Bab : Tangan Diatas Lebih Baik Daripada Tangan Dibawah
Hadist pertama
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ فِيمَا قُرِئَ عَلَيْهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَهُوَ يَذْكُرُ الصَّدَقَةَ وَالتَّعَفُّفَ عَنْ الْمَسْأَلَةِ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَالْيَدُ الْعُلْيَا الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَى السَّائِلَةُ
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dari Malik bin Anas -sebagaimana yang telah dibacakan kepadanya- dari Nafi' dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda di atas mimbar, beliau menyebut tentang sedekah dan menahan diri dari meminta-minta. Sabda beliau: "Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah tangan pemberi sementara tangan yang di bawah adalah tangan peminta-minta."
Faedah hadist :
1. Tangan diatas lebih terhormat, terjaga, bersih. Tangan yang memberi lebih tinggi dari tangan yang meminta. Tangan yang menjaga diri lebih tinggi dari tangan yang meminta
2. Dorongan untuk berinfak disisi-sisi kebaikan
3. Terdapat bukti atau dalil bagi madzhab mayoritas ulama bahwa tangan yang diatas adalah tangan yang memberi.
Hadist kedua
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ وَأَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ جَمِيعًا عَنْ يَحْيَى الْقَطَّانِ قَالَ ابْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ قَالَ سَمِعْتُ مُوسَى بْنَ طَلْحَةَ يُحَدِّثُ أَنَّ حَكِيمَ بْنَ حِزَامٍ حَدَّثَهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ أَوْ خَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى
وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar dan Muhammad bin Hatim dan Ahmad bin Abdah semuanya dari Yahya Al Qaththan - Ibnu Basysyar berkata- Telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Amru bin Utsman ia berkata, saya mendengar Musa bin Thalhah menceritakan bahwa Hakim bin Hizam telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sedekah yang paling utama atau paling baik adalah sedekah yang diberikan ketika ia mampu. Dan tangan yang di atas adalah lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan dahulukanlah pemberian itu kepada orang yang menjadi tanggunganmu."
Faedah hadist :
1. Maksudnya dari sedekah dalam keadaan mampu adalah dimana yang memberikan sedekah itu dia tidak dalam keadaan membutuhkan dimana bersedekah dengan hartanya yang berlebih,
2. Sedekah menjadi lebih afdhal jika dibandingkan dengan orang yang bersedekah dengan seluruh hartanya. Kenapa? Karena pada umumnya orang yang bersedekah dengan seluruh hartanya muncul penyesalan atau terkadang ia menyesal. Setelah ia memberi dan menyesal, lalu muncul berangan-angan. Berbeda dengan orang yang sudah bersedekah dan ia merasa sudah cukup. Sesungguhnya dia tidak menyesal dengan sedekah yang ia berikan, malahan ia bergembira dengan sedekahannya.
3. Terjadi perbedaan pendapat ulama didalam orang yang bersedekah dengan seluruh yang ia miliki.
- Madzhab Syafi'i bahwasanya dianjurkan bersedekah dengan seluruh harta bagi orang yang tidak punya hutang dan tidak memiliki tanggungan yang tidak bersabar. Dengan syarat bahwa orang yang bersedekah ini dari orang" yang bersabar dari kesusahan dan kefakiran. Pendapat ini diriwayatkan oleh umar bin Khattab
- Ada yang mengatakan hanya diberlakukan sepertiga
- Ada yang mengatakan separo, pendapat ini adalah pendapat
Abu Ja'far mengatakan hal itu boleh bersedekah seluruh hartanya, namun (hendaknya) jangan dilakukan.
4. Mulailah bersedekah dari orang yang menjadi tanggungan. Dalam hal ini terdapat anjuran mendahulukan nafkah dirinya dan keluarganya
Hadist ketiga
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ وَسَعِيدٍ عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ قَالَ
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ قَالَ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِطِيبِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Amru An Naqid keduanya berkata, Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az Zuhri dari Urwah bin Zubair dan Sa'id dari Hakim bin Hizam ia berkata; Saya meminta sedekah kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau pun memberikannya padaku, kemudian aku meminta lagi, maka diberikannya lagi, kemudian aku meminta lagi, maka beliau pun memberikannya lagi. Sesudah itu, beliau bersabda: "Sesungguhnya harta ini adalah lezat dan manis. Maka siapa yang menerimanya dengan hati yang baik, niscaya ia akan mendapat berkahnya. Namun, siapa yang menerimanya dengan nafsu serakah, maka dia tidak akan mendapat berkahnya, Dia akan seperti orang yang makan, namun tidak pernah merasa kenyang. Dan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah."
Faedah hadist :
1. Walaupun nabi memberi hartanya kepada orang yang meminta, namun nabi tetap memberinya nasehat.
2. Nabi memberikan perumpamaan terhadap orang yang rakus terhadap harta seperti orang yang makan namun tidak kenyang.
3. Namun adanya jiwa yang baik ada 2 kemungkinan, yang paling nampak dari 2 itu adalah diberkati dari apa yang ia dapatkan,
4. “Siapa yang mengambil harta itu tanpa meminta-minta, berharap, maka diberkati baginya dari harta yang ia dapatkan.”
5. Didalam hadist ini dan hadist sebelumnya dan hadist yang akan datang terdapat didalamnya dorongan untuk membersihkan diri dari meminta-minta, dorongan untuk qona'ah (merasa cukup), serta ridho terhadap apa yang ada walaupun sedikit
Hadist keempat
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا شَدَّادٌ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ أَنْ تَبْذُلَ الْفَضْلَ خَيْرٌ لَكَ وَأَنْ تُمْسِكَهُ شَرٌّ لَكَ وَلَا تُلَامُ عَلَى كَفَافٍ وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى
Telah menceritakan kepada kami Nashru bin Ali Al Jahdlami dan Zuhair bin Harb dan Abdu bin Humaid mereka berkata, Telah menceritakan kepada kami Umar bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ikrimah bin Ammar telah menceritakan kepada kami Syaddad ia berkata, saya mendengar Abu Umamah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai anak Adam! Sesungguhnya jika kamu mensedekahkan kelebihan hartamu, itu lebih baik bagimu daripada kamu simpan, karena hal itu akan lebih berbahaya bagimu. Dan kamu tidak akan dicela jika menyimpan sekedar untuk keperluan. Dahulukanlah memberi nafkah kepada orang yang menjadi tanggunganmu. Tangan yang di atas adalah lebih baik, daripada tangan yang di bawah."
Faedah hadist :
1. Jika menyimpan harta untuk keperluan diri, maka itu lebih baik, karena terdapat dari sisa pahalanya. Namun jika ia menyimpan nya setelah kebutuhannya tercukupi maka pahalanya berkurang dan ia terlewatkan dari akhiratnya.
2. Mulailah dari tanggungan maknanya adalah keluarga, kerabat itu lebih berhak dari orang yang jauh (rekan-rekan).
Wallahu'alam
[Oleh : Buya M. Elvi Syam | Kitab Shahih Muslim | Masjid Al Hakim, Kota Padang]
0 Komentar
Tinggalkan balasan