Subscribe Us

header ads

Prinsip Aqidah Ahlussunnah wal Jam’aah Didalam Hadits Irbadh bin Sariyah


Karakteristik Ahlussunnah wal jamaah menurut Syaikh Abdullah bin Shalih Al-'Ubailan dalam kitab An-Nubadz ala Syarhi As-Sunnah lil Barbahari :

1. Konsistensi diatas kebenaran dan tidak berubah-ubah.
2. Semangat antusias ahlussunnah dalam menyebarkan aqidah ahlusunnah serta membantah yang menyelisihinya, dan mubtadi’.
3. Kesepatakan ahlussunnah diatas aqidah shahihah.
4. Mereka meyakini bahwa as-salaf paling paham dalam agama ini, paling bijak, dan yang paling selamat.
5. Mereka adalah orang yang paling sunnah Rasulullah ﷺ dan mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ.

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Najih Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘Anhu yang juga diriwayatkan oleh Tirmidzi.

عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قاَلَ : وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظًةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةً مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ

Dari Abu Najih Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata : “Rasulullah ﷺ memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang karenanya hati kami bergetar dan air mata mengalir, maka kami mengatakan : ‘Ya Rasulullah, seolah-olah ini adalah pesan dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah kami wasiat!’

Maka kemudian beliau ﷺ bersabda : ‘Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, dan patuh serta taat (kepada pemimpin) meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Dan sungguh orang yang hidup di antara kalian sepeninggalku, dia akan mendapat perbedaan yang banyak. Maka ikutilah sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah itu dengan geraham-geraham kalian, dan hindarilah oleh kalian perkara-perkara yang baru dalam agama, karena setiap bid’ah adalah kesesatan.’” (Hadits Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi, At-Tirmidzi mengatakan ini adalah hadits yang hasan shahih)

Rasulullah ﷺ memberikan sebuah wasiat : aku wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah, dan wajib mendengar serta taat kepada pemimpin kaum muslimin meskipun pemimpin kalian dari budah Ethiopia, dan barangsiapa yang hidup setelahku nanti maka dia akan melihat perpecahan yang banyak, pegang erat sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin, gigit erat dengan gigi geraham kalian, jauhkanlah diri kalian dari hal-hal yang baru dalam urusan agama, karna setiap yang baru dalam urusan agama itu adalah bidah, dan setiap bidah itu sesat. (Hadits Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, dan yang lainnya)

Syaikh Sulaiman ar-Ruhaily dalam Dirosatun fi Manhaj menyebutkan, prinsip Ahlussunnah itu :

1. Tauhid

‘Aku wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah’. Tidak mungkin orang itu bertakwa kecuali dia bertauhid. Karna takwa itu melaksanakan perintah Allah dan perintah Allah yang paling utama adalah perintah untuk bertauhid. 

Kata ulama mengatakan bahwa perintah Allah pertama kali didalam Al-Qur’an adalah perintah untuk bertauhid.

Allah ﷻ berfirman :

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اعۡبُدُوۡا رَبَّكُمُ الَّذِىۡ خَلَقَكُمۡ وَالَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَ ۙ‏ 

“Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (Surah Surah Al-Baqarah : 21)

Al Imam Al-Lalika'i dalam kitab Al I’tiqad :

“Sesungguhnya yang paling wajib dipelajari oleh seorang hamba adalah mengenali ushuluddin (aqidah) dan apa yang Allah ﷻ wajibkan atas hamba dari mengenal tauhid dan sifa-sifatNya.”

Tidak hanya cukup menyeru kepada tauhid tanpa melarang dari kesyirikan. Rasulullah ﷺ ditahun 10 pertama di Kota Makkah dakwah beliau hanya Laa ilaha illah sampai akhir hayat beliau mengatakan :

“Allah melaknat Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kuburan nabi mereka sebagai masjid.”

2. Wajib mendengar dan taat kepada pemimpin-pemimpin kaum muslimin meskipun dari budak Ethiopia (selama tidak bermaksiat kepada Allah ﷻ)

Syaikhul Islam bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam kitab Ushulusittah, dahulu prinsip ini adalah prinsip yang terang benderang didalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah ﷺ tentang penjelasan tauhid dan syirik. Begitupula penjelasan tentang wajibnya mendengar dan taat kepada pemimpin kaum muslimin. Namun dijaman sekarang ini, pembahasan ini begitu sangat asing. 

Maka seorang muslim apalagi yang mengaku ahlusunnah wal jamaah, ini adalah salah satu prinsip ahlusunnah yaitu mendengar dan taat kepada pemimpin kaum muslimin, bahkan rata-rata di kitab-kitab aqidah ahlusunnah ada pembahasan ini.

Salah satu syubhat : “Kita tidak wajib taat kepada pemimpin yang dzalim, taat itu kepada pemimpin yang adil dan sholeh.”

Maka kita katakan : “Rasul telah membantah ucapan tersebut didalam sebuah hadits,

يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ

“Akan ada setelahku para pemimpin (penguasa) yang mereka tidak melaksanakan petunjukku dan juga tidak melaksanakan sunnahku (ajaranku). Akan ada di tengah-tengah mereka sejumlah penguasa yang berhati setan, raganya saja yang berwujud manusia.”

Hudzaifah kembali bertanya, “Apa yang harus kami perbuat jika kami menjumpai masa tersebut?”

Rasulullah ﷺ bersabda,

تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ، وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ

“Hendaklah Engkau mendengar dan taat kepada penguasa, meskipun mereka memukul punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan taat.” (Hadits Riwayat Muslim)

Ketaatan kepada kaum muslimin hukumnya adalah wajib dan ini merupakan prinsip ahlussunnah wal jamaah. Yang namanya prinsip kalau dilanggar orang tersebut bisa keluar dari ahlussunnah wal jamaah dalam artian : kalau dia meyakini tidak wajib mendengar dan taat kepada pemimpin dalam hal yang tidak bermaksiat maka dia mubtadi’. Kalau dia meyakini mendengar dan taat kepada pemimpin dalam hal yang tidak bermaksiat, maka dia ahlul maksiat.

Sikap ahlussunnah terhadap pemimpin :

1. Membai’at nya. Dalam islam bai’at hanya berlaku kepada pemimpin kaum muslimin, tidak ada bai’at kepada tokoh manapun.

2. Wajib menghormati pemimpin kaum muslimin. Rasulullah ﷺ bersabda : “Barangsiapa yang memuliakan pemimpinnya, maka Allah pasti akan memuliakannya.”

3. Dilarang menghina atau mencaci maki pemimpin kaum muslimin. Rasulullah ﷺ bersabda : “Barangsiapa yang menghinakan pemimpinnya, maka Allah akan menghinakannya.”

4. Bersabar akan kedzhalimannya. Rasulullah ﷺ bersabda : “Barangsiapa yang melihat dari pemimpinnya sesuatu yang tidak ia sukai, maka bersabarlah.”

5. Mendengar dan taat kepada pemimpin dalam hal yang tidak bermasiat kepada Allah

6. Menasehati pemimpin dengan lemah lembut dan sembunyi-sembunyi. Rasulullah ﷺ bersabda : “Agama adalah nasihat. Sahabat bertanya” : “Untuk siapa ya Rasulullah?” Rasulullah ﷺ berkata : “Untuk Allah, Rasul dan kitabNya dan untuk pemimpin kaum muslimin serta rakyat kaum muslimin.” Kata para ulama, menasehati antara pemimpin dan rakyat dibedakan. Untuk pemimpi dinasehati secara sembunyi-sembunyi, sedangkan rakyat boleh menasehati secara terang-terangan jika kemungkaran itu dilakukan secara terang-terangan.

7. Mendoakan pemimpin dengan kebaikan

8. Dilarang mendoakan dengan kejelekan. Sebagaimana yang diucapkan oleh Imam Al Barbahari dalam kitab Syahrussunnah : “Jika engkau melihat seseorang mendoakan pemimpinnya dengan kebaikan maka ketahuilah dia pengikut sunnah, insyallah. Dan apabila engkau melihat seseorang mendoakan pemimpinnya dengan kejelekan, maka ketahuilah dia pengikut hawa nafsu.”

9. Dilarang mengkudeta pemimpin kaum muslimin. Rasulullah ﷺ bersabda : “Kami dahulu pernah membaiat Rasul untuk mendengar dan taat kepada pemimpin pada waktu susah maupun senang, sulit maupun mudah, malas maupun semangat, dan untuk kami mendahulukan hak pemimpin atas hak kami, dan kami dilarang mengkudeta pemimpin kecuali kalau kalian melihat kekafiran yang nyata dari pemimpin dan kalian memiliki bukti disisi Allah ﷻ.” Imam An Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, beliau mengatakan : “Ahlussunnah sepakat pemimpin yang fasiq dan dzhalim tidak boleh dilengserkan.” Salah satu ulama dari Negri Yaman berkata : “Lebih dari seratus hadits tentang haramnya mengkudeta pemimpin.”

10. Melakukan sebagian ibadah dibelakang pemimpin kaum muslimin. Seperti berjihad, berhaji. Berkata Imam Ath Thahawi : “Berhaji dan berjihad bersama pemimpin kaum muslimin. Demikian pula melaksanakan shalat idul fitri dan idul adha bersama pemimpin kaum muslimin.” Imam Sufyan Ats Tsauri didalam kitabnya yang dinukil oleh Al Imam Al-Lalika'i mengatakan kepada muridnya : “Wahai Syuaib, tidak bermanfaat bagimu atas apa yang engkau tulis sampai engkau berpendapat shalat dibelakang pemimpin yang jelek maupun yang baik.” Kemudian beliau ditanya : “Apakah semua shalat?” Beliau menjawab : “Tidak, namun shalat jumat, idul fitri dan idul adha bersama pemimpin kaum muslimin.”

3. Pegang erat sunnahku, sunnahnya Rasulullah ﷺ.

Imam al Barbahari didalam kitab beliau Syahrussunnah, diawal kitab beliau mengatakan :

“Ketahuilah bahwasanya islam adalah sunnah dan sunnah adalah islam.”

Imam ahmad rahimahullah berkata :

“Ketika aku meneliti Al-Qur’an, aku dapati ada lebih 30 ayat tentang wajibnya taat kepada Rasul (mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ).”

Kata ulama, diantara 30 lebih ayat itu bentuk redaksinya ada 3 : perintah langsung, pujian dan pahala bagi yang mengikuti sunnahnya rasul, ancaman bagi yang tidak mengikuti sunnah rasul.

4. Berpegang teguh dengan ajaran dan pemahaman shahabat Rasulullah ﷺ

Imam Ahmad rahimahullah diawal kitab Ushulussunnah, beliau mengatakan :

“Prinsip ahlussunnah mengikuti jejak para shahabat, berpegang teguh dengan ajaran para rasul dan meninggalkan segala bentuk kebidahan.”

5. Meninggalkan bidah

Wallahu'alam

(Oleh : Buya Abdurrahman Thoyyib | Prinsip Aqidah Ahlussunnah wal Jam’aah Didalam Hadits Irbadh bin Sariyah) 

Posting Komentar

0 Komentar