Bab : Mentalqinkan Orang Yang Sedang Sekarat Dengan Ucapan Laa Ilaaha Illallah
Hadist pertama :
و حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ فُضَيْلُ بْنُ حُسَيْنٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ كِلَاهُمَا عَنْ بِشْرٍ قَالَ أَبُو كَامِلٍ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بْنُ غَزِيَّةَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عُمَارَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُا
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Telah menceritakan kepada kami Abu Kamil Al Jahdari Fudlail bin Husain dan Utsman bin Abu Syaibah keduanya dari Bisyr - Abu Kamil berkata- Telah menceritakan kepada kami Umarah bin Ghaziyyah telah menceritakan kepada kami Yahya bin Umarah ia berkata, saya mendengar Abu Sa'id Al Khudri berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tuntunlah orang yang sedang berada di penghujung ajalnya agar membaca (kalimat), 'LAA ILAAHA ILLALLAH.'"
Imam An Nawawi mengatakan :
“Ingatkan (talqin-kan) dia dengan kalimat laa ilaaha illallah”
Tujuannya agar akhir perkataannya adalah Laa ilaaha illallah. Sebagaimana didalam hadist :
“Siapa akhir katanya (sebelum wafat) adalah laa ilaaha illallah, dia masuk kedalam surga.”
Perintah untuk mentalqinkan orang yang sekarat ini adalah perintah anjuran. Maka ulama sepakat akan talqin ini. Dan mereka tidak mengucapkannya sesering mungkin dan tidak suka mengkontinyu terus ucapan laa ilaaha illallah. Kenapa? Agar kondisi itu tidak menyebabkan hatinya sempit, agar ia tidak merasa berat dikarenakan kondisi yang berat.
Apabila ia sudah mengucapkan laa ilaaha illallah maka ia tak perlu lagi mengulangi lagi kepadanya kecuali orang yang sekarat ini mengucapkan dengan ungkapan yang lain, maka kita ingatkan lagi dengan ucapan laa ilaaha illallah. Supaya akhir katanya atau ucapannya laa ilaaha illallah. Kalau ia masih bicara lagi, kita ingatkan lagi dengan ucapan laa ilaaha illallah.
Maka perlu kita mengulangi dan mempresentasikan kepadanya ucapan laa ilaaha illallah agar kalimat laa ilaaha illallah menjadi kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya.
Maka hadist ini menunjukkan akan kehadiran kita ketika orang yang sedang sekarat untuk mengingatkannya, untuk menemainya sehingga dia merasa ditemani ketika ia mau wafat, dan untuk menutup kan matanya, dan untuk menjalankan hak-haknya. Dan ini adalah satu hal yang telah disepakati.
Hadist kedua :
و حَدَّثَنَاه قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ جَمِيعًا بِهَذَا الْإِسْنَادِ
Dan telah menceritakannya kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz Ad Darawardi -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal semuanya menggunakan isnad ini.
و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ وَعُثْمَانُ ابْنَا أَبِي شَيْبَةَ ح و حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ قَالُوا جَمِيعًا حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr dan Utsman -keduanya adalah anak dari Abu Syaibah- -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepadaku Amru An Naqid semuanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al Ahmar dari Yazid bin Kaisan dari Abu Hazim dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tuntunlahlah orang yang sedang berada di penghujung ajalnya dengan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH".
Ada kekeliruan yang terdapat didalam masyarakat dalan hal ini :
1. Merubah kalimat laa ilaaha illallah dengan Allah.. Allah.. Allah.. Maka ini tidak ada dasar nya sama sekali. Dasar orang merubah kalimat laa ilaaha illallah dengan Allah.. Allah.. adalah dasar perasaan, perkiraan yang sama sekali tidak ada dasar ilmu.
Apa kata mereka? Jangan ucapakan kalimat laa ilaaha illallah. Kalau kita ucapakan laa ilaaha illallah nanti ketika ucapan laa ilaaha lalu nyawa dicabut, berarti ia mengucapkan : Tidak ada yang disembah. Kalau begitu, tidak usah mengucapkan laa ilaaha illallah. Maka ucapkan Allah.. Allah.. Allah.. untuk mengingatkannya kepada Allah.
Ucapan Allah.. Allah... itu tidak dzikir. Karna dzikir adalah kalimat ungkapan yang memiliki makna. Sedangkan Allah hanya sebatas menyebutkan nama.
Nabi Musa didalam hadist, ia mengatakan :
“Ajarkan kepadaku satu kalimat yang aku akan berdzikir kepadaMu dan berdoa kepadaMu dengan kalimat itu. Lalu Allah mengatakan : Katakanlah wahai Musa, Laa ilaaha illallah. Lalu Nabi Musa mengatakan : Wahai Rabb-ku, bahwasanya manusia mengucapkan kalimat itu (Nabi Musa ingin kalimat yang khusus, lalu Allah menyuruh mengucapkan Laa ilaaha illallah). Lalu Allah mengatakan : Kalau seandainya langit dan bumi diletakkan didalam satu timbangan dan satu timbangan lagi kalimat laa ilaaha illallah, maka timbangan laa ilaaha illallah pasti akan berat.”
Maksud dalam hadist ini adalah, Nabi Musa ingin satu kalimat supaya dia bisa berdzikir kepada Allah, lalu Allah ajarkan kalimat Laa ilaaha illallah.
Lalu ada yang mengatakan bahwa kalimat laa ilaaha illallah itu adalah dzikirnya orang awam. Dzikir kita adalah hu.. hu.. hu.. maka ini tidak pernah diajarkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Maka begitu juga dengan mentalqin orang yang sekarat dengan Allah.. Allah.. itu menyelisihi syariat. Karna Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada kita Laa ilaaha illallah.
Maka ucapan laa ilaaha illallah ini tidak perlu kita ganti dengan yang lain.
2. Menempatkan talqin laa ilaaha illallah. Ada yang menempatkan kalimat ini ketika sudah menjadi mayat. Maka ini tidak pernah diajarkan sama sekali oleh Rasulullah. Karna anjuran ini supaya akhir kata yang diucapkannya adalah laa ilaaha illallah.
Namun jika ia sudah meninggal dunia, kata Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam :
“Apabila manusia sudah meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali 3 perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang sholeh.”
Ketiga amal itu adalah hasil ketika si mayit masih hidup. Kalau ia sudah meninggal dunia maka terputuslah amalannya. Maka mayatpun tidak bisa mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah.
Maka yang perlu kita perhatikan adalah ketika mentalqinkan mayat itu ketika sakaratul maut. Tapi tidak boleh nyinyir atau sering supaya ia tidak membosankan dan memberatkan. Dan meninggalkan ucapan tersebut setelah meninggal dunia tidak ada manfaatnya.
3. Membaca Yasin.
Dalam sebuah hadist :
“Bacakanlah yasin kepada mayatmu.”
Ulama mengkaji bahwasanya tidak ada satupun hadist yang shahih dari Nabi Shalallahu'Alaihiihi wa Sallam yang menyuruh kita untuk membacakan surah yasin kepada orang yang sedang sekarat atau yang telah meninggal dunia.
Adapun hadist tersebut, itu adalah hadist dhoif. Tidak bisa dijadikan argumen.
Wallahu'alam
[Oleh : Buya M. Elvi Syam | Kitab Shahih Muslim | Masjid Al Hakim, Kota Padang]
0 Komentar
Tinggalkan balasan