Subscribe Us

header ads

Keutamaan Memerdekakan Budak (Perempuan) Dan Menikahinya. Bagian 02

Bab : Keutamaan Memerdekakan Budak (Perempuan) Dan Menikahinya. Bagian 02

Faedah hadist sebelumnya :

1. Dihyah memberikan shofiyyah kepada Nabi sebelumnya ada 2 kemungkinan :

- Memberikan shofiyyah kepada Rasulullah dengan keridhaan sendiri lalu Nabi mengizinkan untuknya kepada selain shofiyyah

- Dia diizinkan tawanan lain tapi tidak yang paling afdhalnya ketika Nabi mengetahui dan melihat bahwa dia mengambil yang paling baik maka Nabi meminta untuk dikembalikan, karna kalau dibiarkan untuk dia akan terjadi sebuah mafsadah. 

Hadist kedua

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ قَالَ
كُنْتُ رِدْفَ أَبِي طَلْحَةَ يَوْمَ خَيْبَرَ وَقَدَمِي تَمَسُّ قَدَمَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَأَتَيْنَاهُمْ حِينَ بَزَغَتْ الشَّمْسُ وَقَدْ أَخْرَجُوا مَوَاشِيَهُمْ وَخَرَجُوا بِفُؤُوسِهِمْ وَمَكَاتِلِهِمْ وَمُرُورِهِمْ فَقَالُوا مُحَمَّدٌ وَالْخَمِيسُ قَالَ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرِبَتْ خَيْبَرُ إِنَّا إِذَا نَزَلْنَا بِسَاحَةِ قَوْمٍ
{ فَسَاءَ صَبَاحُ الْمُنْذَرِينَ }
قَالَ وَهَزَمَهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَوَقَعَتْ فِي سَهْمِ دِحْيَةَ جَارِيَةٌ جَمِيلَةٌ فَاشْتَرَاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعَةِ أَرْؤُسٍ ثُمَّ دَفَعَهَا إِلَى أُمِّ سُلَيْمٍ تُصَنِّعُهَا لَهُ وَتُهَيِّئُهَا قَالَ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَتَعْتَدُّ فِي بَيْتِهَا وَهِيَ صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ قَالَ وَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِيمَتَهَا التَّمْرَ وَالْأَقِطَ وَالسَّمْنَ فُحِصَتْ الْأَرْضُ أَفَاحِيصَ وَجِيءَ بِالْأَنْطَاعِ فَوُضِعَتْ فِيهَا وَجِيءَ بِالْأَقِطِ وَالسَّمْنِ فَشَبِعَ النَّاسُ قَالَ وَقَالَ النَّاسُ لَا نَدْرِي أَتَزَوَّجَهَا أَمْ اتَّخَذَهَا أُمَّ وَلَدٍ قَالُوا إِنْ حَجَبَهَا فَهِيَ امْرَأَتُهُ وَإِنْ لَمْ يَحْجُبْهَا فَهِيَ أُمُّ وَلَدٍ فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَرْكَبَ حَجَبَهَا فَقَعَدَتْ عَلَى عَجُزِ الْبَعِيرِ فَعَرَفُوا أَنَّهُ قَدْ تَزَوَّجَهَا فَلَمَّا دَنَوْا مِنْ الْمَدِينَةِ دَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدَفَعْنَا قَالَ فَعَثَرَتْ النَّاقَةُ الْعَضْبَاءُ وَنَدَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَدَرَتْ فَقَامَ فَسَتَرَهَا وَقَدْ أَشْرَفَتْ النِّسَاءُ فَقُلْنَ أَبْعَدَ اللَّهُ الْيَهُودِيَّةَ قَالَ قُلْتُ يَا أَبَا حَمْزَةَ أَوَقَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِي وَاللَّهِ لَقَدْ وَقَعَ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah telah menceritakan kepada kami Tsabit dari Anas dia berkata, "Saya membonceng Abu Thalhah pada waktu perang Khaibar, sedangkan kakiku bersentuhan dengan kaki Rasulullah ﷺ." Anas melanjutkan; Kemudian kami mendatangi mereka (penduduk Khaibar) sebelum matahari terbit, sedangkan mereka (penduduknya) telah keluar ke jalan-jalan mereka dan ke tempat-tempat mereka bekerja, maka mereka berteriak, "Muhammad dan tentaranya telah datang!?." Anas melanjutkan; Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, "Apabila siksaan itu turun di halaman mereka, maka amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang beri peringatan itu." Anas melanjutkan; Kemudian Allah 'Azza wa Jalla mengalahkan mereka, dan Dihyah menawan seorang budak perempuan yang cantik, Maka Rasulullah ﷺ membeli budak tersebut dengan tujuh sahaya, lalu beliau menyerahkannya kepada Ummu Sulaim supaya dia melayaninya dan mempersiapkannya. Tsabit berkata; Saya kira Anas berkata; Lalu dia menunggu masa iddah di rumahnya, dia adalah Shafiyah putri Huyay. Anas berkata; Kemudian Rasulullah ﷺ mengadakan walimah (pesta pernikahan) dengan kurma, susu kering dan minyak samin, lalu dibentangkannya tikar yang terbuat dari kulit di atas bumi, dan dihidangkannya susu kering dan minyak samin, maka orang-orang merasa kenyang dengannya. Anas berkata; Orang-orang sama berkata, "Kami tidak tahu, apakah beliau menikahinya atau hanya sekedar menjadikannya sebagai Ummu Walad (yaitu budak perempuan yang lahir dari hasil hubungan ibunya dan tuannya), sebagian mereka menjawab, "Jika beliau menutupinya (mengenakannya hijab), berarti dia adalah istrinya, tapi jika beliau tidak menutupinya, berarti statsusnya adalah Ummu Walad." Tatkala beliau hendak menaiki kendaraannya, beliau menutupi Shafiyah, kemudian dia duduk di belakang punggung kendaraannya, lantas orang-orang tahu bahwa beliau telah menikahinya. Ketika sudah dekat dengan Madinah, Rasulullah ﷺ mendahului kami. Anas berkata; Tiba-tiba unta beliau yang bernama Al 'Adlba` tergelincir, sehingga posisi Rasulullah ﷺ bergeser, dan (Shafiyah) pun terjatuh, lantas beliau bangun dan menutupi Shafiyah. Dan para wanita memanjangkan lehernya sambil mengatakan, "Semoga Allah menjauhkan wanita Yahudi ini." Tsabit berkata; Saya bertanya, "Wahai Abu Hamzah, apakah Rasulullah ﷺ telah menggaulinya?" Dia menjawab, "Demi Allah, beliau telah menggaulinya."

Faedah hadist :

1. 'Nabi boleh menikah tanpa mahar', Ulama mengatakan bahwa ini merupakan kekhususan Nabi sebagaimana Nabi memiliki kekhususan menikah lebih dari 4 perempuan. Selain dari Nabi, maka tidak boleh. Umatnnya hanya boleh menikahi 4 orang perempuan. 

2. Terjadi perbedaan pendapat ulama tentang orang yang memerdekakan budaknya dengan tujuan untuk menikahinya, maka dijadikanlah nilai memerdekakan itu sebagai nilai maharnya. Jumhur ulama mengatakan tidak harus bahwasanya budak dimerdakakan itu menikah dengannya. Namun kemerdekaan nya itu tetap sah. Diantara orang yang mengatakan perkataan diatas adalah Imam Malik, imam syafi'i, Imam Abu Hanifah dan Muhammad bin Hasan dan Za'far.

3. Syafi'i mengatakan apabila dia memerdekakan budak perempuan dengan syarat menikahinya lalu dia Terima, maka diperbolehkan. Si budak tidak harus dia menikahi tuannya itu, malahan bagi yang memerdekakan ini dia punya hak atas budak tadi untuk mengganti nilai pembebasannya karna si tuan ini tidak ridha memerdekakannya secara gratis. Sehingga si budak ini memiliki hutang kemerdekaan dengan tuannya. Kalau seandainya budak ini ridha untuk dinikahi, maka hendaklah dia dinikahi dengan mahar yang mereka sepakati. Maka si tuan ini mempunyai hak nilai kemerdekaan yang harus di bayar si budak dan si budak punya hak terhadap mahar yang ditentukan, sedikit atau banyak. Kalau seandainya si tuan menikahi si budak sesuai nilai berapa dia memerdekakan si budak tersebut (misalkan si tuan memerdekakan si budak dengan harga 100juta), maka nilai harga tersebut sah dijadikan sebagai mahar. Maka tidak ada lagi hutang si budak kepada si tuannya, karna nilai tadi sudah dijadikan sebagai mahar, dengan catatan nilai harus ditentukan. Tidak juga ada hutang si tuan kepada si budak dengan nilai mahar. Apabila nilainya tidak diketahui, maka ada 2 pendapat menurut madzhab syafi'i : Pernikahannya/maharnya tetap sahabat, sama kasusnya dengan nilai yang diketahui karna akad ini ada nilai dari toleransi dan meringankan. Dan ini adalah pendapat yang terkuat. Jumhur ulama syafi'iyah mengatakan demikian. Ada lagi yang mengatakan bahwa, maharnya tidak sah sedangkan pernikahannya sah akan tetapi ia wajib membayar maharnya

4. Makna dari 'Lalu dia menunggu masa iddah di rumahnya,' masa indah budak yang dimerdekakan adalah satu kali haid. Sama dengan khulu' (gugat cerai) dimana masa indahnya satu kali haid. 

5. Dilaksanakan pesta pernikahan, bahwasanya pesta pernikahan itu dilakukan setelah bercampur. Telah berlalu pembahasan bahwa boleh walimah itu sebelum bercampur dan juga setelah bercampur. Tapi yang paling afdhal ada setelah bercampur. 

6. Dianjurkan bagi sahabat-sahabat pengantin laki-laki dan tetangga nya untuk membantu dia didalam walimah dengan membawa makanan yang dia miliki. Lalu bolehkah membawa amplop? Pengantin laki-laki jangan menolak amplop tersebut tapi jangan disyaratkan. Namun sekarang sudah menjadi kebiasaan, maka hal ini tidak boleh. 

Hadist ketiga

قَالَ أَنَسٌ
وَشَهِدْتُ وَلِيمَةَ زَيْنَبَ فَأَشْبَعَ النَّاسَ خُبْزًا وَلَحْمًا وَكَانَ يَبْعَثُنِي فَأَدْعُو النَّاسَ فَلَمَّا فَرَغَ قَامَ وَتَبِعْتُهُ فَتَخَلَّفَ رَجُلَانِ اسْتَأْنَسَ بِهِمَا الْحَدِيثُ لَمْ يَخْرُجَا فَجَعَلَ يَمُرُّ عَلَى نِسَائِهِ فَيُسَلِّمُ عَلَى كُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ كَيْفَ أَنْتُمْ يَا أَهْلَ الْبَيْتِ فَيَقُولُونَ بِخَيْرٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ وَجَدْتَ أَهْلَكَ فَيَقُولُ بِخَيْرٍ فَلَمَّا فَرَغَ رَجَعَ وَرَجَعْتُ مَعَهُ فَلَمَّا بَلَغَ الْبَابَ إِذَا هُوَ بِالرَّجُلَيْنِ قَدْ اسْتَأْنَسَ بِهِمَا الْحَدِيثُ فَلَمَّا رَأَيَاهُ قَدْ رَجَعَ قَامَا فَخَرَجَا فَوَاللَّهِ مَا أَدْرِي أَنَا أَخْبَرْتُهُ أَمْ أُنْزِلَ عَلَيْهِ الْوَحْيُ بِأَنَّهُمَا قَدْ خَرَجَا فَرَجَعَ وَرَجَعْتُ مَعَهُ فَلَمَّا وَضَعَ رِجْلَهُ فِي أُسْكُفَّةِ الْبَابِ أَرْخَى الْحِجَابَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ وَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى هَذِهِ الْآيَةَ
{ لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ }
الْآيَةَ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah telah menceritakan kepada kami Tsabit dari Anas berkata, "Saya pernah menyaksikan pernikahan Zainab, dan ia telah membuat semua manusia tamu undangan kenyang dengan roti dan daging. beliau sendiri yang menyuruhku untuk mengundang semua manusia. Ketika acara telah usai, beliau berdiri dan saya mengikuti beliau, ternyata ada dua orang lelaki yang ketinggalan, keduanya tidak keluar karena masih berbincang-bincang. Kemudian beliau melewati rumah istri-istri beliau dan mengucapkan salam kepada masing-masing dari mereka, lalu beliau bertanya, "Bagaimana keadaan kalian wahai ahlul bait?" Mereka pun menjawab, "Kami baik-baik saja wahai Rasulullah." Beliau bertanya lagi, "Bagaimana keadaan keluarga kalian?" "Baik-baik saja, " jawab mereka. Ketika dirasa cukup, beliau pun pulang dan saya juga ikut pulang bersama beliau. Ketika sampai di depan pintu rumah, ternyata kedua orang lelaki itu masih berada di situ sedang berbincang-bincang. Ketika keduanya melihat beliau telah kembali, mereka berdua berdiri lalu keluar. Demi Allah saya tidak tahu apakah saya telah memberitahukannya kepada beliau atau beliau telah menerima wahyu, kalau keduanya telah keluar. Maka beliau segera pulang dan saya pulang bersama beliau. Ketika beliau hendak menginjakkan kaki beliau di satu sisi pintu, tertutuplah hijab antara saya dan beliau, lalu Allah menurunkan ayat, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan…".

Wallahu'alam

[Oleh Buya M. Elvi Syam | Kitab Shahih Muslim | 14 Rajab 1443 H | Masjid Al Hakim, Kota Padang]

Posting Komentar

0 Komentar