Kita insyaallah telah mengetahui bagaimana keadaan umat islam bukan hanya di negeri kita namun juga diseluruh dunia, mereka dalam keadaan berpecah belah, bercerai berai, berselisih, bukan hanya masalah fiqih, cabang agama, bahkan ushuluddin. Dan yang ini semakin menjadikan umat dalam keterpurukan dan dalam kehinaan serta tekanan umat-umat kuffar sebagaimana kata Rasulullah ﷺ dalam hadits Tirmidzi :
«يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا». فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: «بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ. وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ
“Akan datang suatu masa di mana musuh-musuh (bersatu-padu) berlomba-lomba untuk memerangi kalian. Sebagaimana berebutnya orang-orang yang sedang menyantap makanan di atas nampan”. Salah seorang sahabat bertanya, “Apakah karena saat itu jumlah kami sedikit?”. Beliau menjawab, “Justru saat itu kalian banyak, namun kalian bagaikan buih di lautan.”
Inilah kuantitas tidak ada artinya tanpa kualitas. Dakwah salafiyah lebih mementingkan kualitas dibandingkan kuantitas. Kalaupun bisa dikejar kedua-duanya itu kebaikan diatas kebaikan.
1. Sejarah munculnya perpecahan umat
Ini mengingatkan tentang sejarah awal ketika Nabi Muhammad ﷻ diutus dimuka bumi ditengah-tengah bangsa Quraisy di kota Makkah yang mereka dahulunya bercerai berai kemudian Allah satukan diatas Islam dan sunnah rasulullah.
Allah ﷻ berfirman :
وَا عْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ وَا ذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَ لَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَ صْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖۤ اِخْوَا نًا ۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّا رِ فَاَ نْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." (Surah Ali 'Imran : 103)
Setelah mereka dalam keadaan jahiliyah, bercerai berai, kemudian Allah satukan mereka diatas sunnah Rasulullah ﷺ sampai khalifah Umar bin Khattab, umat Islam menjadi satu kesatuan. Tidak ada perpecahan sama sekali. Kemudian muncul fitnah setelah itu, yaitu fitnah perpecahan umat.
Rasulullah ﷺ bersabda :
كُنَّا عِنْدَ عُمَرَ فَقَالَ أَيُّكُمْ يَحْفَظُ حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْفِتْنَةِ كَمَا قَالَ قَالَ فَقُلْتُ أَنَا قَالَ إِنَّكَ لَجَرِيءٌ وَكَيْفَ قَالَ قَالَ قُلْتُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ فَقَالَ عُمَرُ لَيْسَ هَذَا أُرِيدُ إِنَّمَا أُرِيدُ الَّتِي تَمُوجُ كَمَوْجِ الْبَحْرِ قَالَ فَقُلْتُ مَا لَكَ وَلَهَا يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا بَابًا مُغْلَقًا قَالَ أَفَيُكْسَرُ الْبَابُ أَمْ يُفْتَحُ قَالَ قُلْتُ لَا بَلْ يُكْسَرُ قَالَ ذَلِكَ أَحْرَى أَنْ لَا يُغْلَقَ أَبَدًا قَالَ فَقُلْنَا لِحُذَيْفَةَ هَلْ كَانَ عُمَرُ يَعْلَمُ مَنْ الْبَابُ قَالَ نَعَمْ كَمَا يَعْلَمُ أَنَّ دُونَ غَدٍ اللَّيْلَةَ إِنِّي حَدَّثْتُهُ حَدِيثًا لَيْسَ بِالْأَغَالِيطِ قَالَ فَهِبْنَا أَنْ نَسْأَلَ حُذَيْفَةَ مَنْ الْبَابُ فَقُلْنَا لِمَسْرُوقٍ سَلْهُ فَسَأَلَهُ فَقَالَ عُمَرُ
Kami berada di kediaman Umar lalu ia bertanya : Siapa diantara kalian yang hafal hadits Rasulullah ﷺ tentang fitnah seperti yang beliau sabdakan? Hudzaifah bin Al Yaman menjawab : Aku. Umar berkata : Sesungguhnya kau gegabah, apa yang beliau sampaikan? Aku (Hudzaifah bin Al Yaman) berkata : Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda : “Fitnah seseorang terhadap keluarga, harta dan tetangganya yang (dosanya) bisa dihapus dengan shalat, sedekah, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.” Umar berkata : Bukan itu yang aku maksud, tapi fitnah yang bergelombang layaknya samudera. Aku berkata : Kau tidak bermasalah dengannya wahai Amirul Mu’minin, sesungguhnya diantaramu dengan fitnah itu ada pintu yang tertutup. Umar bertanya : Apakah pintunya didobrak atau dibuka? Hudzaifah menjawab : Didobrak. Umar berkata : Kalau begitu layak tidak tertutup selamanya. Kami bertanya kepada Hudzaifah : Apakah Umar tahu siapakah pintu itu? Hudzaifah menjawab : Ya, seperti halnya ia tahu bahwa yang menghalangi hari ini dan hari esok adalah malam hari. Aku menceritakan suatu hadits yang tidak keliru padanya. Kami berkata kepada Masruq : Tanyakan padanya. Ia pun bertanya lalu ia menjawab : Umar.”
Ulama mengatakan, perpecahan umat pertama kali muncul sepeninggal khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu dengan munculnya seorang Yahudi yang masuk kedalam Islam secara nifak yaitu Abdullah bin Saba’ dari Yaman.
Syaikh Abdussalam bin Barjas dalam kitab beliau Muamalatul Hukkam fii Dhaui al Kitab was Sunnah,
“Manusia pertama dari umat Islam yang mencaci maki kaum muslimin adalah Abdullah bin Saba’ Al Yahudi.”
Maka caci makian pemimpin dengan kedok Amar ma'ruf nahi munkar itu adalah bid’ahnya Abdullah bin Saba’. Sampai terjadinya demonstrasi terhadap Utsman bin Affan dimana rumah beliau dikepung hingga beliau terbunuh ditangan para pengikut Abdullah bin Saba’.
2. Perpecahan ini adalah sunnah kauniyah
Kemudian semakin lama semakin parah keadaan kaum muslimin sampai detik ini. Dan inilah yang dinamakan dengan sunnah kauniyah. Perpecahan ini memang Allah kehendaki secara kaun dan qadar.
Pembahasan ini (Persatuan Ahlussunah) diambil dari Kitab Manhaj Ahlis Sunnah fi Tauhidil Ummah (Manhaj Ahlussunnah Dalam Menyatukan) karya Syaikh 'Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Abbad Al-Badr.
Fenomena perpecahan yang terjadi ditengah-tengah kaum muslimin terdapat dalam firman Allah ﷻ :
وَمَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَـرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا ؕ اُولٰٓٮِٕكَ يُعۡرَضُوۡنَ عَلٰى رَبِّهِمۡ وَ يَقُوۡلُ الۡاَشۡهَادُ هٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيۡنَ كَذَبُوۡا عَلٰى رَبِّهِمۡ ۚ اَلَا لَـعۡنَةُ اللّٰهِ عَلَى الظّٰلِمِيۡنَۙ
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi1 akan berkata, "Orang-orang inilah yang telah berbohong terhadap Tuhan mereka." Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) kepada orang yang zalim.” (Surah Hud : 18)
Rasulullah ﷺ bersabda :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِفْتَرَقَ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Rasulullah ﷻ telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan.”
Ini menunjukkan kebenaran sabda Rasulullah ﷺ. Rasulullah tidak berkata sesuai dengan hawa nafsunya, melainkan dari wahyu yang diturunkan oleh Allah ﷻ.
3. Kita diperintah oleh Allah untuk bersatu dan dilarang untuk berpercah belah.
Setiap kaum muslimin tentunya menghendaki persatuan muslimin. Dalam rangka mengamalkan firman Allah untuk umat islam bersatu.
Allah ﷻ berfirman :
۞ شَرَعَ لَـكُمۡ مِّنَ الدِّيۡنِ مَا وَصّٰى بِهٖ نُوۡحًا وَّالَّذِىۡۤ اَوۡحَيۡنَاۤ اِلَيۡكَ وَمَا وَصَّيۡنَا بِهٖۤ اِبۡرٰهِيۡمَ وَمُوۡسٰى وَعِيۡسٰٓى اَنۡ اَقِيۡمُوا الدِّيۡنَ وَ لَا تَتَفَرَّقُوۡا فِيۡهِؕ
“Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya.” (Surah Asy-Syura : 13)
Allah ﷻ berfirman :
وَا عْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ
“Berpeganglah kalian dengan tali Allah dan jangan berpecah belah.” (Surah Ali imrah : 103)
4. Ketika kaum muslimin berpecah belah (terutama diakhir jaman), banyak manusia-manusia terutama bagi mereka yang mempunyai ghirah (kecemburuan terhadap agama) untuk menyatukan umat islam.
Namun sangat disayangkan bagi setiap mereka memberikan solusi pendapat mereka sendiri-sendiri. Salah satunya kelompok Ikhwanul Muslimin yang dipelopori Hasan Al Banna yang memiliki prinsip :
نتعاون على ما اتفقنا ونتسامح فيما اختلفنا
“Kita saling tolong menolong dalam hal yang kita sepakati namun kita saling toleransi (tutu mati) dalam hal yang kita perselisihkan.”
Sampai-sampai Imam Bukhari dalam kitabnya Khalq Af'al al-Ibad mengatakan :
“Aku tidak membedakan apakah aku shalat di belakang Yahudi, Nasrani, pengikut Jahmiyah, atau pengikut Syiah Rafidhah.”
Maksudnya adalah sama-sama kafir, tidak sah shalat dibelakang mereka.
Bagaimana kita bisa bersatu dengan syiah rafidhah, kita mencintai dan menghormati para shahabat sementara mereka siang malam membenci bahkan mengkafirkan dan melaknat shahabat Rasulullah ﷺ.
Imam Malik rahimahullah berkata :
“Dahulu para salaf mengajarkan anak-anak mereka untuk mencintai Abu Bakar dan Umar. Sedangkan Syiah Rafidhah mengajari anak-anak mereka mencaci maki Abu Bakar dan Umar.”
Demikian pula bagaimana mungkin kita bisa bersatu dengan orang-orang yang menyekutukan Allah ﷻ. Kita diperintahkan oleh Allah untuk berlepas diri dari kesyirikan, namun kenapa mereka malah menyatukan kita dengan kaum musyrikin. Bagaimana mungkin bisa bersatu antara tauhid dengan kesyirikan, dan bagaimana mungkin bersatu antara ahlussunnah dengan ahlul bidah. Yang ada malah menambah perpecahan ditengah-tengah umat.
5. Bagaimana solusi menggapai persatuan umat?
Syaikh 'Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Abbad Al-Badr didalam kitab ini menyebutkan ada 3 ayat Al Quran yang menjelaskan solusi terbaik untuk kaum muslimin untuk menggapai persatuan.
Surah Ar Rum : 30
فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ ٣٠
“Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Surah Ar Rum : 31
۞ مُنِيْبِيْنَ اِلَيْهِ وَاتَّقُوْهُ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَلَا تَكُوْنُوْا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۙ ٣١
“(Hadapkanlah wajahmu) dalam keadaan kembali (bertobat) kepada-Nya. Bertakwalah kepada-Nya, laksanakanlah salat, dan janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik,
Surah Ar Rum : 32
مِنَ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَكَانُوْا شِيَعًاۗ كُلُّ حِزْبٍ ۢ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ ٣٢
“(yaitu) orang-orang yang memecah-belah agama mereka sehingga menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka.”
3 ayat tersebut mencakup solusi yang sangat amat berharga untuk menyatukan umat dari perpecahan :
1. Umat islam akan bersatu kalau mereka pasrah dan tunduk kepada Allah ﷻ.
فَاَقِمْ وَجْهَكَ makna ‘hadapkanlah wajah kepada agama’ adalah tunduk dan pasrah terhadap apa yang dikatakan oleh Allah dan Rasulullah ﷺ.
2. Umat islam akan bersatu kalau mereka diatas ilmu yang shahih, akan tetapi manusia banyak yang tidak mengetahui.
Syaikh berkata :
“Didalam وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ didalam ayat ini petunjuk tentang pentingnya ilmu, memahami agama Allah dari Al Quran dan Sunnah dan berpegang teguh kedua adalah solusi dari perpecahan diantara kaum muslimin.”
Ibnu Qayyim berkata :
“Yang namanya ilmu adalah berdasarkan firman Allah, sunnah rasul, ijma’ atau pemahaman ucapan shahabat.”
Syaikh berkata lagi :
“Apabila didapati di antara kaum muslimin yang tidak menoleh sama sekali kepada Al Quran dan sunnah bahkan menentangnya dengan akal fikirannya, bagaimana mungkin umat akan bersatu. Bagaimana mungkin barisan umat muslim bisa disatukan sedangkan didapati diantara kaum muslimin orang-orang yang menghinakan/merendahkan sunnah.”
Beliau berkata lagi :
“Bagaimana kita bisa bersatu sedangkan diantara kaum muslimin ada yang lebih mendahulukan akal daripada sunnah Rasulullah ﷺ.
3. Umat islam akan bersatu kalau mereka kembali kepada Allah ﷻ.
Kalau kaum muslimin mau bersatu, maka mereka harus kembali kepada ajaran Allah ﷻ terutama tentang tauhid. Banyak kaum muslimin yang tidak memahami makna dari Laa ilaha illallah, jika hal ini saja tidak bisa memahami lalu bagaimana dengan mengamalkannya. Bahkan mereka mengatakan : “Yang namanya syirik kalau meyakini adanya pencipta selain Allah, namun kalau sekedar-sekedar minta kepada orang yang telah mati itu bukanlah kesyirikan.” Kenapa bisa seperti itu? Karna dari awal sudah salah memahami makna Laa ilaha illallah.
Allah ﷻ berfirman :
وَمَنۡ اَضَلُّ مِمَّنۡ يَّدۡعُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ مَنۡ لَّا يَسۡتَجِيۡبُ لَهٗۤ اِلٰى يَوۡمِ الۡقِيٰمَةِ وَهُمۡ عَنۡ دُعَآٮِٕهِمۡ غٰفِلُوۡنَ
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang menyembah selain Allah, (sembahan) yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari Kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?” (Surah Al Ahqaf : 5)
4. Umat islam akan bersatu kalau mereka betul-betul bertakwa kepada Allah ﷻ
Namun takwa bukan sekedar beramal seperti yang dipahami oleh sebagian orang. Seperti Peringatan Maulid Nabi untuk meningkatkan takwa kepada Nabi Muhammad ﷺ. Bagaimana iman dan takwa bisa bertambah kalau melakukan amal yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah ﷻ
Makanya, takwa berdasarkan definisi Thalq bin Habiib rahimahullah seorang tabiin, ketika ada orang-orang bertanya kepadanya :
“Wahai Habiib, sekarang ini banyak fitnah (perpecahan umat) bagaimana kita menyikapinya?” Habiib berkata : “Hadapi dengan bertakwa kepada Allah.” Beliau ditanya lagi : “Jelaskan kepada kami apa arti takwa yang sebenarnya.” Beliau mengatakan : “Engkau melaksanakan ketaatan kepada Allah didasari oleh 2 syarat yaitu diterimanya amal ibadah yaitu ikhlas karna Allah dan diatas cahaya Allah (ittiba’). Dan 2 rukun ibadah yaitu al khauf (rasa harap) dan roja’ (rasa takut).”
Oleh karena itu, para ulama mengatakan terkait definisi takwa ini adalah : ahlul bidah tidak ada yang bertakwa meskipun dia shalat, puasa, dll, karna orang yang bertakwa itu adalah ittiba’.
5. Mendirikan shalat.
Bagaimana umat muslim bisa bersatu jika di dalam perkara shalat saja terjadi perbedaan. Seperti sebelum bertakbir ada yang melafazkan nawaitu, beristighfar, dll. Bahkan ada yang mengolok-olok orang yang merapatkan sah dengan olokan : nanti dimasuki setan.
6. Wajib bagi kaum muslimin untuk meninggalkan kesyirikan.
مِنَ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا ‘(yaitu) orang-orang yang memecah-belah’ kata para ulama tauhid menyatukan dan syirik yang memecah belah umat.
Allah ﷻ berfirman :
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيۡنَ وَمُنۡذِرِيۡنَ
“Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan.” (Surah Al Baqarah : 213)
Abdullah bin Abbas berkata :
“Dahulu antara Nabi Adam sampai Nabi Nuh itu 10 generasi. Semuanya diatas aqidah yang diajarkan oleh Nabi Adam alaihissalam. Kemudian mereka berselisih ketika munculnya kesyirikan di jaman Nabi Nuh.”
Syaikh berkata :
“Agar kaum muslimin bisa bersatu diatas tauhid Allah (Laa ilaha illah) secara ilmu dan mengamalkannya.”
Syaikh berkata lagi :
“Sunnah itu menyatukan sedangkan bid’ah itu memecah belah.”
Syaikh mengungkapkan :
“Yang benar bahwa yang memecah belah kaum muslimin adalah orang-orang yang berbuat (mendatangkan) kebid’ahan dan mengajarkannya kepada kaum muslimin.”
Pada kesempatan yang lain, beliau mengatakan :
“Adapun yang membantah bid’ah bukan orang yang memecah belah umat.”
Wallahu'alam
0 Komentar
Tinggalkan balasan