Akhlak yang mulia merupakan
salah satu amalan utama yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga
Allah Subhana wa Ta’ala. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh dari
sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwasanya beliau pernah mengatakan :
سُئِلَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ
الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” (Hadist Riwayat Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Ibnul Mu’taz berkata :
“Tinggalkanlah dosa, baik yang kecil maupun yang besar karena itulah arti taqwa dan berbuatlah seperti orang yang berjalan di atas tanah berduri. Sehingga ia berhati-hati tehadap apa yang ia lihat. Janganlah kamu meremehkan dosa kecil karena gunung itu berasal dari tumpukan kerikil kecil” (Jami’ul Ulum Wal Hikam oleh Ibnu Rajab, I/402).
Terdapat sebuah hadits yang maknanya shahih (benar), namun didhoifkan (dilemahkan) oleh para ulama pakar hadits,
لاَ كَبِيْرَةَ مَعَ الاِسْتِغْفَارِ وَ لاَ صَغِيْرَةَ مَعَ الإِصْرَارِ
“Tidak ada dosa besar jika dihapus dengan istighfar (meminta ampun pada Allah) dan tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus.” (Dhoiful Jaami’ no. 6308.)
لا تنظر إلى صغر الخطيئة ولكن انظر إلى عظم من
عصيت
2. Akhlak yang mulia
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ دِينًا
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” (Surah Al-Maaidah : 3)
Tidak ada satu amalan pun yang mendekatkan kita menuju surga kecuali Allah dan Rasul-Nya telah menjelaskannya kepada kita. Tidak ada satu amalan pun yang menjauhkan kita dari neraka kecuali Allah dan Rasul-Nya telah menjelaskannya kepada kita semuanya.
عَنْ
أَبِى ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: تَرَكَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا طَائِرٌ يَطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلاَّ عِنْدَنَا مِنْهُ عِلْمٌ
Dari Abu Dzarr Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat) dan tidaklah seekor burung pun yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan kami memiliki ilmunya.” (Hadist Riwayat Ibnu Hiban (no. 65/at-Ta’liiqatul Hisaan ‘ala Shahiih Ibni Hibban)
Ayat yang paling panjang didalam Al-Qur'an diakhir-akhir Surah Al-Baqarah tentang hutang piutang menunjukkan bahwa Islam bukan hanya membahas shalat, puasa, zakat, haji, tetapi Islam juga membahas hubungan manusia dengan manusia. Oleh karenanya, masalah akhlak, adab harus menjadi prioritas kita. Tidak boleh bagi kita untuk meremehkan masalah tersebut lalu berkata : “Prioritas masalah aqidah, tauhid.” Ini adalah kejahilan, talbis iblis. Islam itu kompleks. Bukan hanya masalah aqidah saja, tapi juga Masalah ibadah, fiqih, akhlak dsb.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan” (Surah Al-Baqarah : 208)
Bahkan para ulama yang membahas aqidah, mereka juga memasukkan masalah akhlak didalam kitab aqidah mereka, seperti kitab Al-Aqidah Al-Wasithiyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Syarhus Sunnah karya Imam Al Muzanni, Aqidah Salaf Ash-habul Hadits karya Imam Abu 'Utsman Ash-Shabuni, dll. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Akhlak tidak bisa dipisahkan dari aqidah. Bahkan sering sekali Islam menggandengkan aqidah dengan akhlak.
“Islam ini seluruhnya adalah akhlak”
A. Akhlak kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
1. Mengimani Allah Subhana wa Ta’ala. Dan beriman kepada Allah mencakup 4 hal : mengimani wujud Allah, meyakini rububiyah Allah, mengimani uluhiyyah Allah, mentauhidkan Allah dalam asma wa sifat.
Ketika kita diberi ujian dengan
hal-hal yang tidak menyenangkan bagi kita maka kita hadapi dengan sabar, bukan
malah menggerutu, mencela Allah.
عَجَبًا
لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ
لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ
أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (Hadist Riwayat Muslim, no. 2999)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
“Musibah yang semakin mendekatkan dirimu kepada Allah itu jauh lebih baik daripada nikmat yang membuat dirimu lalai dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
B. Akhlak kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
1. Membenarkan apapun yang diberitakan oleh Rasulullah. Kita tidak boleh mendustakan nya, mengingkari nya walaupun dalam hal-hal yang akal kita belum sampai. Karna akal manusia itu terbatas.
وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
“… dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Surah Al Isra : 85)
Imam Syafi'i berkata :
“Sesungguhnya akal itu memiliki batas sebagaimana pandangan mata juga memiliki batas.”
Letakkan akal kita jika sudah berhadapan dengan qalallah wa qala rasul. Karna akal manusia itu terbatas.
Orang-orang yang tidak percaya dengan hadits Rasulullah hendaknya berfikir, andaikan kita hidup dijaman nabi kemudian nabi menyampaikan secara langsung dan kita mendengar, adakah diantara kita yang berani protes kepada Rasulullah? Kalau kita tidak berani protes kepada nabi disaat nabi hidup, apakah kita lantas berani ketika nabi sudah meninggal dunia? Maka hendaklah kita beradab kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam baik hadist-hadistnya, sunnah-sunnahnya.
2. Hendaknya kita taat kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, melaksanakan perintah-perintah nya dan menjauhi larangannya. Karna ketaatan kita kepada Rasulullah merupakan bagian ketaatan kita kepada Allah Subhana wa Taala.
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ
أَطَاعَ اللَّهَ
“Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah“. (Surah An-Nisaa : 80)
Jika seseorang ada yang mengaku cinta kepada Rasulullah tetapi perintah nya kita larang dan larangannya selalu kita terjang maka itu adalah cinta yang palsu.
“Andaikan cintamu sejati niscaya engkau akan taat kepadanya. Sesungguhnya orang yang mencintai itu sangat taat kepada orang yang dia cintai ”
Karna cinta itu tidak hanya pengakuan, namun cinta itu adalah pembuktian. Oleh karna itu, Allah Subhana wa Ta’ala menantang orang yang mengaku cinta kepada Rasulullah :
“Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. (Surah Ali Imron : 31).
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (Hadist Riwayat Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)
Ibnu Qayyim menyamakan mereka yang beribadah tidak ada contohnya seperti seseorang yang berpergian namun tas-nya diisi dengan batu kerikil. Hanya letih yang mereka rasakan. Begitulah orang yang beribadah namun tidak mengikuti contoh dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang ia dapatkan hanya letih, hanya buang-buang waktu. Sungguh sangat merugi.
C. Akhlak kepada sesama manusia.
Berkata Ibnu Abdil Barr :
“Dan goresan pena-pena mereka lebih suci dan lebih utama dari darah syuhada, wahai penuntut ilmu Nabi tidaklah kalian sama dengan yang lain”. (Jami’ Bayan Ilmi 1/31).
Hal ini menunjukkan bahwa kita dimuliakan oleh Allah. Diangkat derajat kita Oleh allah. Maka kita harus berbeda dengan yang lainnya, harus lebih baik.
Kalau kita belajar ilmu agama namun akhlak kita belum ada perbaikan berarti perlu kita curigai akan ilmu kita.
Para ulama mengatakan :
“Orang yang semakin bertambah ilmunya tetapi tidak bertambah baik akhlaknya curigai ilmunya”
Karna orang yang semakin berilmu semakin baik akhlaknya. Karna dia harus mengamalkan ilmunya. Dan Islam sangat menekankan masalah akhlak.
Akhlak kepada manusia terkumpul kepada 3 hal, siapa yang memiliki 3 hal ini maka mudah-mudahan ia termasuk orang yang berakhlak mulia.
Disebutkan oleh Imam Ibnu Mubarak ketika beliau ditanya tentang : Apa akhlak yang mulia? Ia menjawab :
1. Berbuat baik kepada orang lain
مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ
“Barang siapa di antara kalian yang sanggup memberi manfaat kepada saudaranya maka lakukanlah.” (Hadist Riwayat Muslim : 5859)
“Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (Hadist Riwayat Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 13280, 12: 453)
Para ulama mengatakan bahwa ibadah yang muta'addi (menjalar untuk orang lain) itu lebih baik daripada ibadah yang manfaatnya hanya untuk diri sendiri (qaashir)
المسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya.” (Hadist Riwayat Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
أَكْثَرُ خَطَايَا
إِبْنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ
“Mayoritas kesalahan anak Adam adalah pada lidahnya.” (Hadist Riwayat Thabarani, Ibnu ‘Asakir, dan lainnya).
ياَ رَسُوْلَ اللهِ ! إِنَّ فُلاَنَةَ تَقُوْمُ اللَّيْلَ وَتَصُوْمُ النَّهَارَ، وَتَفْعَلُ، وَتَصَدَّقُ، وَتُؤْذِيْ جِيْرَانَهَا ؟بِلِسَانِهَا
“Wahai Rasulullah, si fulanah sering melaksanakan shalat di tengah malam dan berpuasa sunnah di siang hari. Dia juga berbuat baik dan bersedekah, tetapi lidahnya sering mengganggu tetangganya.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab,
لاَ خَيْرَ فِيْهَا، هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ
“Tidak ada kebaikan di dalam dirinya dan dia adalah penduduk neraka.”
Banyak orang-orang yang masuk neraka gara-gara tidak bisa menahan lisannya. Dan dosa tangan yang paling banyak dilakukan pada jaman sekarang adalah membuat status-status yang menyakitkan. Karna jaman sekarang,orang mengekspresikan uneg-uneg nya dimedia sosial.
3. Wajah yang berseri-seri.
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا لَقِيَ الْمُؤْمِنَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَأَخَذَ بِيَدِهِ فَصَافَحَهُ تَنَاثَرَتْ خَطَايَاهُمَا كَمَا يَتَنَاثَرُ وَرَقُ الشَّجَرِ
“Sesungguhnya
seorang Mukmin apabila berjumpa dengan Mukmin lainnya lalu ia mengucapkan salam
kepadanya kemudian memegang tangannya dan berjabat tangan, maka berguguran
(dihapuskan) dosa mereka sebagaimana daun pohon berguguran.” (Hadist Riwayat ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul Awsath” (no.
245)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai)
sedekah bagimu.” (Hadist Riwayat at-Tirmidzi (no. 1956), Ibnu Hibban (no. 474 dan
529)
Akhlak yang baik sangat berperan besar terhadap dakwah. Islam masuk
ke Indonesia bukan dengan perang, bukan dengan pedang, bukan dengan kekerasan
tetapi Islam masuk ke Indonesia dengan akhlak yang mulia. Maka hendaklah bagi
kita perhatikan Akhlak yang mulia ini. Kita bisa berdakwah dengan sentuhan yang
mulia.
Keutamaan akhlak mulia
1. Akhlak yang mulia merupakan faktor utama meraih surga.
سُئِلَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ
الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” (Hadist Riwayat Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ
مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku tempatnya pada hari kiamat adalah yang terbaik akhlaknya diantara kalian” (Hadist Riwayat At-Tirmidzi 2018)
” كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ ، فَقَالَ لِي :
سَلْ ، فَقُلْتُ : أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ ، قَالَ : أَوْ غَيْرَ
ذَلِكَ ، قُلْتُ : هُوَ ذَاكَ ، قَالَ : فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ
السُّجُودِ “. رواه مسلم في ” صحيحه“(489).
3. Memberatkan timbangan amalan kelak di akhirat.
مَا شَىْءٌ أَثْقَلُ فِى مِيزَانِ
الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيَبْغَضُ
الْفَاحِشَ الْبَذِىءَ
«إنه
من أعطي حظه من الرفق فقد أعطي حظه من خير الدنيا والآخرة ، وصلة الرحم وحسن الخلق
وحسن الجوار يعمران الديار ويزيدان في الأعمار» أخرجه أحمد.
”Sesungguhnya barang siapa yang diberikan bagiannya berupa kelemahlembutan, maka sungguh ia telah diberikan bagiannya berupa kebaikan dunia dan Akhirat. Menyambung tali kekerabatan, akhlak yang baik, dan berbuat baik kepada tetangga memakmurkan negeri dan menambah umur.” (Hadist Riwayat Ahmad, dan dinyatakan shahih dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 519)
Kiat-kiat meraih akhlak yang mulia
1. Membenahi akidah.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
إِنَّ الإِيْمَانَ لَيَخْلُقُ فِي جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا
يَخْلُقُ الثَّوْبُ، فَاسْأَلُوْا اللهَ أَنْ يُجَدِّدَ الإِيْمَانَ فِي
قُلُوْبِكُمْ
“Sesungguhnya iman benar-benar bisa menjadi usang di dalam tubuh seseorang dari kalian sebagaimana usangnya pakaian. Maka memohonlah kepada Allah supaya memperbarui iman di hati kalian!” (Diriwayatkan oleh Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak I/4)
2. Doa.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
“Doa itu adalah kunci semua kebaikan didunia dan akhirat.”
Karna semua kebaikan yang ada didunia ini semuanya ada ditangan Allah.
Dan nabi sering mengajarkan kepada kita tentang doa meminta akhlak yang mulia, diantaranya :
اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَقِنِي سَيِّئَ الْأَعْمَالِ وَسَيِّئَ الْأَخْلَاقِ لَا يَقِي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ
“Ya Allah, berilah petunjuk kepadaku untuk berbuat sebaik-baik amalan, sebaik-baik akhlak, tidak ada yang bisa menunjuki untuk berbuat sebaik-baiknya kecuali Engkau. Dan lindungi kami dari jeleknya amalan dan jeleknya akhlak, dan tidak ada yang melindungi dari kejelekannya kecuali Engkau.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (Surah Al-‘Ankabut : 69)
4. Mempelajari Alquran dan Sunnah.
Karna Al-Qur'an isinya adalah akhlak.
‘Aisyah radhiallahu ‘anha pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka beliau pun menjawab sangat singkat : "Akhlak nya nabi itu adalah
Al-Qur'an."
Karena Rasulullah itu praktek nyata dari Al-Qur'an. Apapun yang diperintahkan oleh Al-Qur'an, Rasulullah mempraktekkannya bahkan Allah sendiri yang memujinya.
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya engkau wahai Muhammad memiliki akhlak yang mulia." (Surah Al Qalam : 4)
Selain Al-Qur'an,kita juga mempelajari hadits nabi shalallahu alaihi wa salam. Banyak Hadist -hadist nabi yang membahas tentang akhlak. Seperti kitab adabul mufrad yang merupakan kumpulan adab/akhlak. Hal ini akan mempermudah untuk menggugah dan memperbaiki akhlak kita.
5. Berteman dengan teman-teman yang baik.
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. (Hadist Riwayat Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, dari Abu Hurairah)
Diantara barokah ketika kita berteman dengan orang baik adalah
kita minila akan segan, malu melakukan dosa dihadapan nya, seperti tidak mereka
dihadapkan mereka. Namun jika kita berteman dengan orang yang rusak, maka akan
ke cipratan rusaknya.
Wallahu'alam
(Oleh : Buya Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi | Menggapai Surga Dengan Akhlak Mulia | Masjid Ubay bin Ka'ab | Kota Jambi | 05 Safar 1444 H)
0 Komentar
Tinggalkan balasan