفِيَّةَ فَقَالَتْ بِمِثْلِ ذَلِكَ فَلَمَّا دَخَلَ عَلَى حَفْصَةَ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا أَسْقِيكَ مِنْهُ قَالَ لَا حَاجَةَ لِي بِهِ قَالَتْ تَقُولُ سَوْدَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَاللَّهِ لَقَدْ حَرَمْنَاهُ قَالَتْ قُلْتُ لَهَا اسْكُتِي
قَالَ أَبُو إِسْحَقَ إِبْرَاهِيمُ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ بِشْرِ بْنِ الْقَاسِمِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ بِهَذَا سَوَاءً و حَدَّثَنِيهِ سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Al 'Ala` dan Harun bin Abdullah keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Hisyam dari ayahnya dari Aisyah dia berkata; Bahwa Rasulullah ﷺ menyukai manisan dan madu, jika beliau selesai shalat Asar, beliau biasa berkeliling ke rumah para istrinya lalu mampir sebentar, suatu ketika beliau mampir di rumah Hafshah, dan berhenti di situ lebih lama dari biasanya, lantas saya bertanya mengenai apa yang terjadi, dikatakan kepadaku, ternyata seorang wanita dari kaumnya telah memberikan semangkuk madu, lalu dia (Hafshah) menuangkan seteguk kepada Rasulullah ﷺ, saya pun berkata; Demi Allah, saya akan menggodanya. Kemudian saya memberi tahu Saudah, saya berkata; Jika beliau masuk menemuimu, sebab sebentar lagi beliau akan mampir (di rumahmu), maka katakanlah kepadanya; Wahai Rasulullah, apakah Anda habis makan buah maghafir? Pasti beliau nanti akan bilang tidak. Lalu katakan lagi kepadanya; Lalu bau apakah ini? Biasanya beliau sangat tidak suka jika mendapati bau, nanti beliau akan mengatakan kepadamu; Hafshah telah menuangkan untukku seteguk madu, lalu katakanlah kepada beliau; Lebahnya makan buah 'urfuth (sejenis pohon dengan buah yang berbau tidak sedap). Maka saya akan mengatakan seperti itu kepada beliau, dan kamu juga wahai Shafiyah. Ketika beliau masuk ke rumah Saudah, Saudah berkata; Demi Dzat yang tidak ada ilah yang berhak disembah selain Dia, hampir saja saya mengungkapkan apa yang kamu (Aisyah) katakan kepadaku karena saya takut kepadamu, ketika Rasulullah ﷺ baru sampai di depan pintu, tatkala Rasulullah ﷺ mendekat, dia mengatakan; Wahai Rasulullah, apakah Anda habis makan buah Maghafir? Beliau menjawab, "Tidak." Dia melanjutkan; Lantas, bau apakah ini? Beliau menjawab, "Hafshah telah menuangkan untukku seteguk madu." Dia melajutkan; Lebahnya makan urfuth. Tatkala beliau menemuiku, saya pun mengatakan seperti itu, kemudian beliau masuk ke rumah Shafiyah, maka Shafiyah pun mengatakan dengan hal yang sama. Tatkala beliau masuk ke rumah Hafshah, dia berkata; Wahai Rasulullah, apakah saya perlu menuangkan madu lagi? Beliau menjawab, "Tidak, saya tidak membutuhkan lagi." Dia (Aisyah) berkata; Kemudian Saudah berkata; Subhanallah, demi Allah, sungguh kita telah mengharamkannya. Dia (Aisyah) berkata; Saya berkata kepadanya; Diamlah kamu! Abu Ishaq Ibrahim berkata; Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Bisyr bin Al Qasim telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dengan hadits seperti ini, dan telah menceritakan kepadaku Suwaid bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir dari Hisyam bin 'Urwah dengan isnad seperti ini.

Faedah hadist :

1. ‘beliau biasa berkeliling ke rumah para istrinya lalu mampir sebentar,’ ini menunjukkan bolehnya untuk mendatangi istinya pada siang hari pada waktu yang bukan jadwalnya tanpa menggaulinya kecuali ijin si istri.

2. Nabi merupakan orang yang tidak suka dengan aroma yang tidak sedap. Maka, ketika nabi sebelum masuk kerumah istrinya, beliau terlebih dahulu bersiwak.

3. Terjadi perbedaan pandangan ulama jika seandainya suami mengatakan kepada istrinya : Engkau haram untukku,

Madhzab Syafi'i mengatakan :
- Apabila dia niatkan ucapan tadi engkau haram terhadap diriku, kalau itu dikatakannya dengan niat mentalak, maka sah menjadi talak.
- Kalau dia niatkan untuk dzhihar yaitu menyerupakan keharaman istri dengan keharaman mahram bukan untuk mentalak (tidak ingin menggaulinya) maka dia adalah dzhihar.
- Kalau dia meniatkan istrinya bukan dengan niat talak dan juga dzhihar, dia mengharamkan istrinya hanya untuk tidak menggauli istrinya, dengan lafadz tersebut maka mengharuskan dia untuk membayar kafarat sumpah. Lafadz tersebut tidak menjadi sumpah namun ia harus membayar kafarat sumpah.
- Kalau seandainya tidak dia niatkan untuk apapun dalam ucapannya tersebut maka harus dia membayar kafarat sumpah.

4. Pendapat kedua, itu adalah pendapat yang sia-sia (pendapat yang kosong), maka tidak perlu apapun dan tidak memiliki efek hukum.

5. Qady Iyadh mengatakan : didalam permasalahan ini ada 14 pendapat, salah satu yang masyur dari Madhzab Malik bahwasanya sumpah seseorang terhadap istrinya untuk tidak menggaulinya itu jatuh talak tiga baik dia gauli istrinya maupun tidak dia gauli istrinya. Akan tetapi dia niatkan kurang dari tiga talak maka itu diterima sebagai talak satu atau dua tapi tidak kepada istri yang belum digauli.

6. Ulama mengatakan bahwa dia wajib menbayar kafarat disebabkan sumpah yang mengharamkan. Abu Hanifa diharamkan kepadanya apa yang diharamkan baik itu makanan, maka dia tidak dituntut untuk membayar kafarat sampai dia ingin memakannya.

7. Madhzab Imam Malik dan Imam Syafii dan mayoritas ulama, apabila seseorang mengatakan kepada dirinya : makanan ini haram terhadapku, aku haram berbicara dengan si fulan, ataupun yang lainnya kecuali dia mengharamkan istri/budaknya maka ungkapan itu hanyalah perkataan yang sia-sia bukanlah sumpah. Hal-hal yang diharamkan tidak menjadi haram bagi dirinya. Apabila dia ingin memakannya, maka tidak mengapa.

8. Bagi orang yang memiliki lebih dari satu istri maka dia boleh mendatangi istrinya setiap ari tetapi tidak menggaulinya, sebab hak malam dan siang hari memiliki jadwalnya masing-masing.

Wallahu'alam

[Oleh : Buya M. Elvi Syam | Kitab Shahih Muslim | 08 Dzulqaidah 1443 H | Masjid Al Hakim, Kota Padang]

Posting Komentar

0 Komentar