Maksud dari khiyar majlis
adalah, khiyar itu hak memilih untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan jual
beli. Sedangkan majlis yaitu majlis.
Khiyar ini ada beberapa macam
jenisnya, ada khiyar majlis, khiyar syarat, khiyar ru'yah, dll.
Jadi, khiyar majlis adalah dua
orang yang bertransaksi memiliki hak untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan
jual beli mereka selama mereka masih didalam majlis transaksi tersebut
Hadits pertama
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ
نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
الْبَيِّعَانِ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِالْخِيَارِ عَلَى صَاحِبِهِ مَا لَمْ
يَتَفَرَّقَا إِلَّا بَيْعَ الْخِيَارِ
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى
قَالَا حَدَّثَنَا يَحْيَى وَهُوَ الْقَطَّانُ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ
أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ
حَدَّثَنَا أَبِي كُلُّهُمْ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ
حَرْبٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ ح و حَدَّثَنَا أَبُو
الرَّبِيعِ وَأَبُو كَامِلٍ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادٌ وَهُوَ ابْنُ زَيْدٍ
جَمِيعًا عَنْ أَيُّوبَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ أَبِي
عُمَرَ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ قَالَ سَمِعْتُ يَحْيَى بْنَ سَعِيدٍ
ح و حَدَّثَنَا ابْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ أَخْبَرَنَا
الضَّحَّاكُ كِلَاهُمَا عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَ حَدِيثِ مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح و
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ
عُمَرَ
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ
قَالَ إِذَا تَبَايَعَ الرَّجُلَانِ فَكُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِالْخِيَارِ مَا
لَمْ يَتَفَرَّقَا وَكَانَا جَمِيعًا أَوْ يُخَيِّرُ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ فَإِنْ
خَيَّرَ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ فَتَبَايَعَا عَلَى ذَلِكِ فَقَدْ وَجَبَ الْبَيْعُ
وَإِنْ تَفَرَّقَا بَعْدَ أَنْ تَبَايَعَا وَلَمْ يَتْرُكْ وَاحِدٌ مِنْهُمَا
الْبَيْعَ فَقَدْ وَجَبَ الْبَيْعُ
Telah menceritakan kepada kami
Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Al Laits. Dan dari jalur
lain, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh, telah mengabarkan
kepada kami Al Laits dari Nafi' dari Ibnu Umar dari Rasulullah ﷺ
bahwa beliau bersabda, "Jika dua orang melakukan transaksi jual beli, maka
salah satu dari keduanya berhak untuk khiyar (memilih), selagi keduanya belum
berpisah dan keduanya masih berkumpul, atau salah satunya mengajukan khiyar
(pilihan) kepada yang lain. Jika salah satunya telah menetapkan khiyar
(pilihannya) atas yang lain, maka transaksi harus dilaksanakan sesuai dengan
khiyarnya. Dan jika keduanya telah berpisah setelah melakukan transaksi jual
beli, sedangkan sedangkan salah satu dari keduanya tidak membatalkan jual beli,
maka transaksi telah sah."
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ كِلَاهُمَا
عَنْ سُفْيَانَ قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ ابْنِ
جُرَيْجٍ قَالَ أَمْلَى عَلَىَّ نَافِعٌ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ
يَقُولُا
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
تَبَايَعَ الْمُتَبَايِعَانِ بِالْبَيْعِ فَكُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِالْخِيَارِ
مِنْ بَيْعِهِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا أَوْ يَكُونُ بَيْعُهُمَا عَنْ خِيَارٍ
فَإِذَا كَانَ بَيْعُهُمَا عَنْ خِيَارٍ فَقَدْ وَجَبَ
زَادَ ابْنُ أَبِي عُمَرَ فِي رِوَايَتِهِ قَالَ نَافِعٌ فَكَانَ
إِذَا بَايَعَ رَجُلًا فَأَرَادَ أَنْ لَا يُقِيلَهُ قَامَ فَمَشَى هُنَيَّةً
ثُمَّ رَجَعَ إِلَيْهِ
Dan telah menceritakan kepada
kami Zuhair bin Harb dan Ibnu Abi Umar keduanya dari Sufyan. Zuhair berkata,
telah menceritakan kepada kami Sufyan bin 'Uyainah dari Ibnu Juraij dia
berkata, Nafi' mendikteku, dia mendengar Abdullah bin Umar berkata, Rasulullah ﷺ
bersabda, "Jika dua orang telah melakukan transaksi jual beli, maka salah
satu dari keduanya boleh melakukan khiyar selagi belum berpisah, atau keduanya
boleh melakukan khiyar (dari awal), jika keduanya telah menyepakati khiyar
tersebut, maka jual beli telah sah." Ibnu Abu Umar menambahkan dalam
riwayatnya; Nafi' mengatakan, "Apabila Ibnu Umar bertransaksi dengan
seseorang, kemudian dia tidak mau membatalkan transaksinya, maka berdiri dan
berjalan pelan-pelan lalu kembali kepadanya."
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ
وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ قَالَ يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ
الْآخَرُونَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
دِينَارٍ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ يَقُولُا
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ
بَيِّعَيْنِ لَا بَيْعَ بَيْنَهُمَا حَتَّى يَتَفَرَّقَا إِلَّا بَيْعُ الْخِيَارِ
Telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Yahya, Yahya bin Ayyub dan Qutaibah serta Ali bin Hujr. Yahya bin
Yahya mengatakan; telah mengabarkan kepada kami, sedangan yang lain mengatakan;
telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far dari Abdullah bin Dinar bahwa
dia mendengar Ibnu Umar berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, "Setiap dua orang yang
melakukan transaksi jual beli, maka tidak ada transaksi (yang melazimkan) di
antara keduanya sampai keduanya berpisah, kecuali jual beli dengan khiyar
(penentuan pilihan dari awal)."
1. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
"Penjual dan pembeli, masing-masing mempunyai hak pilih (untuk
mengesahkan transaksi atau membatalkannya) atas pihak lain selama belum
berpisah, kecuali jual beli khiyar (kesepakatan memperpanjang masa hak pilih
sampai setelah berpisah)."
2. Hadits ini menjadi dalil ditetapkannya khiyar
majlis bagi masing masing penjual dan pembeli setelah terjadi transaksi hingga
keduanya pergi meninggalkan tempat transaksi dengan badan keduanya. Demikian
pendapat yang dikemukakan oleh jumhur ulama dari kalangan shahabat, tabi'in,
serta generasi sesudah mereka. Di antara mereka yang mengemukakan pendapat ini
adalah Ali bin Abi Thalib, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Abu Barzah
Al-Aslami, Tha wus, Sa'id bin Al-Musayyab, Atha, Syuraih Al-Qadhi, Hasan
Al-Bashri, Asy-Sya'bi, Az-Zuhri, Al-Auza'i, Ibnu Abi Dzi'b, Sufyan bin Uyainah,
Syafi'i, Ibnu Al-Mubarak, Ali bin Al-Madini, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin
Rahawaih, Abu Tsaur, Abu Ubaid, Al-Bukhari, segenap ulama ha dits, dan ulama
yang lain.
3. Sedangkan Imam Abu Hanifah dan Malik
mengatakan, "Tidak ada khiyar majlis, melainkan jual beli telah
mengikat dengan adanya ijab dan qabul." Demikian pula yang dikatakan
oleh Rabi'ah dan diriwayatkan dari An-Nakha'i, ini juga salah satu riwayat dari
Ats-Tsauri.
4. Hadits-hadits shahih tersebut membantah
pendapat mereka ini, dan mereka tidak mempunyai jawaban yang tepat untuk
membatalkan pengambilan dalil darinya. Pendapat yang benar adalah ditetapkan
nya khiyar majlis, sebagaimana yang dikemukakan oleh jumhur ulama.
5. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
إِلَّا بَيْعَ الْخِيَارِ "Kecuali jual beli khiyar." Ada tiga pendapat mengenai hal ini yang
disebutkan oleh para sahabat kami dan ulama-ulama yang lain :
- Pendapat yang paling kuat, bahwa maksudnya
adalah memberi pilihan setelah terjadi akad (transaksi) jual beli dengan
sempurna sebelum meninggalkan majlis (tempat transaksi). Penjabaran hadits,
'Ditetapkan khiyar bagi keduanya selama keduanya belum berpisah, kecuali jika
keduanya telah saling memberi pilihan di dalam majlis dan keduanya memilih
pelaksanaan jual beli, maka jual beli menjadi mengikat dengan sekedar tindakan
saling memberi pilihan tersebut, hak khiyar tidak berlanjut hingga menjelang
perpisahan di antara mereka berdua."
- Maksudnya adalah jual beli yang memberlakukan
syarat berupa khiyar syarat selama tiga hari atau kurang, sehingga dalam jual
beli ini hak khiyar tidak berakhir dengan adanya perpisahan di antara penjual
dan pembeli, melainkan terus berlaku hingga jangka wak tu yang disyaratkan
dalam transaksi.
- Maknanya adalah "Kecuali jual beli
yang mensyaratkan tidak adanya khiyar bagi penjual dan pembeli di dalam majlis,
sehingga jual beli menjadi mengikat dengan sekedar adanya akad, dan tidak ada
khiyar di dalamnya." Ini adalah tafsir ulama yang menganggap sah jual
beli dengan cara tersebut. Sedangkan pendapat yang paling kuat di kalangan
sahabat-sahabat kami menyatakan batalnya jual beli dengan syarat tersebut.
6. Itulah uraian tentang perbedaan pendapat dalam
menafsirkan hadits ini. Sahabat-sahabat kami bersepakat untuk menguatkan
pendapat pertama. Inilah pendapat Imam Syafi'i yang diriwayatkan oleh para
ulama darinyà. Banyak diantara mereka yang menyatakan bahwa selain bentuk jual
beli tersebut dianggap tidak sah dan orang yang berpendapat dengannya telah
melakukan kesalahan besar.
7. Di antara ulama hadits yang menguatkan
pendapat tersebut adalah Al-Baihaqi, ia menjabarkan dalil-dalilnya dan
menjelaskan kelemahan pendapat yang berbeda. Kemudian Al-Baihaqi berkomentar, "Banyak
sekali ulama yang menyatakan lemahnya berita yang diriwayatkan dari Umar
Radhiyallahu Anhu, "Jual beli itu adalah transaksi atau khiyar, bahwasanya
sebuah jual beli tidak boleh mensyaratkan terputusnya hak khiyar, dan bahwa
yang dimaksud dengan jual beli khiyar adalah memberikan hak pilih setelah
terjadi transaksi atau mensyaratkan khiyar selama tiga hari."
Al-Baihaqi melanjutkan, "Pendapat yang benar adalah, bahwa maksud dari
jual beli khiyar adalah memberi pilihan setelah pelaksanaan jual beli, sebab
barangkali Nafi' mengungkap kannya dengan jual beli khiyar atau menafsirkannya
dengan nama tersebut."
8. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
"Apabila dua orang laki laki melakukan jual beli maka masing-masing
keduanya mempunyai hak pilih selama keduanya belum berpisah dan keduanya masih
berkumpul, atau salah seorang di antara keduanya mempersilahkan yang lain untuk
menentukan pilihan. Apabila salah seorang di antara keduanya telah
mempersilahkan yang lain untuk menentukan pilihan lalu keduanya berjual beli
dengan pilihan tersebut maka jual beli telah mengikat. Jika keduanya telah
berpisah setelah melakukan jual beli dan salah seorang di antara keduanya tidak
meninggal kan jual beli maka jual beli telah mengikat."
9. Makna, "Atau salah seorang di antara keduanya mempersilahkan yang lain untuk menentukan pilihan." Yakni, salah seorang berkata kepada yang lain, "Pilihlah untuk meneruskan jual beli." Apabila ia telah memilih maka jual beli telah wajib, artinya bersifat mengikat. Apabila salah seorang telah mempersilahkan yang lain untuk menentukan pilihan namun temannya tersebut diam, maka hak khiyar orang yang diam tersebut tidak terputus.
10. Tentang terputusnya khiyar bagi orang yang
telah berbicara seperti itu, terdapat dua pendapat di kalangan sahabat kami,
pendapat yang terkuat menyatakan terputusnya hak khiyar baginya berdasarkan
zhahir hadits.
11. Perkataannya : "Maka jika ia (Ibnu
Umar) menjual kepada orang lain lalu ia ingin agar orang tersebut tidak
membatalkan jual beli, maka ia berjalan sedikit kemudian kembali lagi
kepadanya."
12. Perkataannya "la ingin agar orang tersebut
tidak membatalkan jual beli." Menjadi dalil bahwa batasan perpisahan
adalah berpindahnya badan seseorang dari tempat semula, sebagaimana yang
ditafsirkan oleh Ibnu Umar, perawi hadits tersebut. Di dalam hadits ini
terdapat bantahan terhadap tafsir orang yang menyatakan bahwa perpisahan itu
adalah perpisahan dengan ucapan, yakni kata-kata jual beli.
13. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
"Masing-masing penjual dan pembeli tidak ada akad jual beli di antara
keduanya hingga keduanya berpisah." Artinya, tidak ada akad jual beli
yang mengikat di antara keduanya.
9. Makna, "Atau salah seorang di antara keduanya mempersilahkan yang lain untuk menentukan pilihan." Yakni, salah seorang berkata kepada yang lain, "Pilihlah untuk meneruskan jual beli." Apabila ia telah memilih maka jual beli telah wajib, artinya bersifat mengikat. Apabila salah seorang telah mempersilahkan yang lain untuk menentukan pilihan namun temannya tersebut diam, maka hak khiyar orang yang diam tersebut tidak terputus.
0 Komentar
Tinggalkan balasan