Allah menurunkan kitab ini (Al-Qur'an) dimana didalamnya terdapat ilmu. Dan Allah juga menjadikan Al-Qur'an sebagai ruh.
Allah berfirman :
ۚوَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا
“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al Quran) dengan perintah Kami.” (Surah Asy Syura’ : 52)
Allah juga menjadikan Al-Qur'an sebagai cahaya yang bisa menerangi cahaya dengan cahaya tersebut. Allah mengatakan nabi sebagai siroth (lampu) yang akan menerangi.
Begitu juga Allah akan memberikan cahaya ini kepada hati yg dikehendaki.
Allah berfirman :
يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ
“Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: ‘Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu.’ Dikatakan (kepada mereka): ‘Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).’ Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.” (Surah Al-Hadiid : 13).
Kitab ini adalah kitab Aziz dimana Allah mengatakan kitab yang mulia yang mana tidak mendatangkan kebathilan.
Diantara nama Allah adalah Aziz. Allah Maha Mulia dan memuliakan siapa yang dikehendaki dari hamba-hambaNya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
“Bagi Allah kemuliaan dan bagi nabi dan orang-orang mukmin. Tapi orang munafikin tidak memahami nya”
Siapa yang bersungguh dengan Al-Qur'an dia akan beruntung didunia dan akhirat karna Allah mengatakan :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (Surah Thaha : 124).
Begitu juga Al-Qur'an memberikan kita petunjuk akhlak yang mulia, dalam bermuamalah dan seluruh urusan kita
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan :
“Sesungguhnya Al-Qur'an ini dia memberikan jalan yang lurus.”
Nabi juga telah memberitahukan siapa yang berpegang kepada Al-Quran dan sunnah maka dia tidak akan tersesat selama-lamanya.
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
"Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (Hadits Riwayat Malik, al-Hakim, al-Baihaqi)
Akhlak penuntut Ilmu yang baik adalah berpegang dengan Al-Qur'an baik secara bacaan atau mentadabburi atau mentafsirkannya atau berpegang dan berhukum dengannya.
Maka tidaklah layak penuntut ilmu untuk tidak membaca Al-Qur'an ini
Dimana Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan :
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengatakan :
"Bacalah Al-Qur'an ini. Sesungguhnya dia akan memberikan syafa'at pada hari kiamat."
Oleh karna itu penuntut ilmu dia merutinkan membaca Al-Qur'an setiap malam yang tidak ia tinggalkan
Penuntut ilmu juga ia membaca siang dan malam, setiap malamnya 1 juz.
Penuntut ilmu hendaklah ia memiliki ukuran tertentu untuk menghafal Al-Qur'an. Tidak lantas seorang penuntut ilmu tanpa Al-Qur'an.
Dan nabi telah mengatakan bahwa hati dan dada manusia yang tidak ada Al-Qur'an bagaikan rumah yang sudah hancur.
Sebagian para salaf sebelum menuntut ilmu disyaratkan untuk menghafal Al-Qur'an terlebih dahulu.
Bagi penuntut ilmu hendaknya dia harus mentadabburi Al-Qur'an. Oleh karna itu Allah mengatakan :
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Surah Shad : 29).
Oleh karna itu berilmu dengan Al-Qur'an adalah ilmu yang sangat agung dan beradab dengan Al-Qur'an adalah adab yang agung. Hendaklah penuntut ilmu menjadikan Al-Qur'an sebagai hujjah bagi dirinya.
Allah berfiman :
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ
"Jika kalian berselisih dalam suatu hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya." (Surah An-Nisa : 59)
Diantara adab dalam menuntut ilmu :
1. Hendaklah ia berupaya mengikhlaskan niatnya untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu merupakan ibadah yang sangat agung
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan :
“Tidaklah mereka diperintahkan kecuali mereka untuk mengikhlaskan amalannya kepada Allah dan menjauhi dari kesyirikan, mereka menegakkan shalat dan menunaikan zakat.”
Allah mengatakan :
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
"Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (Surah Al-Kahfi: 110)
Maka apabila amalan dia niatkan dengan ikhlas dan dia lakukan tidak sesuai sunnah maka tidak diterima. Apabila amalannya sesuai dengan sunnah namun tidak ikhlas maka amalannya juga tidak diterima. Maka hendaknya amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan sunnah.
Dalam hadist ibnu Khattab, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim)
Oleh karna itu Allah tidak menerima amalan kecuali amalan yang betul dan ikhlas karna wajah Allah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan dalam hadist qudsi :
"Siapa yang mengamalkan suatu amalan dimana ia mempersekutukanKu dengan amalannya maka Aku tinggalkan dia bersama sekutunya."
Diantara ikhlas dalam menuntut ilmu adalah seorang meniatkan ilmu untuk menghilangkan kebodohan dalam dirinya
Begitu juga bentuk keikhlasan yaitu seorang meniatkan ilmu ini beribadah kepada Allah diatas ilmu yang jelas.
Merupakan bentuk keilkhlasan dalam menuntut ilmu adalah meniatkan ilmu untuk mendapatkan kedudukan disisi Allah. Dia tidak mencari kedudukan dihadapan manusia.
Allah berfirman :
وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Surah Al Mujadilah : 11)
Begitu juga fenomena dalam menuntut ilmu adalah hendaknya meniatkan ilmu ini untuk menghilangkan kebodohan dalam manusia agar ia menjelaskan ilmu ini kepada manusia agar manusia beribadah hanya kepada Allah.
2. Hendaklah dia bersabar dalam meraih ilmu. Bersabar terhadap sikap gurunya. Bersabar terhadap temannya.
Allah memberikan faedah kesabaran dalam menunjang ilmu adalah al falah.
Siapa yang membaca riwayat para salaf dalam menuntut ilmu maka ia menemukan sikap dalam menuntut ilmu diantara mereka bersabar dan bersafar. Dimana mereka bersafar berbulan-bulan hanya untuk mendapatkan 1 hadist
3. Semangat yang tinggi untuk meraih dan menggapai ilmu itu.
4. Kehadirannya lebih awal ketika menghadiri majelis ilmu. Hendaklah menjaga adabnya dengan gurunya dan di majelis ilmu. Dan hendaklah dia menulis faedah-faedah ilmu yang ia dapatkan. Dimana ilmu adalah buruan dan tulisan adalah pengikatnya. Maka ikatlah ilmu itu dengan tulisan.
Bagi siapa yg ingin menjadi alim hendaklah dia mujahadah untuk mendapatkan ilmu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan :
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Surah Al-‘Ankabut : 69)
5. Hendaklah dia menjauhkan dirinya dari bentuk dosa dan maksiat . Karna dosa dapat menghapus ilmu
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan :
“Takutlah engkau kepada Allah dan Allah akan memberikanmu ilmu”
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga mengatakan :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
"Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." (Surah Al-Anfal : 29)
Ilmu adalah cahaya. Maka cahaya tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat. Apabila orang melakukan maksiat maka hendaklah dia beristighfar secepatnya kepada Allah.
Imam Syafi'i ketika melihat maksiat yang kecil yang mempengaruhi mengakibatkan hafalannya. Lalu bagaimana dijaman sekarang yang penuh fitnah dan maksiat banyak disekitar kita.
6. Memuraja'ah yaitu mengulangi hafalan dan pelajaran. Karna ilmu itu harus diulang-ulang dan dihafal. Terutama mengulangi hafalan Al-Qur'an. Syaikh Islam Ibnu Taimiyah terkadang mengulang ayat sampai 100 kali.
7. Hendaklah ilmu penuntut ilmu itu dimulai dengan yang kecil sebelum kepada yang besar. Maksudnya memulai pada ringkasan sebelum memulai buku-buku yang besar. Karna penuntut ilmu hendaklah terbiasa memulai dengan ringkasan-ringkasan seperti ringkasan hadist, tafsir dan fiqih.
8. Seorang penuntut ilmu hendaklah mencari seorang guru yang ia bacakan ilmu untuk ia pelajari.
9. Seorang penuntut ilmu mengamalkan apa yang ia pelajari. Sesungguhnya ilmu itu akan kokoh dan kuat apabila diamalkan
10. Tidak memperdalam masalah dalam kelompok-kelompok dan perbedaan. Tidak membicarakan aib orang lain.
11. Hendaklah menuntut ilmu itu kembali kepada Allah dan memohon kepada Allah. Kalaulah tidak dari Allah maka ia tidak akan memberikan hidayah. Hendaklah ia mengetahui bahwa taufik itu dari Allah.
Syaikh Dr. Hilal bin Syadad Al Muthairi mengatakan :
"Merupakan bentuk keikhlasan dalam menuntu ilmu adalah meniatkan ilmu untuk mendapatkan kedudukan disisi Allah. Tidak mencari kedudukan dihadapan manusia."
Syaikh Dr. Hilal bin Syadad Al Muthairi mengatakan :
"Merupakan bentuk keikhlasan dalam menuntu ilmu adalah meniatkan ilmu untuk mendapatkan kedudukan disisi Allah. Tidak mencari kedudukan dihadapan manusia."
Wallahu'alam
[Oleh : Syaikh Dr. Hilal bin Syadad Al Muthairi, Alih Bahasa : Buya M. Elvi Syam | Adab Adab Dalam Menuntut Ilmu | 12 Jumadil Akhir 1441 H | Masjid Al Hakim, Kota Padang]
0 Komentar
Tinggalkan balasan