Subscribe Us

header ads

Aqidah, Ruh Perjuangan Kita


Didalam kehidupan ini untuk melakukan amal-amal shalih kita perlu untuk berjuangnya dan bersungguh-sungguh. Sejauh mana kesungguhan kita maka sebesar itu balasan dan hidayah yang Allah Subhana wa Ta'ala yang akan anugerahkan kepada kita.
 
Sebagaimana firman Allah Subhana wa Ta'ala :
 
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dijalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.” (Surah Al Ankabut : 69)
 
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
 
وَلَكِنَّهَا عَلَى قَدْرِ نَصَبِكِ
 
“Akan tetapi, pahalanya tergantung pada usaha yang dikorbankan.” (Hadits Riwayat Muslim).
 
Namun semua usaha, semua amalan, semua perjuangan, tidak ada artinya tanpa didasari oleh akidah yang benar yaitu tanpa didasari oleh keyakinan-keyakinan hati yang berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sesuai pemahaman ahlussunah wal jama'ah.
 
Oleh karena itu, penting kita pahami bahwa semua amalan kita harus dibangun diatas dasar keyakinan-keyakinan hati yang benar atau Al Aqidah Ash Shahihah. Karna dengan aqidah yang benar, keimanan kita akan terjaga. Maka amalan kitapun tidak menjadi sia-sia.
 
Didalam Surah Al Kahfi ayat 103-104, Allah Subhana wa Ta'ala mengingatkan kita :

قُلْ هَلْ نُـنَبِّئُكُمْ بِا لْاَ خْسَرِيْنَ اَعْمَا لًا) ١٠٣ (اَ لَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا١٠٤(

"Katakanlah (Muhammad), "Apakah perlu Kami beri tahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?" "(Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya."
 
Diriwayatkan oleh sahabat yang mulia, Sa'ad bin Abi Waqas, beliau menafsirkan tentang makna ayat ini adalah tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani. Karna orang-orang Yahudi mempunyai satu keyakinan, mempunyai satu aqidah yang membuat Allah murka yaitu keyakinan mereka bahwa Uzair adalah anak Allah. Dan orang-orang Nasrani meyakini bahwa Isa adalah anak Allah.
 
Maka Allah mengabarkan kepada kita dengan adanya keyakinan yang merusak tersebut, maka amalan mereka sia-sia walaupun mereka rajin beramal. Kenapa? Karna akidah Allah mempunyai anak adalah kekafiran dan kesyirikan. Satu keyakinan yang membuat Allah murka.
 
Allah Subhana wa Ta'ala berfirman :
 
وَقَالُوا۟ ٱتَّخَذَ ٱلرَّحْمَـٰنُ وَلَدًۭا ) ٨٨( لَّقَدْ جِئْتُمْ شَيْـًٔا إِدًّۭا )٨٩( تَكَادُ ٱلسَّمَـٰوَٰتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ ٱلْأَرْضُ وَتَخِرُّ ٱلْجِبَالُ هَدًّا )٩٠ (أَن دَعَوْا۟ لِلرَّحْمَـٰنِ وَلَدًۭا ) ٩١ (وَمَا يَنۢبَغِى لِلرَّحْمَـٰنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا ) ٩٢ (

“Mereka mengatakan bahwa Allah yang Maha Penyayang memiliki anak. Sungguh, kalian telah mendatangkan sesuatu yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karna ucapan mereka itu, hampir-hampir gunung runtuh akibat ucapan mereka. (Surah Maryam : 88-92)
 
Maksud ayat ini adalah langit, bumi, dan gunung-gunung ketakutan sampai-sampai mereka hampir hancur karna mereka tahu ketika manusia berkata : “Allah mempunyai anak.” Maka Allah sedang murka semurka-murkanya. Kalaulah Allah tidak menahan langit, bumi dan gunung-gunung itu niscaya akan hancur. Padahal hanya sebuah keyakinan, sebuah ucapan, mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai anak, sehingga ucapan ini mengandung kesyirikan dan kekufuran. Karna menyamakan Allah dengan makhluk.
 
Maka semua amalan-amalan yang dibangun diatas akidah kesyirikan dan kekufuran, maka tertolak walaupun seseorang itu rajin ibadah. Tapi dalam akidahnya ada mengandung kesyirikan.
 
Allah Subhana wa Ta'ala berfirman dalam Surah Az Zumar ayat 65,
 
لَئِنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
 
"Sungguh, jika engkau menyekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi."
 
Dan contoh Akidah yang mengandung kesyirikan itu sangat banyak. Seperti orang yang meyakini ada selain Allah yang mengetahui perkara ghaib. Karna dia sudah menjadi wali, sudah sampai tinggi dalam tingkatan agama sehingga ia bisa tahu perkara ghaib. Maka ini keyakinan yang mengandung kesyirikan.
 
Sebab Allah Subhana wa Ta'ala menegaskan dalam Surah An Naml ayat 65,
 
قُلْ لَّا يَعْلَمُ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ الْغَيْبَ اِلَّا اللّٰهُۗوَمَا يَشْعُرُوْنَ اَيَّا نَ يُبْعَثُوْنَ
 
"Katakanlah (Muhammad), "Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah. Dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.""
 
Dan Allah Subhana wa Ta'ala perintahkan kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam untuk menegaskan kepada umatnya :
 
“Aku tidak tahu perkara ghaib. Seandainya aku tahu perkara ghaib niscaya aku akan memperbanyak kebaikan dan tidak ditimpa keburukan.”
 
Kenyataannya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak mengetahui apa yang terjadi pada beliau, tidak ada yang mengetahui satu keburukan beliau sehingga di Perang Uhud kepala beliau berdarah dan gigi beliau pecah akibat serangan musuh. Jika seandainya beliau Shalallahu 'Alaihi wa Sallam mengetahui perkara ghaib tentu beliau bisa menghindar.
 
Beliau Shalallahu 'Alaihi wa Sallam tidak mengetahui perkara ghaib dan Allah Subhana wa Ta'ala tegaskan dalam Surah Al Jin : 26-27

عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖۤ اَحَدًا) ٢٦ (اِلَّا مَنِ ارْتَضٰى مِنْ رَّسُوْلٍ) ٢٧ (

"Dia Mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya,”
 
Kalau Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menerima wahyu tentang apa yang terjadi pada masa depan satu perkara ghaib, barulah beliau mengetahuinya. Kalau tidak, beliau tidak mengetahuinya.
 
Bagaimana kita bisa percaya jika seseorang bukanlah dia seorang malaikat, seorang rasul, hanya menjadi tingkatan tinggi menjadi wali lalu mengetahui perkara ghaib. Maka berarti kita telah menyamakan dia dengan Allah. Ini sebuah Akidah yang menyimpang.
 
Oleh karena itu, orang yang mempercayai dukun bahwa para dukun itu adalah orang pintar yang serba tahu perkara ghaib, itu termasuk kekufuran.
 
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu'Alaihi wa Sallam :
 
مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
 
Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (Hadits Riwayat Ahmad no. 9532. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)
 
Contoh lain sebuah keyakinan (akidah yang menyimpang) adalah bahwa manusia itu bisa sampai pada tingkatan tinggi/tertentu yang membolehkan dia meninggalkan syariat. Karna dia sudah tinggi tingkatannya maka dia tidak perlu mengamalkan syariat. Dia tidak perlu shalat, puasa karna dia sudah mencapai derajat wali.
 
Dan wali itu kata sebagian orang menjadi lebih tinggi dari pada nabi. Sehingga dia tidak perlu mengamalkan syariat Nabi Shalallahu'Alaihi wa Sallam.
 
Maka dalam keyakinan ini ada dua kekufuran sekaligus :
 
1. Meyakini para wali bisa lebih tinggi dari pada nabi adalah kekufuran.

Karna berarti sudah mendustakan Al-Qur'an dan Sunnah dan ijma' ulama. Ijma' ulama telah sepakat bahwa nabi dan rasul adalah orang-orang yang paling tinggi kedudukannya disisi Allah Subhana wa Ta'ala.
 
Dan ulama juga sepakat Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam adalah hamba Allah yang terbaik. Sebagaimana ulama juga sepakat yang nomor dua yang paling terbaik adalah Nabi Ibrahim alaihissalam. Kemudian ulama berbeda pendapat siapa yang lebih baik berikutnya, antara Nabi Nuh, Nabi Musa dan Nabi Isa. Tapi ulama sepakat bahwa mereka berlima adalah nabi yang terbaik atau Ulul Azmi. Jadi kalau ada orang yang mengatakan : “Jika sudah menjadi wali lebih tinggi daripada nabi dan rasul.” Maka berarti ia mendustakan ayat Allah dan ijma' ulama.
 
2. Kalau ada orang yang mengatakan : “Jika sudah menjadi wali boleh keluar dari syariat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam”, maka ini termasuk kekufuran.
 
Karna sama saja ia meyakini bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam tidak diutus untuk umat manusia. Maka ini berarti bertentangan dengan Al-Qur'an, hadist dan ijma'.
 
Allah Subhana wa Ta'ala menegaskan :

قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا

“Katakan wahai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kalian semuanya.” (Surah Al A’raf : 158)
 
Hal ini sama dengan keyakinan bahwa adanya ajaran Islam yang sudah tidak relevan dengan jaman sekarang ini. Maka ini termasuk keyakinan kufur. Atau ada yang berkeyakinan bahwa ada keyakinan ajaran Islam hanya cocok di Arab, tidak cocok ditempat negeri yang ia tinggal. Karna bertentangan dengan budaya bangsanya, adat istiadat nenek moyangnya. Jika hal itu lebih ia muliakan daripada ajaran Allah dan rasul-nya maka ini adalah kekufuran.
 
Tidak ada gunanya ia shalat, puasa, zakat, haji dan yang lainnya jika ia meyakini kekufuran tersebut. Karna keyakinan tersebut menghalangi diterimanya amalan bahkan menghapuskan semua amalan yang telah ia kerjakan.
 
Dalam Surah At Taubah ayat 54, Allah Subhana wa Ta'ala menegaskan :

وَمَا مَنَعَهُمْ اَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقٰتُهُمْ اِلَّاۤ اَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِا للّٰهِ وَبِرَسُوْلِهٖ وَلَا يَأْتُوْنَ الصَّلٰوةَ اِلَّا وَهُمْ كُسَا لٰى وَلَا يُنْفِقُوْنَ اِلَّا وَهُمْ كٰرِهُوْنَ
 
"Dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah karena mereka kafir (ingkar) kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan sholat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menginfakkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan (terpaksa)."
 
Contoh lain akidah yang menyimpang adalah keyakinan bahwa semua agama itu sama. Kenapa? Karna katanya semua agama mengajarkan kebaikan. Maka kita katakan : Mungkin ada kebaikan yang diajarkan pada agama-agama selain Islam, tapi ketahuilah bahwa semua agama selain Islam mengajarkan dosa terbesar yang menghapuskan semua kebaikan mereka ajarkan yaitu penyembahan kepada selain Allah. Sehingga walaupun mereka mengajarkan kebaikan yang lain, tidak ada gunanya dan akan terhapus akibat penyembahan kepada selain Allah Subhana wa Ta'ala.
 
Allah Subhana wa Ta'ala berfirman :

وَلَوْ اَشْرَكُوْا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَّا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ
 
“Sekiranya mereka menyekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan." (Surah Al-An'am : 88)
 
Dan tidak ada agama yang seluruhnya baik dan tidak mengandung keburukan sedikitpun kecuali Islam. Islam bukan hanya baik, namun sempurna kebaikannya.
 
Allah Subhana wa Ta'ala berfirman :

اَ لْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَـكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَ تْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَـكُمُ الْاِ سْلَا مَ دِيْنًاۗ
 
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.” (Surah Al-Ma'idah : 3)
 
Kalau seorang muslim mengatakan bahwa semua agama itu sama, berarti dia mendustakan ayat ini. Begitu pula kalau ada seorang muslim mengatakan : “Orang-orang diluar Islam itu masih mungkin selamat masuk surga kalau berbuat baik.” Berarti dia telah mendustakan sejumlah ayat, sejumlah hadist, dan ijma' ulama.
 
Allah Subhana wa Ta'ala menegaskan :
 
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمْ شَرُّ ٱلْبَرِيَّةِ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (Surah Al Bayyinah : 6)

Keyakinan-keyakinan hati yang bertentangan dengan Al-Qur'an, As Sunnah atau ijma' ulama, maka tidak ada gunanya dia beramal shaleh karna tidak diterima oleh Allah Subhana wa Ta'ala.
 
Oleh karena itu, akidah yang benar harus mendasari setiap amalan kita. Walaupun keyakinan menyimpang itu belum sampai ketingkat kekufuran dan tidak menyebabkan pelakunya kafir, itupun bisa menghancurkan amalan atau minimalnya mengurangi amalan itu.
 
Didalam as Shahih, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
 
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صَلَاتُكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صِيَامُكُمْ إِلَى صِيَامِهِمْ شَيْئًا
 
Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya..” (Hadits Riwayat Abu Dawud)
 
Mereka hanya bisa mengalahkan sahabat dari segi kuantitasnya saja (jumlahnya). Adapun dari kualitasnya tidak mungkin mengalahkan sahabat.
 
Dalam hadist lain, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
 
“Mereka adalah anjing-anjing neraka. Seburuk-buruknya bangkai yang terbunuh dibawah kolong langit.”
 
Hal itu disebabkan oleh akidah mereka yang menyimpang. Padahal pokok penyimpangan mereka itu hanya satu yaitu mengkafirkan seorang muslim yang melakukan dosa besar dan tidak mau bertaubat. Dan ini termasuk keyakinan yang menyimpang.
 
Perlu dipahami, mengkafirkan orang-orang yang kafir itu adalah pokok keimanan. Jangan dibalik, yang tidak diperbolehkan itu adalah mengkafirkan orang-orang muslim walaupun dia pelaku dosa besar. Tapi mengkafirkan orang yang kafir (bukan orang muslim) adalah pokok keimanan, jika tidak mengkafirkan orang kafir maka batal keislaman kita.
 
Allah Subhana wa Ta'ala berfirman :

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَۗ

“Sungguh telah kafir orang-orang yang berkata bahwa Allah Al-Masih putra maryam.” (Surah Al Maidah : 17)
 
Kalau kita tidak mengatakan mereka kafir maka kita mendustakan ayat ini, maka batal keislaman kita.
 
Yang terlarang adalah mengkafirkan seorang muslim walaupun dia melakukan dosa-dosa besar dan inilah akidah yang salah pertama sekali. Atau satu kelompok menyimpang yang pertama kali dengan akidah mereka yang salah, yaitu meyakini para pelaku dosa besar itu sudah kafir. Padahal orang-orang yang meyakini itu adalah ahli ibadah. Mereka itulah yang disebut dengan kaum khawarij.
 
Betapa bahayanya akidah yang menyimpang. Sehingga amal ibadah mereka yang begitu hebat menjadi kurang nilainya. Tapi sebaliknya, para sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang memiliki akidah yang benar, bagaimana amalan mereka disisi Allah?
 
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :

لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى ، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ
 
Janganlah kalian mencela sahabatku. Seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas semisal gunung Uhud, maka itu tidak bisa menandingi satu mud infak sahabat, bahkan tidak pula separuhnya” (Hadits Riwayat Bukhari no. 3673 dan Muslim no. 2540).
 
Akidah yang benar itu akan menumbuhkan amalan-amalan hati yang agung yaitu keikhlasan dalam beramal. Begitu pula rasa takut kepada Allah Subhana wa Ta'ala, begitu pula mengharap rahmat Allah Subhana wa Ta'ala dan juga cinta kepada Allah Subhana wa Ta'ala yang memberikan pengaruh besar terhadap amalan dzhahir sehingga pahalanya pun semakin besar.
 
Betapa pentingnya akidah dalam setiap amalan. Karna semua akidah yang menyelisihi mereka adalah kesesatan.
 
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda,
 
وَإِنَّ بَنِى إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى
 
Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti pemahamanku dan pemahaman sahabatku.” (Hadits Riwayat Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
 
Perbuatan-perbuatan dosa terlebih dosa besar seperti memakan riba, minum khamr, berjudi, dan lainnya harus kita jauhi. Namun dosa-dosa tersebut jauh lebih baik daripada dosa penyimpangan dalam akidah. Sampai Imam Asy Syafi'i pernah mengatakan :
 
“Seandainya aku berjumpa kelak dengan Allah dihari kiamat aku menghadapNya dengan membawa semua dosa lebih aku sukai daripada aku menghadapNya dengan membawa satupun penyimpangan dalam akidah.”
 
Akidah yang benar juga menjaga fitrah dan akal sehat kita. Orang-orang yang memiliki akidah yang menyimpang maka fitrahnya juga akan rusak dan akal sehatnya pun akan rusak. Ketahuilah, fitrah manusia itu adalah mentauhidkan Allah Subhana wa Ta'ala.
 
Dalam hadist qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasullullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, Allah Subhana wa Ta'ala berfirman :

إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا
 
“Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hunafa’ (Islam) semuanya. Kemudian setan datang. Lalu memalingkan mereka dari agama mereka, mengharamkan atas mereka apa yang Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak Aku turunkan keterangannya.” (Hadits Riwayat Muslim no. 2865)
 
Begitu pula sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam :
 
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
 
“Tidaklah setiap anak kecuali dia dilahirkan di atas fitrah, maka bapak ibunyalah yang menjadikan dia Yahudi, atau menjadikan dia Nasrani, atau menjadikan dia Majusi.” (Hadits Riwayat Bukhari no. 1358 dan Muslim no. 2658).
 
Bagaimana orangtua menjadi makhluk yang paling jahat kepada anaknya sendiri. Anaknya dia sesatkan dalam keadaan yakin bahwa ia membawa anaknya kejalan yang benar. Betapa dahsyatnya kerusakan akidah. Ketika orangtuanya tersesat, membawa anaknya kejalan kesesatan tapi mereka meyakini membawa anaknya ke jalan yang lurus.
 
Dan Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam tidak mengatakan orangtuanya yang menjadikan dia (anaknya) muslim. Tapi beliau mengatakan bahwa orangtuanya yang menjadikan dia Yahudi atau Nasrani atau Majusi. Kenapa? Karna ketika anak lahir dia sudah menjadi muslim. Dan itulah fitrah.
 
Dan semua akidah Islam tidak ada yang bertentangan dengan akal sehat. Semua ajaran Islam sesuai dengan akal sehat kalau akal kita masih sehat. Ada keyakinan-keyakinan yang tidak mampu dijangkau oleh akal kita. Tapi bukan berarti bertentangan dengan akal sehat. Namun akidah yang menyimpang itu merusak akal sehat.
 
Lihatlah, bagaimana bisa manusia yang berakal yakinnya kepada benda-benda seperti cincin, gelang, kalung, keris, atau cuma sebuah foto orang shaleh yang diyakini bisa memberikan manfaat atau menolak mudharat. Maka hilang sudah akal sehat mereka.
 
Imam Ibnu Katsir menyebutkan ketika beliau menafsirkan firman Allah Subhana wa Ta'ala :
 
“Dahulu ada segolongan manusia minta perlindungan kepada para jin, maka para jin itu hanya menambah rasa takut dan rasa kelemahan mereka.”
 
Imam Ibnu Katsir menyebutkan sebuah riwayat, dahulu ketika manusia mendatangi sesuatu lembah yang dihuni oleh para jin maka para jin itu berlarian dikarenakan manusia berdatangan. Tapi kemudian, para jin memperhatikan dari jauh, manusia berkata : audzu bisyain hadzal syufaa biqaubihi “Aku berlindung dengan raja jin disini.” Maka para jin pun menyadari ternyata mereka takut kepada kita. Maka para jin itu kembali dan mulai mengerjai manusia, seperti adanya penampakan, suara menyeramkan sampai ada yang kesurupan.
 
Inilah yang dimaksud firman Allah Subhana wa Ta'ala :
 
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa (ketakutan).” (Surah Al Jin : 6)

Dimasa para sahabat dan tabi'in, diriwayatkan bahwa jika ada para jin atau setan-setan dari kalangan jin menampakkan diri, mereka kejar dan mereka pukuli. Namun kalau jaman sekarang, jin muncul malah berlari ketakutan. Ini adalah sebuah kebodohan.
 
Bagaimana hilangnya akal sehat, orang yang meyakini ada selain Allah yang menguasai pantai tertentu, yang menguasai gunung tertentu, merekapun menyakini makhluk tersebut maha mampu menolong mereka, mampu mendatangkan mudharat kepada mereka padahal itu adalah setan-setan yang lemah. Tapi manusia menghinakan (merendahkan dirinya) dihadapan mereka. Sampai ada yang mempersembahkan sesajen untuk mengagungkan dan mendekatkan diri kepada makhluk-makhluk yang lemah tersebut. Padahal hanya Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mampu yang menolong kita. Hanya kepada-Nyalah kita mendekatkan diri. Hanya kepada-Nyalah kita untuk menyembelih dan berdoa. Lalu bagaimana kita bisa merendah dan menghinakan diri dihadapan makhluk-makhluk yang lemah.
 
Lihatlah, bagaimana akal sehat itu hilang ketika ada orang yang mencari berkah dari seekor sapi, kerbau sampai kotorannya diyakini bisa memberikan keberkahan. Hilang akal sehat kalau akidah manusia menyimpang.
 
Oleh sebab itu, agama Islam secara keseluruhan menjaga fitrah dan akal sehat. Maka penting sekali untuk memperbaiki akidah.
 
 Wallahu'alam

(Oleh : Buya Sofyan Chalid bin Idham Ruray | Aqidah, Ruh Perjuangan Kita  | Masjid Muslimin | Kota Payakumbuh | 20 Safar 1444 H)

Posting Komentar

0 Komentar