Banyak sekali petuah-petuah para sahabat terutama dari Khulafaur Rasyidin yang sangat bagus untuk kita renungkan bersama, diantaranya :
1. Nasehat dari sahabat abu bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu
Pernah suatu saat Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu mendapati sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq sedang memegang lisannya, maka Umar berkata :
Ada apa wahai kami Abu Bakar? Maka sahabat abu bakar Ash-Shiddiq menjawab : inilah yang menjadikan saya terjerumus ke dalam kehancuran.
Orang yang sudah dijamin oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam masuk surga, dia khawatir akan siksa Allah Subhana wa Taala karna ucapannya. Lantas bagaimana dengan kita? Oleh karenanya bagi kita untuk hati-hati dengan lisan kita. Karna kebanyakan dosa yang membuat manusia diseret oleh Allah Subhana wa Taala kedalam neraka adalah karna lisannya.
Nabi Shalallahu'Alaihi wa Sallam bersabda :
أَكْثَرُ خَطَايَا إِبْنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ
‘Mayoritas kesalahan anak Adam adalah pada lidahnya.‘” (Hadist Riwayat Thabarani, Ibnu ‘Asakir, dan lainnya. Lihat Silsilah Ash-Shahihah, no. 534)
Maka hendaklah bagi kita takut kepada Allah Subhana wa Taala. Dan mengingat sabda Nabi Shallallahu'Alaihi wa Sallam
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya dia mengatakan yang baik atau diam.
Nabi Shalallahu'Alaihi wa Sallam bersabda :
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {مَنْ صَمَتَ نَجَا}.
“Siapa yang diam (dari perkataan yang tidak ada gunanya), maka ia akan selamat (dari siksaan di hari akhir).” (Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ahmad bin Hanbal dan imam At-Tirmidzi dari sahabat Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhu)
Maka hati-hati dari lisan, karna banyak orang terjungkal kedalam neraka dan terjerumus disebabkan oleh lisan-lisan mereka.
Sebagian ulama membuat sebuah buku tentang daftar dosa-dosa lisan. Disebabkan terlalu banyaknya dosa lisan tersebut.
2. Nasehat dari sahabat Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu
Dimana beliau pernah berpesan :
“Belajarlah menuntut ilmu agama kalian sebelum kalian tua”
Ini sebuah motivasi dari Umar bin Khattab seorang Khalifah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq yang memberi semangat bagi kita untuk belajar ilmu agama.
Dalam hidup ada tujuan yang harus kita perhatikan dan harus kita tanamkan yaitu kita diciptakan untuk beribadah.
Allah Subhana wa Taala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (Surah Az- Zariyat : 56)
Tapi ibadah bukan sesuai dengan selera hawa nafsu kita. Tapi ibadah itu harus dengan ikhlas karna Allah Subhana wa Taala dan harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Tidak mungkin kita beribadah kepada Allah Subhana wa Ta'ala sesuai dengan tuntunan syariat kecuali kalau kita belajar ilmu agama. Dari sinilah kita tahu bahwa Islam sangat menekankan untuk belajar ilmu agama. Bahkan ayat yang pertama kali Allah turunkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam tentang ilmu :
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ
“Bacalah dengan nama Allah Subhana wa Taala yang telah menciptakan.” (Surah Al Alaq : 1)
Dan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan tegas mengatakan :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (Hadist Riwayat Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)
Apapun gelar kita, kita harus belajar ilmu agama supaya bisa beribadah kepada Allah Subhana wa Taala dengan benar. Supaya menjadi hamba-hamba bertakwa kepada Allah Subhana wa Taala. Melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Tujuan kita menuntut ilmu adalah agar kita menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah Subhana wa Ta'ala. Tanda ilmu yang bermanfaat apabila ilmu tersebut diamalkan.
Para ulama mengatakan bahwa tanda ilmu yang bermanfaat itu ada 3 :
- Ilmu tersebut membuat kita semakin takut kepada Allah Subhana wa Taala.
- Ilmu tersebut membuat semakin bersemangat beribadah.
- Ilmu tersebut membuat kita semakin ingat akan akhirat, kematian
3. Nasehat dari sahabat Ustman bin Affan Radhiyallahu Anhu
Menantu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dari dua putrinya sehingga beliau dikenal dengan dunnur rain yang memiliki dua cahaya. Karna menikah dengan dua putri Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam yaitu Ruqayyah dan Ummu Kulsum.
Utsman bin Affan juga salah satu sahabat yang diberikan kabar gembira oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagai 10 sahabat yang masuk surga. Beliau pernah memberikan petuah kepada kita :
“Demi Allah, andaikan hati kalian bersih, hati kalian tidak akan pernah merasa kenyang dari firman Allah Subhana wa Taala ”
Ini menunjukkan bahwa beliau memberikan motivasi kepada kita agar sering-sering membaca Al-Qur'an. Tidak pernah merasa kenyang dari Al-Qur'an. Adapun hati yang kotor, mereka malas membaca Al-Qur'an, tidak suka mendengar Al-Qur'an. Hendaknya kita peduli dengan Al-Qur'an, mentadabburi, memahaminya, dan jangan tinggalkan dan lalaikan Al-Qur'an karna Al-Qur'an bisa membersihkan hati kita dari kotoran-kotoran.
Allah Subhana wa Taala karna berfirman :
لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُۥ خَٰشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ ٱللَّهِ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَمْثَٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
"Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir." (Surah Al Hasyr : 21)
Akan tetapi banyak hati kita yang keras daripada gunung. Karna kurangnya membaca Al-Qur'an.
Disebutkan bahwasanya Utsman bin Affan pernah mengatakan :
"Tidak ada satu haripun kecuali aku membaca Al-Qur'an."
Inilah yang menyebabkan hati kita gundah karna kita kurangnya berdzikir kepada Allah Subhana wa Taala, kurangnya membaca Al-Qur'an. Oleh karena itu, hendaknya kita menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur'an. Karna keberkahan bersama Al-Qur'an.
Ada satu petuah yang menarik dari Utsman bin Affan, sejarah detik-detik saat sahabat Ustman bin Affan akan meninggal dunia, beliau dikepung oleh para pemberontak (orang-orang khawarij) yang tidak pernah merasa puas dengan kepimpinan siapapun.
Saat dikepung masuknya sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu (seorang sahabat yang banyak meriwayatkan hadist) masuk kerumah Utsman bin Affan kemudian mengatakan :
“Wahai Utsman, kenapa kita tidak menyerang mereka saja? Maka Utsman berkata : "Jika kamu membunuh salah seorang diantara mereka maka seakan-akan kamu membunuh semua manusia.”
Ini menunjukkan satu faedah bahwa permasalahan nyawa/darah merupakan masalah yang sangat berharga.
Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (Hadist Riwayat Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Dosa pembunuhan merupakan dosa paling besar setelah dosa syirik.
Imam Ahmad berkata :
“Saya tidak mengetahui dosa apa yang paling besar setelah syirik daripada dosa pembunuhan.”
Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
“Kelak orang yang dibunuh akan membawa tengkorak kepalanya kemudian tangannya yang lain membawa tengkorak pembunuhan. Kemudian dia mengadu kepada Allah Subhana wa Taala : Ya Allah tanyakan kepada orang ini kenapa dahulu dia membunuhku?”
4. Nasehat dari sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu
Banyak nasehat dari Ali bin Abi Thalib tetapi diantara nasehat indah dari beliau adalah,
“Dunia akan pergi meninggalkan kita dan kita semua akan menyongsong menuju kampung akhirat dan masing-masing memiliki putra-putra. Maka jadilah kalian putra-putra akhirat. Jangan menjadi putra-putra dunia. Karna hari ini (didunia) yang ada hanyalah amal tetapi tidak ada hisab. Sedangkan esok yang hanya adalah hisab dan tidak ada amal.”
Ini merupakan nasehat yang sangat bijak dari sahabat Ali bin Abi Thalib tentang bagaimana kita harus menyikapi dunia ini. Jangan tertipu dengan dunia ini karna dunia hanyalah sementara.
Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam pernah membuat perumpamaan yang sangat indah. Beliau mengatakan :
مَا لِى وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَ تَرَكَهَا
“Apa peduliku dengan dunia? Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.” (Hadist Riwayat Tirmidzi no. 2551. dishahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan At Tirmidzi)
Wallahu'alam
(Oleh : Buya Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi | Masjid Rahmatan Lil 'Alamin | Kota Padang | 07 Safar 1444 H)
0 Komentar
Tinggalkan balasan