Subscribe Us

header ads

Cinta Sejati Untuk Sang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Kita perlu mencintai Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam karna Allah Subhana wa Taala mencintainya, mengagungkannya, memuliakannya.

Allah Subhana wa Taala berfirman :

وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ

“Dan sungguh Kami telah mengangkat namamu wahai Muhammad” (Surah Al Insyirah : 4)

Dan Allah Subhana wa Taala juga memuji akhlaknya :

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Sesungguhnya wahai engkau Muhamad memiliki akhlak yang agung.” (Surah Al Qalam : 4)

Bahkan saking sayangnya Allah Subhana wa Taala kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, Allah tidak pernah memanggil Nabi Muhammad dengan namanya. Berbeda dengan nabi-nabi yang lain. Allah memanggil : Yaa ayyuharrasul (Wahai Rasul), Yaa ayyuhannabii (Wahai Nabi).

Berbeda ketika memanggil nabi-nabi yang lain. Seperti Yaa Adam, Yaa Isa, Yaa Yahya, dan lain sebagainya. Dipanggil dengan nama-nama mereka. Khusus Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, Allah tidak menyebut langsung dengan namanya. Tapi dengan sifat, pemuliaan bagi Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam.

Kedua, kenapa kita mencintai Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam? Karna Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam mencintai kita. Karna Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam merindukan kita, karna Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam begitu sayang kepada kita walaupun tak pernah jumpa dan tak pernah melihat kita. 

Pernah suatu saat Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam mengatakan : “Saya rindu bertemu saudara-saudaraku”. Tentu para sahabat heran, hening diam sejenak dan bertanya-tanya dalam hatinya, “Ya Rasulullah, bukankah kami ini saudaramu?” kata Abu Bakar kemudian. “ Bukan, kalian adalah sahabatku” jawab Rasulullah. “Kami juga saudaramu, Ya Rasulullah,” kata Abu Bakar lagi seolah ingin diakui juga sebagai saudara Rasulullah.

Rasulullah menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum kemudian beliau bersabda,

“Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tapi mereka beriman kepadaku dan mencintai aku melebihi cintanya kepada anak dan orangtuanya. Merekalah saudaraku dan kelak akan bersamaku. Beruntunglah orang-orang yang bertemu kepadaku dan beriman kepadaku. Beruntung pula orang-orang yang tidak pernah bertemu kepadaku tapi mereka beriman kepadaku”.


Dalam riwayat lain : 

“Tidak. Kalian adalah sahabat-sahabatku. Adapun saudara-saudaraku adalah orang yang datang setelahku, tapi mereka beriman kepadaku meskipun tidak melihatku.

Pernah juga suatu saat Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam diminta untuk Aisyah agar mendoakan untuknya.

“Ya Rasul, Tolong doakan saya.”

Maka Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengatakan :

اللهم اغفر لعائشة ما تقدم من ذنبها وما تأخر، وما أسرت وما أعلنت

Ya Allah, ampuni dosa Aisyah yang dahulu dan yang kemudian, yang sembunyi dan yang terang-terangan.
Didoakan seperti itu oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Aisyah kegirangan, tertunduk saking gembiranya.

Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam berkata :

أيسرك دعائي؟ فقالت: وما لي لا يسرني دعاؤك، فقال صلى الله عليه وسلم: والله إنها لدعائي لأمتي في كل صلاة

"Apakah doaku membuatmu senang?’ Aisyah menjawab; ‘Bagaimana saya tidak senang dengan doamu.’ Rasullah kemudian berkata; ‘Demi Allah, itu adalah doaku untuk umatku setiap selesai shalat.’
Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam mendoakan kita disetiap shalatnya, sedangkan kita belum tentu mendoakan orangtua kita, istri kita, anak kita disetiap shalat. Tapi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam begitu sayang kepada kita, begitu merindukan kita sehingga beliau mendoakan umatnya setiap shalat. 

Tidka cukup sampai disitu saja, Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam membuktikan kerinduan dan kecintaannya kepada kita kelak nanti diakhirat. Di Padang Mahsyar semua orang datang kepada NabiAdam, kemudian datang kepada Nabi Nuh, kemudian datang kepada para nabi-nabi yang lain, masing-masing sibuk dengan kesalahan masing-masing.

Lalu disebutkan hadits syafa’at yang panjang seperti pada riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.


فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِمُحَمَّدٍ – صلى الله عليه وسلم – فَيَأْتُونِى فَأَقُولُ أَنَا لَهَا . فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى رَبِّى فَيُؤْذَنُ لِى وَيُلْهِمُنِى مَحَامِدَ أَحْمَدُهُ بِهَا لاَ تَحْضُرُنِى الآنَ ، فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ وَأَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ ، وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ ، وَسَلْ تُعْطَ ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ . فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِى أُمَّتِى . فَيُقَالُ انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ شَعِيرَةٍ مِنْ إِيمَانٍ . فَأَنْطَلِقُ فَأَفْعَلُ ثُمَّ أَعُودُ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ ، ثُمَّ أَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ ، وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ ، وَسَلْ تُعْطَ ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ ، فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِى أُمَّتِى . فَيُقَالُ انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مِنْهَا مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ أَوْ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ . فَأَنْطَلِقُ فَأَفْعَلُ ثُمَّ أَعُودُ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ ، ثُمَّ أَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ ، وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ ، وَسَلْ تُعْطَ ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ . فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِى أُمَّتِى . فَيَقُولُ انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ أَدْنَى أَدْنَى أَدْنَى مِثْقَالِ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ ، فَأَخْرِجْهُ مِنَ النَّارِ . فَأَنْطَلِقُ فَأَفْعَلُ


Mereka mendatangi ‘Isa. ‘Isa lantas berkata, “Aku tidak pantas memberikan syafa’at tersebut. Hendaklah kalian mendatangi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lantas berkata, “Mereka lantas mendatangiku. Aku memang pantas memberikan syafa’at tersebut. Aku lantas meminta izin pada Rabbku. Allah pun memberikan izin padaku. Aku mendapatkan ilham untuk bisa memuji-Nya yang tak bisa kuhadirkan saat ini. Aku memuji-Nya dengan pujian tersebut. Aku pun tersungkur sujud di hadapan-Nya.”


Allah berfirman, “Wahai Muhammad, angkat kepalamu. Permintaanmu akan didengar. Mintalah, engkau akan diberi. Berilah syafa’at, syafa’atmu akan diperkenankan.” Aku pun berkata, “Wahai Rabbku, umatku, umatku.”


Kalau Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam begitu cinta kepada kita, maka kewajiban bagi kita adalah cinta kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Kitapun harus sayang, memuliakan Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam sebagaimana beliau begitu cinta kepada umatnya.

Cinta kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam merupakan kewajiban bagi setiap hamba Allah Subhana wa Taala. Setiap muslim dan muslimah wajib baginya untuk mencintai Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Bahkan dia wajib mencintai Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam melebihi cintanya kepada orangtuanya, istrinya, anaknya bahkan cintanya kepada dirinya sendiri.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ رواه البخاري

“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia“. (Hadist Riwayat al Bukhari dalam kitab al Iman, Bab Hubbur Rasul minal Imaan, no. 14)

Suatu saat, Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu pernah mengatakan kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam :

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ فَإِنَّهُ الْآنَ وَاللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْآنَ يَا عُمَر ُ رواه البخاري

“Kami bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau dalam keadaan memegang tangan Umar bin Al Khaththab, lalu Umar berkata kepada beliau: “Wahai, Rasululah! Sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku,” lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak, demi Dzat yang jiwaku di tanganNya, sampai aku lebih kamu cintai dari dirimu sendiri”. Lalu Umarpun berkata: “Sekarang, demi Allah, sungguh engkau lebih aku cintai dari diriku sendiri,” lalu Nabi n bersabda: “Sekarang, wahai Umar!” (Hadist Riwayat al Bukhari, kitab al Aimaan an an Nudzur, Bab Kaifa Kaanat Yamiin an Nabi, no. 6632)

Mencintai Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam merupakan kewajiban bagi setiap individu orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah Subhana wa Taala.

Keutamaan mencintai Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam

1. Kita akan bersanding dengan Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam disurga

Sebagaimana hadist Anas bin Malik dalam riwayat Bukhari dan Muslim  bahwa pernah suatu saat ada seorang Arab Badui datang kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam seraya mengatakan :

"Wahai Rasulullah, kapankah kiamat?"

Nabi tidak menjawab pertanyaan tersebut. Karna Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dan Malaikat Jibril tidak mengetahui kapan terjadinya hari kiamat. Yang terpenting, apa bekal yang telah kita persiapkan?

Lalu orang tersebut mengatakan :

Aku tidak mempersiapkan bekal apapun ya Rasulullah, hanya saja aku cinta kepada Allah dan rasul-Nya. Maka Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengatakan : "orang itu nanti akan bersanding dengan orang yang ia cintai."

2. Kita akan merasakan kelezatan iman.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ  أَنْ يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِـي النَّارِ.

“Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allâh. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam Neraka.” (Hadist Riwayat Bukhari, Muslim dan lainnya)

Inilah contoh kebahagiaan para ulama salaf, mereka berkata,

لَوْ يَعْلَمُ المُلُوْكُ وَأَبْنَاءُ المُلُوْكِ مَا نَحْنُ فِيْهِ لَجَلِدُوْنَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوْفِ

“Seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan yang ada di hati kami ini, tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang (untuk merebutnya).” (Rawai’ut Tafsir Ibnu Rajab 2/134, Darul ‘Ashimah, cet.I, 1422 H, Syamilah)

Karna mereka tidak merasakan kebahagiaan meskipun mereka memiliki harta dan tahta. Kebahagiaan hanya dirasakan oleh orang-orang yang merasakan lezatnya iman. Dan itulah surga dunia.

Syaikhul Islam mengatakan :

Sesungguhnya di dunia ini terdapat surga, barangsiapa yang tidak memasukinya maka ia tidak akan memasuki surga akhirat.“ (Al-Mustadrak ‘ala Majmu’ al-Fatawa: 1/153).”

Bagaimana mencintai Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam? Karna banyak orang yang mengaku cinta kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tapi tidak sesuai yang diinginkan oleh Allah dan rasul-Nya.

Cinta kepada Nabi Shallallahu'Alaihi wa Sallam bukan hanya pengakuan. Tapi cinta itu adalah pembuktian. Percuma kita mengaku cinta tapi kalau kita tidak membuktikannya, maka cinta itu adalah palsu.

Sebagaimana kata penyair :

“Setiap orang mengaku dekat dengan Laila, tapi Laila tidak mengakuinya”

Banyak yang mengaku cinta kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, tapi cintanya tidak diakui. Karna tidak seperti itu mencintai Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam.

Oleh karenanya, Allah Subhana wa Taala menantang orang-orang yang mengaku cinta kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam agar membuktikan cintanya kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam.

Allah Subhana wa Taala berfirman :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. (Surah Ali Imran : 31).

Zaid Ibnu Dafina (Sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang sudah masuk Islam) pernah ditanya oleh Abu Sufyan yang saat itu masih kafir. Saat dia mengintrogasi Zaid, dia bertanya :

“Wahai Zaid bin Dafina, bersumpahlah dengan nama Allah Subhana wa Taala apakah suka jika Nabi Muhammad duduk diposisimu dan kita penggal lehernya sedangkan kamu selamat?

Zaid bin Dafina berkata :

“Demi Allah, aku tidak menginginkan jika Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam diposisinya terkena duri sedangkan aku bersenang-senang dengan keluargaku.”

Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi saat selesai runding Perjanjian Hudaibiyah bertemu dengan para sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan dia melihat secara langsung bagaimana pengagungan para sahabat kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam tatkala dia balik kepada kaumnya :

“Wahai kaumku (kaum Quraisy), Demi Allah, aku sudah melalang buana bertemu dengan rombongan-rombongan para raja aku tidak pernah melihat pengikut-pengikut raja mereka mengagungkan raja-raja mereka melebihi pengagungan para sahabat-sahabat Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam kepada Nabi Muhamad."

Dan juga :

“Tidaklah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam meludah kecuali ludahnya akan ditangkis oleh para sahabat lalu mengusapnya kepada wajahnya dan kulitnya.” 

Hal itu karna ludah Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam itu barokah.

“Kalau Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan, mereka langsung melaksanakannya. Kalau mereka berwudhu, mereka rebutan untuk mendapat sisa air wudhu Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Kalau Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam berbicara, maka mereka melirihkan suara mereka untuk mendengarkan ucapan Nabi. Dan mereka pun tidak memandang Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam secara langsung karna segan dengan beliau Shalallahu 'Alaihi wa Sallam."

Saking para sahabat memuliakan Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, Anas bin Malik berkata :

إن أبواب النبي صلى الله عليه وسلم كانت تقرع بالأظافير

“Kami di masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengetuk pintu dengan kuku-kuku.” (Hadist Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrod bab Mengetuk Pintu)

Bagaimana cara membuktikan cinta kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam :

1. Mencintai Nabi dengan mengimani Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, menghormati Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam tanpa berlebih-lebihan.

Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini, baik Yahudi dan Nashrani, mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya (yaitu agama Islam, pent.), kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka.” (Hadist Riwayat Muslim no. 153)
Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda :

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ


"Aku adalah sayyid (penghulu) anak Adam pada hari kiamat." (Hadist Riwayat Muslim)

Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda :

لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ

“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata-kanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).’” (Hadist Riwayat Al-Bukhari (no. 3445), at-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Mu-hammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23)

2. Hendaknya kita beradab kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam.

Maksud beradab kepada beliau yaitu memuji beliau sesuai dengan keagungannya, sering bershalawat untuk beliau, beradab dengan hadist-hadistnya.

Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (Hadist Riwayat Muslim, no. 408)


Siapa yang sering bershalawat kepada Nabi, maka dia akan menjadi pendamping Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam disurga.

Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
أَوْلَى النَّاسِ بِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً
“Orang yang paling dekat denganku di hari kiamat nanti adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku” (Hadist Riwayat Tirmidzi)
Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda :

البَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

"Orang yang sangat pelit adalah orang yang ketika namaku disebut di sampingnya, ia tidak mau membaca shalawat kepadaku.” (Hadist Riwayat At-Tirmidzi).

3. Membenarkan apapun yang disampaikan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam hadist-hadist yang shahih.

Allah Subhana wa Taala berfirman :

وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

“Dan dia tidaklah berbicara dari dorongan hawa nafsunya, akan tetapi ucapannya tiada lain adalah wahyu yang disampaikan kepadanya.”
 (Surah An Najm: 3-4)
Apa yang keluar dari mulut Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dari hadist yang shahih maka itu adalah kebenaran.

4. Ittiba (meneladani) Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan taat kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Apapun yang diperintahkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kita jalankan. Apapun yang dilarang oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kita tinggalkan. Karna ketaatan kita kepada Rasulullah pada hakikatnya ketaatan kepada Allah Subhana wa Taala.

Allah Subhana wa Taala berfirman dalam surah An Nisa : 80

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ

“Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah“

Dan Allah Subhana wa Taala telah mengatakan dalam Surah Al Ahzab ayat : 21

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."

5. Membela Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam.

Kalau dulu para sahabat membela kehormatan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, membela nyawa Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dari serbuan orang-orang kafir yang ingin membunuh Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, para sahabat mengorbankan segalanya untuk melindungi Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, adapun kita dijaman sekarang adalah membela hadist-hadist Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Karna begitu banyak orang yang menghujat hadist-hadist Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, menghujat sunnah beliau. Maka kewajiban kita adalah membela Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam.

Dahulu, kalau ada orang yang menghina Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam maka ia akan dipancung. Makanya Syaikul Islam Ibnu Taimiyah memiliki kitab yang berjudul Ash Sharimul Maslul ala Syatimi Rasul (Pedang terhunus untuk penghina Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam)

6. Menyebarkan Sunnah Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam.

Apa yang bisa kita sekarang untuk kita lakukan menyebarkan Sirah Nabi, akhlak Nabi, Sunnah Nabi, maka lakukanlah.

Dahulu Imam Ibnu Mubarak pernah mengatakan :

“Saya tidak mengetahui suatu amalan yang lebih utama daripada menyebarkan ilmu.” (Dinukil oleh imam al-Khathib al-Baghdadi dalam kitab “Tarikh Bagdad” (10/160)

Imam Ibnu Hazm berkata :

مُنَايَ مِنَ الدُّنْيَا عُلُوْمٌ أَبُثُّهَا وَأَنْشُرُهَا فِيْ كُلِّ بَادٍ وَحَاضِرِ
دُعَاءٌ إِلَى الْقُرْآنِ وَ السُّنَنِ الَّتِيْ تَنَاسَى رِجَالٌ ذِكْرَهَا فِي الْمَحَاضِرِ
“Cita-citaku adalah menyebarkan kepelosok dan kepedesaan Al-Qur'an dan Sunnah yang sekarang banyak dilalaikan oleh manusia.” (Siyar A’lam Nubala’ 18/206. Adz-Dzahabi berkomentar : “Syair Ibnu Hazm ini sangat indah sekali sebagaimana engkau lihat sendiri.”)

Semakin tersebar Sunnah, maka semakin mati kebid'ah-an, semakin tersebar ilmu maka akan semakin mati kejahilan. Begitulah cara bentuk menyebarkan kebaikan dimuka bumi yaitu sebarkan ilmu dan Sunnah Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam.

Wallahu'alam

(Oleh : Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi | Cinta Sejati Untuk Sang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam | Masjid Al Hakim | Kota Padang | 07 Safar 1444 H)

Posting Komentar

0 Komentar