Subscribe Us

header ads

Kapan Orang Yang Ingin I'tikaf Masuk Ketempat I'tikafnya (Masjid)

Bab : Kapan Orang Yang Ingin I'tikaf Masuk Ketempat I'tikafnya (Masjid)

Hadist pertama 

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْتَكِفَ صَلَّى الْفَجْرَ ثُمَّ دَخَلَ مُعْتَكَفَهُ وَإِنَّهُ أَمَرَ بِخِبَائِهِ فَضُرِبَ أَرَادَ الِاعْتِكَافَ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فَأَمَرَتْ زَيْنَبُ بِخِبَائِهَا فَضُرِبَ وَأَمَرَ غَيْرُهَا مِنْ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخِبَائِهِ فَضُرِبَ فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفَجْرَ نَظَرَ فَإِذَا الْأَخْبِيَةُ فَقَالَ آلْبِرَّ تُرِدْنَ فَأَمَرَ بِخِبَائِهِ فَقُوِّضَ وَتَرَكَ الِاعْتِكَافَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ حَتَّى اعْتَكَفَ فِي الْعَشْرِ الْأَوَّلِ مِنْ شَوَّالٍ و حَدَّثَنَاه ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ح و حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ سَوَّادٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ح و حَدَّثَنِي سَلَمَةُ بْنُ شَبِيبٍ حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ ابْنِ إِسْحَقَ كُلُّ هَؤُلَاءِ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَى حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ وَفِي حَدِيثِ ابْنِ عُيَيْنَةَ وَعَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ وَابْنِ إِسْحَقَ ذِكْرُ عَائِشَةَ وَحَفْصَةَ وَزَيْنَبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُنَّ أَنَّهُنَّ ضَرَبْنَ الْأَخْبِيَةَ لِلِاعْتِكَافِ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Yahya bin Sa'id dari Amrah dari Aisyah radhiallahu'anha, ia berkata; Jika Rasulullah ﷺ hendak itikaf, beliau shalat Subuh terlebih dahulu, lalu masuk ke tempat iktikafnya dan beliau memerintahkan untuk dibuatkan bilik kecil, maka dibuatlah. Beliau ingin itikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadan. Zainab juga minta dibuatkan bilik kecil, maka dibuatkanlah untuknya. Ketika beliau hendak menunaikan shalat Subuh, beliau bersabda, "Kebaikan apa yang kalian inginkan?" Beliau lalu memerintahkan agar bilik-bilik itu dibongkar, lalu beliau batalkan itikaf di bulan Ramadan. Sehingga beliau itikaf pada sepuluh hari pertama di bulan Syawal. Dan telah menceritakannya kepada kami Ibnu Abu Umar telah menceritakan kepada kami Sufyan -dalam riwayat lain- Dan telah menceritakan kepadaku Amru bin Sawwad telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepada kami Amru bin Harits -dalam riwayat lain- Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rafi' telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad telah menceritakan kepada kami Sufyan -dalam riwayat lain- Dan telah menceritakan kepadaku Salamah bin Syabib telah menceritakan kepada kami Abul Mughirah telah menceritakan kepada kami Al Auza'i -dalam riwayat lain- Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ibrahim bin Sa'd telah menceritakan kepada kami bapakku dari Abu Ishaq semuanya dari Yahya bin Sa'id dari Amrah dari Aisyah radhiallahu'anha, dari Nabi ﷺ, yakni sebagaimana makna hadits Abu Mu'awiyah. Dan di dalam haditsnya Ibnu Uyainah, Amru bin Harits dan Ibnu Ishaq disebutkah; Aisyah, Hafshah dan Zainab radhiallahu'anhunna, meminta dibuatkan bilik-bilik untuk itikaf.

Faedah Hadist

1. Imam Nawawi menjelaskan tentang kapan seseorang masuk ketempat iktikaf nya. Perkataan Aisyah : Apabila Rasulullah hendak iktikaf beliau shalat subuh terlebih dahulu, lalu masuk ketempat ketempat iktikaf nya dan beliau memerintah kan untuk membuat bilik kecil. Berdasarkan ungkapan ini, maka berhujjah lah :

a. Bahwa mulai iktikaf itu di awal siang setelah subuh (pada tanggal 20), ini adalah pendapat Ats Tsauri. 

b. Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad mereka mengatakan bahwa masuk kedalam tempat iktikaf sebelum tenggelam matahari (sebelum tanggal 20) apabila dia ingin mengerjakan iktikaf satu bulan.

c. 4 Imam tadi mentakwil hadist dengan mengatakan bahwa beliau masuk tempat iktikaf nya dan berdiam didalam setelah shalat subuh bukan hal itu waktu awal iktikaf (maksudnya, masuknya nabi ketempat iktikaf setelah subuh bukan waktunya iktikaf namun berdiam dirinya ditempat iktikaf nya). Malahan beliau sebelum maghrib memulai iktikaf nya. 

d. Syaikh Al Albani lebih condong kepada pendapat pertama yaitu bahwa iktikaf itu dimulai setelah shalat subuh

2. Didalam ungkapan : Dibuatkan bilik kecil. Ini terdapat dalil bahwa boleh nya orang yang beriktikaf membuat satu tempat khusus didalam masjid sehingga dia bisa menyendiri lama di tempat iktikaf nya selama tidak menyempit kan orang lain. 

3. Perkataan nabi : Kebaikan apa yang kalian inginkan?. Adalah untuk mengingkari apa yang dilakukan oleh istri-istrinya tentang banyaknya bilik-bilik tersebut. Sebab beliau mengingkari bilik-bilik tersebut adalah beliau khawatir bahwasanya istri-istri beliau tidak ikhlas dalam beriktikaf. 

4. Didalam hadist ini sahnya iktikaf wanita di masjid karena Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam membolehkannya. 

5. Bahwasanya suami boleh melarang istrinya beriktikaf apabila sang istri beriktikaf tanpa seijin nya. Begitu yang diungkapkan seluruh ulama. Kalau diawal sudah diijinkan, apakah suami boleh melarangnya keesokan hari? Maka terjadi perbedaan pendapat ulama didalamnya :

a. Menurut Syafi'i, Imam Ahmad dan Dawud mengatakan bahwa boleh baginya untuk melarang istrinya untuk iktikaf dan boleh baginya mengeluarkan istrinya untuk iktikaf apabila iktikaf nya adalah iktikaf sunnah. Sedangkan iktikaf wajib maka tidak diperbolehkan. Iktikaf wajib itu seperti iktikaf nadzar. 

b. Imam Malik mengatakan bahwa suami melarang istri yang sudah diijinkan untuk beriktikaf dilarang untuk mengeluarkannya (dilanjutkan saja iktikaf)
 
c. Abu Hanifah mengatakan bahwa budak boleh dikeluarkan dari iktikaf, sedangkan istri tidak diperbolehkan mengeluarkan ketempat iktikaf nya.

Wallahu'alam

[Oleh : Buya M. Elvi Syam | Kitab : Shahih Muslim | 05 Jumadil Awwal 1442 H | Masjid Al Hakim, Nanggalo, Kota Padang]

Posting Komentar

0 Komentar