Buya M. Elvi Syam mengatakan :
"Sifat-sifat shalat khauf ini berbeda-beda dengan keadaan perang yaitu keadaan kondisi perang yang berat atau posisi musuh apakah ia mengarah kiblat atau membelakangi kiblat."
Secara umum, maka posisi musuh ada diarah kiblat dan ada dibelakang kiblat, serta perang yang berkecambuk
Hadist kedua
Dari Ibnu Umar ia berkata; "Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengimami shalat khauf. Mula-mula beliau shalat satu raka'at dengan satu kelompok pasukan, sedangkan pasukan yang lain berjaga-jaga menghadapi musuh. Usai satu raka'at, kelompok pertama berjaga-jaga dan kelompok kedua shalat mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam satu raka'at. Sesudah itu, masing-masing kelompok menyempurnakan shalat mereka satu raka'at lagi." Ibnu Umar berkata, "Apabila situasi kemanan lebih parah dari itu, maka beliau shalat di atas kendaraan atau sambil berdiri, dengan cara menggunakan isyarat (kepala atau mata)."
Ada 2 cara dalam shalat khauf didalam hadist ini (ketika musuh diarah kiblat) :
Dibuat 2 shaf dimana kedua-duanya shalat bersama nabi, bertakbir bersama nabi, ruku', ber'itidal bersama nabi. Dan ketika sujud, shaf pertama bersama nabi ikut sujud bersama nabi sampai berdiri. Setelah itu, ketika berdiri maka shaf yang dibelakang sujud lalu berdiri. Lalu shaf yang dibelakang bertukar tempat dengan shaf yang didepan. Setelah itu, semua shaf dalam keadaan posisi berdiri. Kemudian, nabi ruku' semuanya pun ikut ruku'. Nabi ber'itidal semuanya pun ber'itidal. Ketika nabi sujud, shaf yang kedua yang pindah kedepan maka ia sujud bersama nabi sampai nabi duduk maka iapun duduk bersama nabi. Setelah itu, nabi menunggu mereka yang shaf dibelakang. Dimana shaf dibelakang ia sujud lalu duduk untuk tasyahud. Kemudian mereka semuanya (baik shaf didepan maupun dibelakang) tasyahud bersama-sama dan nabi salam semuanya pun juga salam.
Wallahu'alam
Wallahu'alam
[Oleh : Buya M. Elvi Syam | Kitab Shahih Muslim | Masjid Al Hakim, Kota Padang]
0 Komentar
Tinggalkan balasan