Anak adalah anugerah dan nikmat yang sangat berharga dari Allah Subhana wa Ta'ala. Tidak semua orang yang telah nikah mesti diberi anak. Betapa sering kita dapati tetangga, kerabat, saudara kita yang sudah bertahun-tahun berumah tangga tapi belum diberi momongan. Maka itu adalah rezki dari Allah jika diberi anak.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
{لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (49) أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (50) }
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa." (Surah Asy-Syuura : 49-50)
Kita dilarang untuk membenci anak-anak kita baik dia laki-laki ataupun perempuan. Kenapa? Karna anak itu adalah anugerah. Allah mencela orang-orang jahiliah dahulu dimana mereka tatkala diberi kabar anaknya perempuan, maka mereka tidak terima.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ
"Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah." (Surah An-Nahl : 58)
Ketika Islam datang, Islam melarang demikian. Tidak boleh membenci anak laki-laki ataupun anak perempuan. Seharusnya kita justru bergembira.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
لَا تُكْرِهُوا الْبَنَاتِ فَإِنَّهُنَّ الْمُؤْنِسَاتُ الْغَالِيَاتُ
“Janganlah engkau membenci anak-anak perempuan. Sesungguhnya mereka adalah sumber kegembiraan yang mahal.” (Hadist Riwayat Ahmad no. 16922 dari Uqbah bin ‘Amir radhiallahu ‘anhu)
Anak adalah investasi berharga. Harta terbaik bagi orang tua. Baik ketika didunia maupun kelak dialam barzah dan lebih-lebih lagi disurga Allah Subhana wa Taala.
1. Investasi berharga didunia
Disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala :
اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (Surah Al Kahfi : 46)
2. Investasi berharga di alam barzah
Anak salah satu investasi berharga ketika kita nanti sudah meninggal dunia. Disebutkan oleh nabi didalam hadist :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (Hadist Riwayat Muslim no. 1631)
3. Anak juga investasi berharga kelak disurga.
Jika kita memiliki anak-anak yang Sholih yang mendoakan kita, insyaallah anak-anak tersebut menjadi syafaat bagi orang tua yang akan menggandeng tangan orangtua menuju surga.
Dalam hadist riwayat Bukhari dalam Al Adabul Al Mufrad disebutkan :
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِيْ الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُ : يَا رَبِّ أَنىَّ لِيْ هَذِهِ ؟ فَيَقُوْلُ : بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga,” Maka ia pun bertanya: “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?” Allah menjawab: “Berkat istighfar anakmu bagi dirimu”. (Hadits shahih Riwayat Ahmad, no. 10232)
Oleh karenanya kita sebagai orang tua harus perhatian terhadap anak-anak, harus menjaga dan merawat, jangan sampai kita terlalu peduli dengan harta, pekerjaan, jabatan tapi kurang perduli terhadap anak-anak. Sekarang banyak orang tua begitu perhatian dengan hartanya, pekerjaannya, jabatannya, tapi kurang perhatian terhadap anaknya. Maka ini termasuk kerugian yang sangat besar.
Anak juga termasuk amanat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يُوصِيكُمُ ٱللَّهُ فِيٓ أَوۡلَٰدِكُمۡۖ
“Allah wasiatkan kepada kalian agar kalian memerhatikan anak-anak kalian.” (Surah an-Nisa : 11)
Kita semua akan ditanya oleh Allah tentang amanat tersebut.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ،
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. ” (Hadist Riwayat Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829)
Selain orangtua ditanya akan kepimpinannya, seorang anak juga akan ditanya apakah ia berbakti atau tidak kepada orangtuanya. Karna semuanya ada pertanggungjawaban masing -masing.
Ibnu Umar berkata :
"Orang tua akan dimintai pertanggungjawaban tentang anak-anaknya. Anak juga akan ditanya tentang bakti nya kepada orang tua."
Berikut adalah hak-hak anak kepada orangtuanya terlepas anaknya tersebut berbakti atau tidak kepada orangtuanya.
1. Menjadi orangtua yang baik.
Sebelum kita memiliki anak kita pilihkan untuk mereka calon ibu yang terbaik. Begitu juga dengan ibu, memilih calon ayah yang terbaik untuk anaknya. Kenapa? Karna anak tidak jauh dari orangtua. Buah tak jauh dari pohonnya. Islam menekan akan hal itu agar kita mencari pasangan yang baik agama, akhlak, ibadahnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗ
"Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka)." (Surah An Nisa : 34)
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda :
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَـالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.
“Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.”
Dalam sebuah hadist, Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bertutur,
“إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا؛ قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ”.
“Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau”. (Hadist Riwayat Ahmad dari Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu’anhu dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albany)
Laki-laki sebelum ia punya anak, ia disuruh mencari calon istri yang shalihah sebagai calon ibu yang mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebagaimana para wanita juga sebelum dia mencari seorang ibu dia juga dianjurkan untuk mencari calon suami/ayah yang baik agamanya.
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda :
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ، إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ، وَفَسَادٌ عَرِيضٌ
“Jika ada seorang yang datang melamar kepada kalian (para orang tua perempuan), dan kalian ridha dengan agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia dengan anak perempuan anda. Jika tidak kalian lakukan, akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.”
Kalau kita menginginkan anak yang baik, maka jadilah orangtua yang baik. Suatu kaidah yang sangat agung di dalam agama Islam yang ditunjukkan dengan begitu banyak dalil. Kaidah tersebut berbunyi,
الْجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ
“Balasan sesuai dengan perbuatan.”
Seperti kisah yang diceritakan didalam Surah Al Kahfi :
وَأَمَّا ٱلْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِى ٱلْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُۥ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبْلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُۥ عَنْ أَمْرِى ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا
Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya". (Surah Al Kahfi : 82)
Oleh karena itu, untuk mendapatkan keshalihan kita harus belajar agama. Karna yang perlu belajar itu bukan semata-mata hanya anak saja, namun orangtua juga harus belajar. Karna bagaimana mungkin kita menjadi orangtua yang shalih kalau kita tidak memiliki ilmu agama. Mustahil kalau kita ingin menjadi orangtua yang shalih kalau kita tidak belajar ilmu agama. Karna kunci keshalihan adalah ilmu agama.
Yang dimaksud dengan shalih adalah orang yang menjalin hubungan yang baik dengan Allah dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama hamba.
Sehingga anak yang Shalih adalah anak yang taat kepada Allah dan memiliki akhlak yang baik kepada orangtuanya. Adapun orangtua yang shalih adalah orang tua yang rajin beribadah, serta baik dengan anak-anaknya.
2. Memberi nama yang baik
Karna nama itu sangat penting bagi seseorang. Ia diibaratkan judul sampul sebuah buku. Kalau judulnya bagus, menggambarkan isinya. Begitu sebaliknya.
Para ulama bahwa nama itu wajib bagi orang tuanya. Karna nama adalah tanda pengenal bagi dirinya. Dan biasanya orang itu secara umum tidak jauh dari nama.
Maka dianjurkan orangtua memberikan nama-nama yang baik kepada anak. Jangan memberi nama yang buruk untuk anak kita. Karna nama itu adalah doa, memiliki pengaruh yang sangat besar.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,
إِنَّ أَحَبَّ أَسمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ عَبدُاللَّهِ وَ عَبدُ الرَّحْمَنِ
“Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman.” (Hadist Riwayat Muslim no. 2132)
Menyandarkan nama hamba kepada Allah maka diperbolehkan. Seperti Abdullah yang artinya hamba Allah. Namun tidak boleh menyandarkan nama hamba kepada selain Allah. Seperti Abdul Husein yang artinya hambanya Husein.
Juga diperbolehkan memberikan nama anak dengan nama kunyah. Seperti kisah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memanggil seorang anak yang memiliki seekor burung dengan nama Abu Umair.
3. Aqiqah
Artinya sembelihan yang dilakukan karna lahirnya seorang anak. Sebagaimana ungkapan syukur kepada Allah Subhana wa Ta'ala karna anak itu adalah nikmat kepada Allah Subhana wa Ta'ala. Dan karna anak laki-laki nikmat nya lebih besar daripada anak perempuan maka sembelihan kambing dua ekor, sementara anak perempuan sembelihan kambing nya hanya satu ekor kambing.
Dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَمَرَهُمْ عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ
“Rasululllah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan mereka, untuk anak laki-laki akikah dengan dua ekor kambing dan anak perempuan dengan satu ekor kambing.” (Hadist Riwayat Tirmidzi no. 1513)
Dari sahabat Samurah bin Jundub radliallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
كُلُّ غُلاَمٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى
“Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya. Disembelih pada hari ketujuh, dicukur gundul rambutnya, dan diberi nama.” (Hadist Riwayat Ahmad 20722, at-Turmudzi 1605, dan dishahihkan al-Albani).
Apa hikmah menunggu hari ketujuh? Supaya anak tersebut melalui hari-hari tersebut. Sebagaimana tanda optimisme bahwa anak itu hidup umur panjang.
Lalu bagaimana jika sewaktu kecil belum sempat untuk meng-aqiqah anaknya? Bolehkah aqiqah anak diwaktu dewasanya? Terjadi perselisihan diantara ulama, namun salah satu pendapat mengatakan bahwa boleh meng-aqiqah anak diwaktu dewasanya.
Karna dalam salah satu riwayat bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah meng-aqiqahi dirinya tatkala sudah dewasa. Dan hadist ini dihasankan oleh Syaik Al Albani dari Anas bin Malik.
أن النبي صلى الله عليه وسلم عق عن نفسه بعدما بعث نبيا
“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengakikahi dirinya sendiri setelah ia diutus sebagai Nabi” (Hadist Riwayat Al Baihaqi 9: 300).
Bagi orang tua yang belum meng-aqiqahi anaknya karna tidak mengetahui hukumnya atau belum memiliki rizki, ketika sudah memiliki rizki maka lakukanlah aqiqah karna aqiqah itu adalah sunnah, tanda kebaikan untuk anak-anak kita. Anak yang diaqiqahi akan membawa keberkahan untuk orangtuanya.
4. Memberikan pendidikan
Orangtua mempunyai tanggungjawab yang sangat besar dalam mendidik anak-anak nya. Dan ini tugas yang paling mulia dan yang paling berat. Karna tugas terberat orangtua adalah mendidik, bukan mencari nafkah. Karna mencari nafkah adalah suatu yang mudah. Orang-orang umum lebih hebat mencari nafkah tapi Tidka semuanya mereka hebat dalam mendidik anak-anak nya apalagi mendidik anak-anak nya dalam ilmu agama.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Surah At Tahrim : 6)
Hal yang paling penting bagi kita tanamkan kepada anak-anak kita adalah bagaimana menanamkan bahwa dia adalah hamba Allah Subhana wa Ta'ala. Hendaknya dia takut kepada Allah Subhana wa Ta'ala bukan hanya takut kepada orang tua. Selain itu, kita juga tanamkan kepada mereka ibadahnya, pendidikan shalat.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu , ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
"Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!" (Hadist Riwayat Abu Dawud)
Selain itu, ajarkan kepada mereka adab dan akhlak. Karna sekarang, banyak anak-anak yang tidak memiliki adab kepada orangtuanya, tidak memiliki akhlak kepada yang lebih tua.
Salah satu momentum penting untuk menasehati anak adalah ketika saat makan.
Kata para ulama ada 3 waktu yang penting yang diperhatikan oleh orangtua untuk memberi nasehat kepada anak-anaknya : ketika jalan-jalan, ketika makan, ketika anak sakit.
Dalam mendidik ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orangtua :
- Hendaknya bagi orangtua ikhlas dalam mendidik. Karna mendidik anak adalah ibadah. Tanamkan diri kita ketika mendidik anaka sedang beribadah kepada Allah Subhana wa Taala.
- Hendaknya banyak berdo'a supaya mereka menjadi anak yang shalih dan shalihah.
- Hendaknya sabar. Sebagaimana firman Allah Subhnahu wa Ta'ala dalam firmanNya dalam Surah Thaha ayat 132 : “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mengerjakan shalat dan bersabarlah"
- Hendaknya menjadi orangtua yang penyayang, lemah lembut. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda : “Sesungguhnya barang siapa tidak menyayangi maka dia tidak akan disayang." (Hadist Riwayat Muslim).
5. Memberikan nafkah yang halal
Orangtua terutama ayah wajib menafkahi anak-anak mereka.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya." (Surah Thalaq : 7)
Dosa kalau orangtua menelantarkan istri dan anak-anaknya tanpa dinafkahi.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسْلِمَ. كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
"Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’” (Hadist Riwayat Muslim)
Dan wajib bagi orangtua untuk mencari nafkah yang halal. Karna harta yang halal akan berpengaruh kepada keluarganya, keberkahan dan kebahagiaan serta ketenangan keluarganya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda :
يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram akan berhak dibakar dalam api neraka.” (Hadist Riwayat Tirmidzi, no. 614. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda :
وَلَسْتَ تُنْفِقُ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى اللُّقْمَةَ تَجْعَلُهَا فِي فِي امْرَأَتِكَ
“Dan tidaklah engkau memberi nafkah dengan mengharapkan wajah Allah kecuali engkau mendapatkan pahala, bahkan sampai sesuap makanan yang engkau letakkan di mulut istrimu” (Hadist Riwayat Muslim)
Wallahu'alam
(Oleh : Buya Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi | Wahai Anakku, Inilah Hak - Hakmu | Masjid Umar bin Khattab | Rimbo Bujang | 06 Safar 1444 H)
0 Komentar
Tinggalkan balasan