Subscribe Us

header ads

Keutamaan Memerdekakan Budak (Perempuan) Dan Menikahinya. Bagian 03

Bab : Keutamaan Memerdekakan Budak (Perempuan) Dan Menikahinya. Bagian 03

Hadist ketiga

قَالَ أَنَسٌ
وَشَهِدْتُ وَلِيمَةَ زَيْنَبَ فَأَشْبَعَ النَّاسَ خُبْزًا وَلَحْمًا وَكَانَ يَبْعَثُنِي فَأَدْعُو النَّاسَ فَلَمَّا فَرَغَ قَامَ وَتَبِعْتُهُ فَتَخَلَّفَ رَجُلَانِ اسْتَأْنَسَ بِهِمَا الْحَدِيثُ لَمْ يَخْرُجَا فَجَعَلَ يَمُرُّ عَلَى نِسَائِهِ فَيُسَلِّمُ عَلَى كُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ كَيْفَ أَنْتُمْ يَا أَهْلَ الْبَيْتِ فَيَقُولُونَ بِخَيْرٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ وَجَدْتَ أَهْلَكَ فَيَقُولُ بِخَيْرٍ فَلَمَّا فَرَغَ رَجَعَ وَرَجَعْتُ مَعَهُ فَلَمَّا بَلَغَ الْبَابَ إِذَا هُوَ بِالرَّجُلَيْنِ قَدْ اسْتَأْنَسَ بِهِمَا الْحَدِيثُ فَلَمَّا رَأَيَاهُ قَدْ رَجَعَ قَامَا فَخَرَجَا فَوَاللَّهِ مَا أَدْرِي أَنَا أَخْبَرْتُهُ أَمْ أُنْزِلَ عَلَيْهِ الْوَحْيُ بِأَنَّهُمَا قَدْ خَرَجَا فَرَجَعَ وَرَجَعْتُ مَعَهُ فَلَمَّا وَضَعَ رِجْلَهُ فِي أُسْكُفَّةِ الْبَابِ أَرْخَى الْحِجَابَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ وَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى هَذِهِ الْآيَةَ
{ لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ }
الْآيَةَ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah telah menceritakan kepada kami Tsabit dari Anas berkata, "Saya pernah menyaksikan pernikahan Zainab, dan ia telah membuat semua manusia tamu undangan kenyang dengan roti dan daging. beliau sendiri yang menyuruhku untuk mengundang semua manusia. Ketika acara telah usai, beliau berdiri dan saya mengikuti beliau, ternyata ada dua orang lelaki yang ketinggalan, keduanya tidak keluar karena masih berbincang-bincang. Kemudian beliau melewati rumah istri-istri beliau dan mengucapkan salam kepada masing-masing dari mereka, lalu beliau bertanya, "Bagaimana keadaan kalian wahai ahlul bait?" Mereka pun menjawab, "Kami baik-baik saja wahai Rasulullah." Beliau bertanya lagi, "Bagaimana keadaan keluarga kalian?" "Baik-baik saja, " jawab mereka. Ketika dirasa cukup, beliau pun pulang dan saya juga ikut pulang bersama beliau. Ketika sampai di depan pintu rumah, ternyata kedua orang lelaki itu masih berada di situ sedang berbincang-bincang. Ketika keduanya melihat beliau telah kembali, mereka berdua berdiri lalu keluar. Demi Allah saya tidak tahu apakah saya telah memberitahukannya kepada beliau atau beliau telah menerima wahyu, kalau keduanya telah keluar. Maka beliau segera pulang dan saya pulang bersama beliau. Ketika beliau hendak menginjakkan kaki beliau di satu sisi pintu, tertutuplah hijab antara saya dan beliau, lalu Allah menurunkan ayat, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan…".

Faedah Hadist :

1. Didalam penggalan dan cerita ini terdapat beberapa faedah :

- Dianjurkan bagi seseorang apabila dia mendatangi rumahnya hendaklah dia mengucapkan salam kepada istrinya dan keluarganya. Karna ini banyak yang tidak dilakukan dan disombongkan oleh kebanyakan orang-orang jahiliyah ketika mereka masuk kerumah mereka tidak mengucapkan salam. 

- Nabi apabila mengucapkan salam kepada satu diantara mereka (Istri-istri beliau), Nabi juga tetap mengucapkan salaamun alaikum yakni 'alaikum' dalam bentuk jamak atau plural (banyak), walaupun yang menghampiri beliau ketika masuk rumah hanya satu orang.

- Suami menanyakan keadaan istrinya, keluarganya. Karna setiap saat akan terjadi perubahan. Atau boleh jadi pada istrinya ada kebutuhan, maka tidak kita diamkan saja. Karna istri malu mengungkapkan lebih awal. Kalau seandainya suami yang menanyakan terlebih dahulu, maka istri merasa senang lalu ia menyebutkan kebutuhan nya. 

- Dianjurkan bagi seseorang ketika dia sudah masuk kedalam rumah, dia menanyakan keadaan istri/keluarganya : Bagaimana keadaanmu?, dan semisalnya. 

Jadi, apa yang dilakukan oleh Nabi itu adalah bagian yang perlu kita contoh ketika kita masuk kerumah kita. 

Hadist keempat

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا شَبَابَةُ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ ح و حَدَّثَنِي بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ هَاشِمِ بْنِ حَيَّانَ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ عَنْ ثَابِتٍ حَدَّثَنَا أَنَسٌ قَالَ
صَارَتْ صَفِيَّةُ لِدِحْيَةَ فِي مَقْسَمِهِ وَجَعَلُوا يَمْدَحُونَهَا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَيَقُولُونَ مَا رَأَيْنَا فِي السَّبْيِ مِثْلَهَا قَالَ فَبَعَثَ إِلَى دِحْيَةَ فَأَعْطَاهُ بِهَا مَا أَرَادَ ثُمَّ دَفَعَهَا إِلَى أُمِّي فَقَالَ أَصْلِحِيهَا قَالَ ثُمَّ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ خَيْبَرَ حَتَّى إِذَا جَعَلَهَا فِي ظَهْرِهِ نَزَلَ ثُمَّ ضَرَبَ عَلَيْهَا الْقُبَّةَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ عِنْدَهُ فَضْلُ زَادٍ فَلْيَأْتِنَا بِهِ قَالَ فَجَعَلَ الرَّجُلُ يَجِيءُ بِفَضْلِ التَّمْرِ وَفَضْلِ السَّوِيقِ حَتَّى جَعَلُوا مِنْ ذَلِكَ سَوَادًا حَيْسًا فَجَعَلُوا يَأْكُلُونَ مِنْ ذَلِكَ الْحَيْسِ وَيَشْرَبُونَ مِنْ حِيَاضٍ إِلَى جَنْبِهِمْ مِنْ مَاءِ السَّمَاءِ قَالَ فَقَالَ أَنَسٌ فَكَانَتْ تِلْكَ وَلِيمَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهَا قَالَ فَانْطَلَقْنَا حَتَّى إِذَا رَأَيْنَا جُدُرَ الْمَدِينَةِ هَشِشْنَا إِلَيْهَا فَرَفَعْنَا مَطِيَّنَا وَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطِيَّتَهُ قَالَ وَصَفِيَّةُ خَلْفَهُ قَدْ أَرْدَفَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَعَثَرَتْ مَطِيَّةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصُرِعَ وَصُرِعَتْ قَالَ فَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْ النَّاسِ يَنْظُرُ إِلَيْهِ وَلَا إِلَيْهَا حَتَّى قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَتَرَهَا قَالَ فَأَتَيْنَاهُ فَقَالَ لَمْ نُضَرَّ قَالَ فَدَخَلْنَا الْمَدِينَةَ فَخَرَجَ جَوَارِي نِسَائِهِ يَتَرَاءَيْنَهَا وَيَشْمَتْنَ بِصَرْعَتِهَا

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Syababah telah menceritakan kepada kami Sulaiman dari Tsabit dari Anas. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepadau Abdullah bin Hasyim bin Hayyan sedangkan lafazhnya dari dia, telah menceritakan kepada kami Bahz telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Mughirah dari Tsabit telah menceritakan kepada kami Anas dia berkata; "(ketika perang Khaibar) Shafiyah menjadi bagiannya Dihyah, lantas orang-orang memujinya di hadapan Rasulullah ﷺ." Anas berkata; Mereka berkata, "Kami tidak pernah melihat ada tawanan perang seperti dia." Anas melanjutkan; Kemudian beliau mengutus kepada Dihyah, maka Dihyah membawa (Shafiyah) kepada beliau, kemudian beliau menyerahkannya kepada ibuku, beliau bersabda, "Dandanilah dia." Anas berkata; Kemudian Rasulullah ﷺ keluar menuju Khaibar, sesampainya beliau di tengah-tengah kota (Khaibar) beliau singgah dan membuat tenda besar, di pagi harinya beliau bersabda, "Barangsiapa memiliki perbekalan yang lebih, hendaknya ia membawanya ke sini." Lantas seseorang datang dengan membawa kurma dan adonan sawiq, kemudian mereka mencampurnya di dalam tungku yang agak tinggi hingga menjadi hais (yaitu makanan dari adonan susu kering, minyak samin dan kurma). Kemudian mereka memakannya dan minum dari telaga buatan untuk menampung air hujan. Anas berkata; Demikianlah pesta pernikahan Rasulullah ﷺ dengan Shafiyah. Dia melanjutkan; Kemudian kami melanjutkan perjalanan kami, ketika kami melihat dinding Madinah, kami bersemangat dan langsung memacu tunggangan kami, begitu juga dengan Rasulullah ﷺ, beliau juga memacu tunggangannya. Anas berkata; Sedangkan Shafiyah membonceng di belakang Rasulullah ﷺ. Anas melanjutkan; Tiba-tiba tunggangan Rasulullah ﷺ tergelincir hingga beliau terjatuh, begitu juga dengan Shafiyah. Anas melanjutkan; Dan tidak satu pun orang-orang yang melihatnya dan melihat Shafiyah, sehingga Rasulullah ﷺ bangun dan menutupi Shafiyah. Anas berkata; Kemudian kami mendatanginya, namun beliau bersabda, "Tidak apa-apa." Kami pun memasuki kota Madinah, sedangkan para budak wanita milik istri-istrinya keluar melihat (Shafiyah) dan menghibur atas musibah yang menimpanya."

Faedah hadist :

1. Hijab dari dulu sudah ada, dan khusus nya untuk istri-istri Nabi. Dan sebagian shahabiyah juga berhijab. Sahabat berbicara dengan istri-istri Nabi dibelakang tirai/hijab. Jadi ini membantah anggapan orang bahwa hijab tidak ada pada jaman Nabi. Dan hijab juga merupakan syariat. 

2. Kecemburuan istri satu dengan istri yang lainnya merupakan hal yang lumrah dimana fitrah yang Allah berikan. Kalau seandainya ada suami yang memiliki istri lebih dari satu, lalu istrinya tidak cemburu maka perlu dipertanyakan. Karna rasa kecemburuan itu didasari rasa cintanya kepada suami nya. Malahan bentuk kecemburuan nya itulah akan menjadi bersaing didalam melayani suami mereka. 

Wallahu'alam

[Oleh : Buya M. Elvi Syam | Kitab Shahih Muslim | 15 Rajab 1443 H | Masjid Al Hakim, Kota Padang]

Posting Komentar

0 Komentar