Subscribe Us

header ads

Kapan Kejayaan Ummat Akan Dicapai ?


Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud dan yang lainnya dari sahabat yang mulia Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma, Rasullullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
 
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُـمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ شَيْئٌ حَتَّى تَرْجِعُواْ إِلَى دِيْنِكُمْ.

“Apabila kalian melakukan jual beli dengan cara ‘inah, berpegang pada ekor sapi, kalian ridha dengan hasil tanaman dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan membuat kalian dikuasai oleh kehinaan yang tidak ada sesuatu pun yang mampu mencabut kehinaan tersebut (dari kalian) sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (Hadits Riwayat Abu Dawud dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma)

Para ulama menjelaskan didalam hadits ini Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah menerangkan kepada kita sebab kehinaan umat ini yaitu umat Islam menjadi lemah dan musuh-musuh mereka mengalahkan mereka serta tidak segan kepada mereka, tidak takut kepada mereka.
 
Padahal dahulu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
 
“Aku ditolong oleh Allah Subhana wa Ta'ala dengan kegentaran dihati para musuh dari jarak sebulan perjalanan.”
 
Dahulu umat umat Islam sangat berwibawa dan kuat. Namun apa yang kita saksikan hari ini umat Islam dalam keadaan lemah. Umat Islam dalam keadaan hina dan sungguh sangat disayangkan kalau ada umat Islam yang tidak menyadarinya. Kalau kita sudah menyadari kehinaan dan kelemahan kita pada hari ini maka hadits ini menerangkan kepada kita tentang sebab-sebab kehinaan itu dan jalan untuk mengembalikan kejayaan umat.
 
Lihatlah saudara kita di berbagai belahan dunia dizalimi, ditindas bahkan disembelih, tapi kita sebagai umat yang besar tidak bisa menyelamatkan mereka. Ketika agama kita dihina, ketika Al-Qur'an dilecehkan, ketika Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dinistakan, kita sebagai umat yang besar tidak bisa menghukum orang yang melakukannya. Ini adalah sebuah kehinaan dan kelemahan. Maka hendaklah kita menyadari kehinaan dan kelemahan kita dan cari tahu apa sebabnya dan bagaimana kita akan kembali jaya.
 
Didalam hadits yang mulia diatas, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa menjelaskan kepada kita tiga sebab kelemahan kita :
 
1. Apabila kalian telah melakukan jual beli dengan cara Inah.
 
Jual beli dengan cara Inah seperti gambaran : Seseorang pergi ke sebuah toko mobil untuk membeli sebuah mobil dengan cara berhutang seharga 100juta. Dicicil sampai 100juta. Kemudian mobil itu langsung ia jual lagi kepada dealernya dengan harga 90juta. Sehingga hasilnya, dia tidak mempunyai mobil dan dia dapat uang 90juta tapi dia harus membayar 100juta.  Ini termasuk tipu daya, seakan-akan jual beli tapi hakikatnya riba.
 
Berkata Syaikh Al Albani rahimahullah ta'ala :
“Maksud hadits ini adalah kalian melakukan transaksi-transaksi yang haram dan jual beli Inah hanyalah sebuah contoh (ini mencakup semua jual beli yang diharamkan). Ini yang diinginkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam untuk diingatkan. Kalian telah melakukan jual beli dan berbagai transaksi yang diharamkan oleh syariat.”
 
2. Kalian telah memegang ekor-ekor sapi dan ridha dengan pertanian.

Berkata Syaik Al Albani :
 
“Maknanya adalah kalian meninggalkan kewajiban-kewajiban kalian kemudian lebih perhatian kepada urusan-urusan dunia dan mengumpulkan harta dengan cara apapun. Tidak peduli apakah halal atau haram.”
 
Inilah yang banyak terjadi pada banyak umat Islam. Kewajiban-kewajiban terhadap agama tidak lagi mereka pedulikan. Kesibukan mereka yang terbesar adalah urusan dunia dan untuk mendapatkan harta yang melimpah. Mereka sudah tidak peduli lagi apakah dari halal atau yang haram.
 
3.     Meninggalkan jihad.
 
Juga disebutkan dalam hadits yang lain, diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Syaubah Radhiyallahu Anhu yang semisal dengan ini. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
 
يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا. فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

“Hampir-hampir umat-umat yang kafir menguasai kalian seperti berkerumunnya orang-orang memperebutkan makanan. Maka berkatalah seseorang: Apakah karena sedikitnya kita kaum muslimin ketika itu? Beliau bersabda: Bahkan kalian ketika itu banyak jumlahnya, akan tetapi kalian seperti buih banjir, dan Allah menghilangkan kewibawaan kalian dari hati-hati musuh kalian serta melemparkan ke dalam hati-hati kalian kelemahan. Maka berkata seseorang: Wahai Rasulullah apakah penyebab kelemahan tersebut? Beliau bersabda: Cinta dunia dan benci kematian.” (Hadits Riwayat Abu Daud dari Tsauban radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 958)

Artinya, kesibukannya lebih banyak untuk dunia. Perhatiannya lebih besar untuk urusan dunia. Dan dia tidak mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.
 
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga mengingatkan :
 
فَوَاللهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

“Bukanlah kefakiran yang aku takutkan menimpa kalian, akan tetapi justru yang aku takutkan menimpa kalian ketika dunia dibentangkan kepada kalian sebagaimana telah dibentangkan untuk umat-umat sebelum kalian. Kalian pun berlomba-lomba mengejar dunia itu sebagaimana mereka berlomba-lomba mengejarnya. Maka dunia itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
 
Penyebab umat Islam itu lemah dan hina sehingga dikalahkan dan tidak ditakuti oleh musuh-musuh adalah karna dosa-dosa kita. Maka kehinaan dan kelemahan kita adalah bagian dari hukuman yang Allah timpakan kepada kita, bukan karna musuh yang sedang kuat atau lebih kuat dari kita atau karna senjata mereka lebih kuat, bukan karna jumlah pasukan mereka lebih baik, bukan karna teknologi mereka lebih maju, bukan karna ekonomi mereka yang lebih berkembang, bukan pula karna kita lebih miskin dari mereka, bukan pula karna sedikitnya jumlah kita, melainkan karna dosa-dosa kita.
 
Ini terbukti dalam catatan sepanjang sejarah umat Islam (silakan buka kembali sejarah umat Islam selama 14 abad ini dari masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sampai dihari sekarang) tidak ada sejarahnya umat Islam itu kalah hanya karna lebih lemah secara fisik atau karena musuh-musuh Islam lebih kuat secara fisik, yang ada malah kebalikannya. Umat Islam bisa mengalahkan orang-orang kafir yang kekuatan fisik begitu hebat.
 
Bacalah kembali bagaimana para sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan orang-orang yang dahulu tidak pernah menjadi tentara sebuah negara besar. Orang-orang dahulu hanya mengenal tawuran antar kampung, tapi mereka bisa mengalahkan dua super power dimasa itu yaitu Romawi dan Persia. Saat berjumpa dengan sahabat pertama kali, orang-orang Romawi dan Persia menertawakan mereka : “Inikah pasukan yang melawan kita?” Persenjataan sahabat sangat sedikit dan jumlah merekapun sangat sedikit. Namun dengan pertolongan Allah Subhana wa Ta'ala, Jazirah Arab bebas dari kekuasaan Romawi dan Persia.
 
Sepanjang sejarah, tidak ada sejarahnya umat Islam kalah karna lebih lemah persenjataannya, lebih sedikit pasukannya, atau musuh yang lebih kuat.
 
Dan pernah terjadi kebalikannya, sebagaimana Allah ingatkan dalam surah At Taubah ayat 25. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
 
لَـقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِيْ مَوَا طِنَ كَثِيْرَةٍۙوَّيَوْمَ حُنَيْنٍۙاِذْ اَعْجَبَـتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًـا وَّضَا قَتْ عَلَيْكُمُ الْاَ رْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّـيْتُمْ مُّدْبِرِيْنَ
 
"Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan Bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang."
 
Perang Hunain terjadi pada tahun 8 Hijriyah. Disatu tempat yang bernama Hunain. Setelah Fathul Makkah umat Islam melawan orang-orang fakih dan sekutu-sekutu mereka. Jumlah mereka pada saat itu sekitar 3.000 - 4.000 pasukan. Sedangkan jumlah umat Islam pada saat itu 12.000 pasukan. Namun diawal pertempuran umat Islam kocar kacir hingga tidak ada yang bersisa kecuali tidak lewat dari 100 orang bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabat terbaik yang tidak lari dari medan pertempuran.
 
Tapi kemudian, sahabat-sahabat yang lari ini mereka segera bertaubat dan kembali lagi ke medan pertempuran. Mereka menyadari kesalahan mereka, dan pada akhirnya pertempuran dimenangkan oleh kaum muslimin. Dan Allah pun memberikan pertolongan.
 
Dosa mereka pada saat itu adalah takjub dengan banyaknya jumlah merka. Itulah dosa mereka yaitu ujub, merasa bangga kepada jumlah mereka. Dan ini termasuk syirik kecil.
 
Ujub adalah seseorang mempersekutukan Allah dengan dirinya sendiri. Allah yang seharusnya dia agungkan yang telah memberikan kelebihan kepadanya tapi dia mengagungkan dirinya sendiri. Hampir mirip dengan riya'. Namun riya' mempersekutukan Allah dengan orang lain yaitu ingin dipuji oleh orang. Ujub dan riya' sama-sama merasa tinggi, merasa bangga terhadap kelebihan sendiri.
 
Inilah penyebab Allah memberikan hukuman diawal pertempuran kaum muslimin. Tapi mereka kemudian bertaubat sehingga Allah memberikan pertolongan kepada mereka dan pada akhirnya kemenangan ada ditangan umat islam.
 
Lalu bagaimana lagi dengan hari ini. Bukan hanya syirik kecil bahkan syirik besar dalam permasalahan bentuknya tersebar ditengah-tengah umat Islam. Bagaimana mungkin Allah memberikan pertolongan.
 
Begitu pula dalam Perang Uhud, hanya karena satu pesan Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam yang dilupakan oleh kaum muslimin. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berpesan apapun yang terjadi dibawah, kalian jangan turun dari bukit ini yang disebut sebagai Jabal Ruma (bukit pemanah). Tapi karna dibawah melihat kaum muslimin telah menang, orang-orang musyrik telah lari kocar kacir dan meninggalkan harta-harta rampasan perang, maka yang diatas terlupa dengan pesan Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dan merekapun turun.
 
Khalid bin Walid yang ketika itu belum beriman, beliau melihat kesempatan emas untuk memukul umat Islam. Maka beliau membawa pasukannya berputar dan menghantam umat Islam. Saat itulah banyak sekali jatuh korban ditengah-tengah kaum muslimin yang membuat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sangat sedih termasuk paman beliau, Hamzah bin Abdul Muthalib, wafat di Perang Uhud.
 
Berkata Syaikh Utsaimin rahimahullah :
 
“Kalau saja hanya karna satu petunjuk Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dilupakan oleh kaum muslimin di Perang Uhud membuat mereka terpukul dengan satu pukulan yang berat dari orang-orang musyrik, bagaimana lagi dengan hari ini. Berapa banyak Sunnah yang kita tinggalkan.”
 
Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengabarkan kepada kita yaitu jalan untuk kembali kepada kejayaan umat Islam untuk meraih pertolongan Allah. Dimana beliau bersabda :
 
“Allah tidak akan menghilangkan kehinaan, kelemahan kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian.”
 
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengabarkan diantara sebab kehinaan kita adalah meninggalkan jihad. Tapi ketika beliau memberikan solusi, beliau tidak mengatakan : “Kalian harus segera berjihad.” Tapi beliau mengatakan : “Sampai kalian kepada agama kalian.”
 
Bagaimana mungkin kita mengajak umat ini berjihad dalam keadaan banyaknya perselisihan mereka terhadap Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Tidak mungkin kita bisa menang saat kita berjihad melawan orang-orang musyrik dalam keadaan kita menyelisihi petunjuk-petunjuk Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam apalagi sampai berbuat dosa syirik, padahal kemenangan kita adalah karna pertolongan Allah Subhana wa Ta'ala.
 
Sehingga salah besar kalau kita memanas-manasi para pemuda Islam untuk berjihad, padahal yang seharusnya kita lakukan adalah mengajak mereka kembali kepada agama. Bukan langsung pergi berjihad. Dan jihad merupakan ibadah dan ibadah perlu ilmu. Maka belajar dulu hukum-hukum jihad, sementara bab jihad adalah bab paling terakhir didalam kitab-kitab para ulama. Pelajari terlebih dahulu masalah tauhid, kemudian ibadah sehari-hari yang sesuai petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Bukan langsung belajar mempelajari hukum-hukum jihad. Jika hal itu dilakukan maka akan terjadi ada orang-orang yang semangat beragama dan ingin mengembalikan kejayaan Islam tapi dia tidak tahu cara yang benar, dan diapun mengajak manusia untuk berjihad maka hasil jihadnya adalah jihad yang bathil dan tidak sesuai petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
 
Ketika ia belum mempelajari hukum-hukum berjihad, yang ada bukan untuk meninggikan Islam melainkan membuat Islam direndahkan dan dilecehkan oleh orang-orang karna jihad yang dia lakukan hanyalah sebuah aksi terorisme. Hingga pada akhirnya, syariat jihad dianggap radikal dan ekstrim. Dan orang yang bersungguh-sungguh menjalankan agama Islam dianggap sebagai orang-orang yang harus diwaspadai karna mempunyai bibit-bibit terorisme.
 
Syaikhul Islam Ahmad bin Al Halim bin Abdussalam An-Numairi rahimahullah ta'ala dalam kitab beliau Al Jawabul Kafi Liman Sa'ala 'An Ad-Dawa Asy Syafi'i. Beliau berkata :
 
“Ketika orang-orang kafir itu menang dan lebih kuat daripada umat Islam maka itu hanyalah karna dosa-dosa kaum muslimin. Yang telah menyebabkan iman mereka melemah. Apabila umat Islam bertaubat dengan kembali menyempurnakan iman mereka maka Allah memberikan pertolongan kepada mereka.”
 
Sebagaimana firman Allah Subhana wa Ta'ala dalam Surah Ali Imran ayat 139, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
 
وَلَا تَهِنُوْا وَ لَا تَحْزَنُوْا وَاَ نْتُمُ الْاَ عْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
 
"Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman."
 
Dan juga Allah ingatkan dalam firmanNya :
 
اَوَلَمَّاۤ اَصَا بَتْكُمْ مُّصِيْبَةٌ قَدْ اَصَبْتُمْ مِّثْلَيْهَاۙقُلْتُمْ اَنّٰى هٰذَاۗقُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اَنْفُسِكُمْۗاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
 
"Dan mengapa kamu (heran) ketika ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud), padahal kamu telah menimpakan musibah dua kali lipat (kepada musuh-musuhmu pada Perang Badar) kamu berkata, "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah, "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri." Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Surah Ali Imran : 165)
 
Tidak ada jalan lain untuk mengembalikan umat ini pada kejayaan kecuali kembali kepada agama kita sendiri yaitu agama Islam. Dan tentunya Islam yang dimaksudkan adalah Islam yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu'Alaihi wa Sallam dan para sahabat Radhiyallahu Anhu, bukan Islam yang telah dimodifikasi yang sudah ditambah-tambah dan dikurangi.
 
Kunci utama untuk kembali kepada agama ini adalah kembali kepada tauhid dan Sunnah atau kata lain iman dan amal shalih. Sebagaimana janji Allah Subhana wa Ta'ala dalam Surah An Nur ayat 55  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
 
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَـيَسْتَخْلِفَـنَّهُمْ فِى الْاَ رْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖوَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَـيُبَدِّلَــنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗيَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـئًــاۗوَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
 
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik."
 
Oleh karena itu puncak keimanan adalah tauhid. Keimanan yang paling mendasar adalah tauhid sedangkan amal shalih adalah amal yang sesuai petunjuk Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Inilah langkah praktis untuk kembali kepada agama. Kembali kepada tauhid dan Sunnah. Dan inilah sebab kejayaan umat Islam.
 
Allah Subhana wa Ta'ala berfirman :

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
 
"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung".(Surah Ali’Imran : 173)
 
Syaikh Abdurrahman Sa'di rahimahullah dalam tafsir beliau mengatakan :
 
“Ayat ini adalah sebuah janji dari Allah Subhana wa Ta'ala untuk hamba-hamba-Nya yang beriman dan meneladani rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yaitu memberikan kecukupan dan pertolongan atas mereka untuk menghadapi musuh-musuh mereka. Maka apabila umat ini menempuh sebab yaitu iman dan ittiba' maka pasti Allah akan mencukupi mereka untuk urusan-urusan mereka semua baik urusan agama maupun urusan dunia.”
 
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengingatkan :
 
وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي
 
“…. Dan Allah jadikan kehinaan dan kerendahan bagi orang yang menyelisihi perintahku” (Hadits Hasan Riwayat Ahmad)
 
Dan juga hadits yang diriwayatkan oleh An Nasa'i, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :

إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذِهِ الأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ، وَصَلاَتِهِمْ، وَإِخْلاَصِهِمْ

“Sesungguhnya Allah menolong umat ini dengan sebab orang yang lemah dari mereka, yaitu dengan sebab doa mereka, shalat mereka, dan keikhlasan mereka.”
 
Allah Subhana wa Ta'ala berfirman :
 
اِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْۖوَاِ نْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَّفْرَحُوْا بِهَاۗوَاِ نْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْــئًاۗاِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ
 
"Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan." (Surah Ali 'Imran : 120)
 
Tidak akan berhasil siapapun yang memperjuangkan agama ini melalui jalan yang lain (selain Tauhid dan Sunnah). Bagaimana caranya kita kembali kepada agama kita? Yaitu dengan memulai menuntut ilmu dan mengamalkannya lalu kemudian mendakwahkannya dan bersabar diatasnya.
 
Allah Subhana wa Ta'ala berfirman :
 
وَقُلْ جَآءَ الْحَـقُّ وَزَهَقَ الْبَا طِلُۗاِنَّ الْبَا طِلَ كَا نَ زَهُوْقًا 

"Dan katakanlah, "Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap." Sungguh, yang batil itu pasti lenyap." (Surah Al-Isra' : 81)
 
Syaikh Abdurrahman Sa'di menafsirkan dalam tafsir beliau :
 
“Maksud ayat ini adalah pensifatan dalam kebathilan akan tetapi bisa saja di satu masa kebathilan itu mempunyai kekuatan dan tersebar sementara kebenaran itu lemah. Akibat lemahnya kebenaran ketika tidak ada kebenaran yang menghadangnya. Maka apabila datang kebenaran niscaya kebathilan itu akan lenyap sehingga tidak tersisa gerakannya. Tidaklah kebathilan itu tersebar dan ahlulbathil menguat kecuali dijaman dan tempat disaat ilmu itu kosong tentang ayat Allah dan penjelasan-penjelasannya.”
 
Syaikh Utsaimin juga pernah mengingatkan:
 
“Sebetulnya bukan soal kita melihat kejayaan dimasa hidup kita tapi yang menjadi soal adalah kita telah kembali tidak pada agama kita.”

Wallahu'alam
 
(Oleh : Buya Sofyan Chalid bin Idham Ruray | Kapan Kejayaan Ummat Akan Dicapai ?  | Masjid Tangah Jua| Kota Bukittinggi | 21 Safar 1444 H)

Posting Komentar

0 Komentar