Jual beli adalah memindahkan kepemilikan dengan memberikan ganti
rugi baik dengan barang dengan barang (barter) atau barang dengan nilai tukar.
Jual beli memiliki 3 syarat :
A. Yang
berhubungan dengan transaksi baik pihak pertama ataupun pihak kedua :
1. Adanya suka
sama suka. kedua belah pihak sudah sama-sama ridha. Si penjual ridha dengan
nilai yang digantikan kepadanya dan si pembeli sudah ridha dengan barang yang
akan ia beli.
2. Kedua belah
pihak adalah orang yang sudah boleh melakukan tindakan terhadap harta dimulai
dari umur mumayyiz.
3. Hendaklah orang
yang bertransaksi itu pemilik terhadap barang atau orang yang diwakilkan. Maka
tidak boleh menjual barang yang tidak ia miliki.
B. Yang
berhubungan dengan barang atau objek transaksinya :
1. Hendaklah
barang yang boleh diambil manfaatnya secara umum.
2. Hendaklah
barang yang ditransaksikan dapat diserahterimakan. Maka tidak boleh menjual
barang yang tidak diserahterimakan, seperti menjual burung yang sedang terbang.
3. Hendaklah objek
yang ditransaksikan baik yang dipilih maupun nilai tukarnya sama-sama diketahui
oleh kedua belah pihak. Tidak boleh ada ketidakjelasan. Ketika ada
ketidakjelasan maka disitu ada gharar maka jual belinya menjadi bathil.
Bathil
dalam bab disini adalah tidak sah. Maka barang yang kita beli adalah barang
yang tidak halal. Dan uang yang kita berikan kepada orang tersebut juga tidak
halal karna transaksi atau harta haram itu adalah harta yang didapatkan tidak
sesuai dengan syariat.
Hadist pertama
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ مُحَمَّدِ
بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ الْمُلَامَسَةِ
وَالْمُنَابَذَةِ
و
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ
سُفْيَانَ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَهُ و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ
بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو أُسَامَةَ ح و حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ كُلُّهُمْ عَنْ
عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ
بْنِ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ
يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مِثْلَهُ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi dia
berkata, Saya membaca di hadapan Malik dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari
Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ melarang jual beli Mulamasah (yaitu: jual beli dengan sistem
menyentuh pakaian tanpa melihatnya) dan Munabadzah (yaitu: melemparkan pakaian
dengan maksud menjualnya sebelum memeriksanya dan menjualnya). Dan
telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib dan Ibnu Abi Umar keduanya berkata,
telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Abu Az Zinad dari Al
A'raj dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ seperti hadits di atas.
Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Numair dan Abu Usamah. Dan diriwayatkan dari
jalur lain, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair,
telah menceritakan kepada kami ayahku. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna, telah menceritakan kepada
kami Abdul Wahhab semuanya dari 'Ubaidillah bin Umar dari Khubaib bin
Abdurrahman dari Hafsh bin 'Ashim dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ
seperti hadits di atas. Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id,
telah menceritakan kepada kami Ya'qub yaitu Ibnu Abdurrahman dari Suhail bin
Abi Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ
seperti hadits di atas.
Hadist kedua
و
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا
ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ مِينَاءَ
أَنَّهُ سَمِعَهُ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ
نُهِيَ
عَنْ بَيْعَتَيْنِ الْمُلَامَسَةِ وَالْمُنَابَذَةِ
أَمَّا
الْمُلَامَسَةُ فَأَنْ يَلْمِسَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا ثَوْبَ صَاحِبِهِ
بِغَيْرِ تَأَمُّلٍ وَالْمُنَابَذَةُ أَنْ يَنْبِذَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا
ثَوْبَهُ إِلَى الْآخَرِ وَلَمْ يَنْظُرْ وَاحِدٌ مِنْهُمَا إِلَى ثَوْبِ
صَاحِبِهِ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rafi', telah
menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah mengabarkan kepada kami Ibnu
Juraij, telah mengabarkan kepadaku Amru bin Dinar dari 'Atha` bin Mina` bahwa
dia mendengarnya telah menceritakan dari Abu Hurairah bahwa dia berkata,
"Telah dilarang dua sistem jual beli, yaitu Mulamasah dan Munabadzah,
adapun Mulamasah ialah salah seorang menyentuh pakaian saudaranya tanpa melihat
terlebih dahulu. Sedangkan Munabadzah ialah salah seorang melempar pakaian ke
temannya dengan maksud menjual, sedangkan temannya tidak perlu melihat pakaian
saudaranya tersebut."
Hadist ketiga
و
حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَحَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى وَاللَّفْظُ لِحَرْمَلَةَ
قَالَا أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ
أَخْبَرَنِي عَامِرُ بْنُ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ
الْخُدْرِيَّ قَالَ
نَهَانَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعَتَيْنِ
وَلِبْسَتَيْنِ نَهَى عَنْ الْمُلَامَسَةِ وَالْمُنَابَذَةِ فِي الْبَيْعِ
وَالْمُلَامَسَةُ
لَمْسُ الرَّجُلِ ثَوْبَ الْآخَرِ بِيَدِهِ بِاللَّيْلِ أَوْ بِالنَّهَارِ وَلَا
يَقْلِبُهُ إِلَّا بِذَلِكَ وَالْمُنَابَذَةُ أَنْ يَنْبِذَ الرَّجُلُ إِلَى
الرَّجُلِ بِثَوْبِهِ وَيَنْبِذَ الْآخَرُ إِلَيْهِ ثَوْبَهُ وَيَكُونُ ذَلِكَ بَيْعَهُمَا
مِنْ غَيْرِ نَظَرٍ وَلَا تَرَاضٍ و حَدَّثَنِيهِ عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا
يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ صَالِحٍ عَنْ
ابْنِ شِهَابٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ
Dan telah menceritakan kepadaku Abu Ath Thahir dan Harmalah bin
Yahya sedangkan lafazhnya dari Harmalah, keduanya berkata, telah mengabarkan
kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab, telah
mengabarkan kepadaku Amir bin Sa'ad bin Abi Waqqash bahwa Abu Sa'id Al Khudri
pernah berkata, Rasulullah ﷺ melarang dua traksaksi
dan dua pakain, beliau melarang Mulamasah dan Munabadzah dalam jual beli,
Mulamazah ialah seseorang menyentuh pakaian penjual di siang atau malam hari
dan tidak membolik-baliknya dengan teliti, sedangkan Munabadzah ialah seseorang
melemparkan kainnya kepada orang lain, dan ia melempar kainnya kepada orang
tersebut, maka dengan begitu terjadilah jual beli tanpa meneliti dan tanpa
adanya persetujuan." Dan telah menceritakan kepadaku
Amru An Naqid, telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ibrahim bin Sa'd,
telah menceritakan kepada kami bapakku dari Shalih dari Ibnu Syihab dengan
sanad ini.
Faedah hadist :
1. Mulamasah ialah
salah seorang menyentuh pakaian saudaranya tanpa melihat terlebih dahulu.
Maksud
dari mulamasah adalah barter kain dengan kain. Atau barter barang dengan
barang. Kalau seandainya sudah memegang barangnya berarti sudah wajib transaksi
tanpa diperhatikan/dilihat/diteliti terlebih dahulu. Sama dengan seperti kasus,
pergi ke toko dimana ada tulisan : “Memegang berarti membeli.”
2. Munabadzah
ialah salah seorang melempar pakaian ke temannya dengan maksud menjual,
sedangkan temannya tidak perlu melihat pakaian saudaranya tersebut.
Maksud
dari munabadzah adalah barter kain dengan kain lalu dimasukkan kedalam kantong
lalu kedua belah pihak saling lempar melempar terhadap kain tersebut, sehingga
akhirnya terjadi transaksi jual beli. Karna aksi lempar melempar itu kedua
belah pihak tidak tahu apa jenis barang yang mereka lempar tersebut.
3. Menurut madzhab
Syafi'i ada 3 model makna dari mulamasah itu :
- Menurut imam
Syafi'i, maksudnya adalah seseorang datang membawa baju yang terlipat atau
membawanya dalam suasana gelap, lalu calon pembeli menyentuh baju tersebut.
Penjual berkata kepada calon pembeli : “Aku jual baju ini kepadamu dengan
harga sekian dengan syarat sentuhanmu ini menggantikan penglihatanmu dan tidak
ada hak pilih (khiyar) untukmu ketika kamu telah melihatnya.”
- Menjadikan
sentuhan itu sebagai pertanda terjadinya proses jual beli, penjual berkata : “Jika
kamu menyentuh nya berarti kamu telah membelinya.”
- Menjual barang
kepada seseorang dengan ketentuan bila calon pembeli menyentuh barang tersebut,
maka ia tidak mempunyai hak khiyar majlis (yaitu hak melanjutkan atau
mengurungkan jual beli selama mereka belum berpisah badan) dan hak yang lainnya.
4. Hadist ini
menyatakan tidak sahnya praktek jual beli mulamasah dengan tiga penafsiran
tersebut secara keseluruhan
5. Jual beli
munabadzah juga mempunyai beberapa pengertian :
- Penjual dan
pembeli menjadikan sekedar pelemparan sesuatu sebagai pertanda terlaksananya
jual beli, ini adalah pendapat Imam Syafi'i
- Penjual berkata
: “Aku menjual kepadamu bila aku telah melemparnya kepadamu maka hak khiyar
(memilih) telah terputus dan jual beli telah ditetapkan.”
6. Yang dimaksud
adalah pelemparan dengan krikil sebagaimana yang akan disebutkan didalam bab
selanjutnya. Sistem jual beli munabadzah ini tidak sah karena adanya unsur
gharar.
7. Maka model
kedua itulah (mulamasah dan Munabadzah) jual beli mereka tanpa didahului
melihat, tanpa ada unsur keridhaan. Suka tidak sukanya itu ketika barangnya
sudah dilihat. Kalau barangnya belum dilihat seperti kasus model jual beli COD
(Cash On Delivery) dimana barang yang diperlihatkan dalam bentuk online barang
A namun ternyata yang datang barang B. Karna sistimnya COD maka mau tidak mau
terpaksa dibayar. Orang kalau terima barang yang tidak disukai maka ia terpaksa
membayar dan malas memulangkannya lagi karna ongkos nya kita lagi yang
membayarnya. Hal ini berbeda dengan jika seandainya tidak COD.
Wallahu’alam.
0 Komentar
Tinggalkan balasan